Konflik Horizontal: sesama orang Papua, atau antar suku.
Yang perlu kita ingat, bahwa ketika semua pihak terpancing, karena secara kebetulan yang terbunuh adalah dari suku tertentu, yang berujung pada kemarahan massa golongan tersebut, maka ketegangan akan menjalar dan menciptakan kerusuhan yang menganggu aktifitas kota Jayapura. Itu sebabnya penting skali semua orang untuk menahan diri.
Sekiranya konflik tersebut terjadi, dan bahwa insiden adalah bukan murni pembunuhan sementara itu adalah settingan pihak tertentu untuk tujuan tertentu, maka kita secara massal akan terjebak dalam perangkap skenario tersebut. Ingat bahwa kemarahan dipancing untuk menciptakan keributan, dan ingat bahwa keributan di berbagai negara dalam sejarah perpolitikan dunia, selalu digunakan untuk mencapai sebuah tujuan politik seperti: mendapatkan, atau merebutkan kekuasaan, atau bahkan sekedar untuk meredam sebuah ideologi tertentu. Saya tidak ingin menggiring sebuah spekulasi ke arah konspirasi tertentu, tetapi saya ingin mengajak kita semua untuk hati-hati dan tidak terpancing  mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang terkait dengan event politik, seperti Pilkada Papua 2018 nanti yang ada di depan mata. Jangan sampai kontestan-kontestan politik tersebut mendapatkan kesempatan dan menjadi oportunistis atas konflik politik ini.
Buktikan bahwa orang-orang Papua Cinta Damai
Kita tidak mau berakhir seperti Ambon, Poso dan Jakarta bukan? Kita hidup damai dan selalu damai, itu filosofi budaya kita, dan arahan dari nenek moyang kita. Ingat filosofi PAPEDA (makanan asli orang Papua pesisir yang terbuat dari Sagu). Papeda itu dingin, adem, mudah di bentuk tetap nurut, dan merekatkan karena sifatnya yang seperti lem, akan tetapi bergizi tinggi dan rendah gula, tidak seperti nasi, sehingga bermanfaat sekali untuk tubuh.
PAPEDA stands for = Papua Penuh Damai, dan untuk mewujudkannya, kita sebagai orang-orang Papua dan Orang-orang lain yang saat ini hidup di tanah Papua, harus mengikuti filosofi Papeda: Adem (tidak mudah terpancing emosi dan tersulut kemarahan untuk konflik perpecahan), Mudah Di bentuk untuk kebaikan (kalau diajak berdiskusi), merekatkan satu pihak dengan pihak yang lain sehingga tidak mudah pecah, dan kita juga harus menunjukkan bahwa kita merupakan sekumpulan orang yang bermanfaat untuk khalayak yang lebih luas.
Kuncinya: tahan diri! kam tidak mau jadi boneka-boneka settingan untuk kepentingan tertentu to? daritu sa bilang: Tahan Diri.. orang kupang dong bilang: sonde parlu talalu tapaliuk.. beta sante saaa....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H