Pendekatan humanistik dan konstruktivis untuk pendidikan, yang menekankan bahwa pembelajaran terjadi secara alami, termasuk Teori Pembelajaran Experiental David Kolb. Kolb mengusulkan bahwa pengalaman sangat penting dalam pengembangan konstruksi pengetahuan, karena pembelajaran terjadi melalui penemuan dan partisipasi aktif. Kolb mendefinisikan belajar sebagai berikut:
Pertama adalah bahwa pembelajaran mengikuti siklus empat tahap, seperti yang diuraikan di bawah ini. Kolb percaya bahwa, idealnya, peserta didik maju melalui tahapan untuk menyelesaikan siklus, dan, sebagai hasilnya, mengubah pengalaman mereka menjadi pengetahuan.
1. Pengalaman Konkrit adalah pengalaman atau situasi baru yang dihadapi, atau interpretasi ulang dari pengalaman yang ada.
2. Pengamatan Reflektif dari Pengalaman Baru yang paling penting adalah adanya inkonsistensi antara pengalaman dan pemahaman.
3. Abstrak Refleksi konseptualisasi adalah memunculkan ide baru, atau modifikasi dari konsep abstrak yang sudah ada (orang tersebut telah belajar dari pengalamannya).
4. Eksperimen Aktif pelajar ialah menerapkan ide-ide mereka ke dunia di sekitar mereka untuk melihat apa yang terjadi.
Kedua Teori Kolb berfokus pada gaya belajar, atau proses kognitif yang terjadi untuk memperoleh pengetahuan. Pada dasarnya, Kolb percaya bahwa individu dapat mendemonstrasikan pengetahuan mereka, atau pembelajaran yang terjadi, ketika mereka mampu menerapkan konsep abstrak ke situasi baru. Berikut gaya belajar menurut teori Kolb:
1. Diverging (pengalaman konkret/pengamatan reflektif)
Gaya belajar ini mengambil pendekatan asli dan kreatif. Mereka menghargai perasaan dan menaruh minat pada orang lain. Individu yang lebih menyukai gaya belajar ini cenderung menikmati tugas-tugas seperti bertukar pikiran dan bekerja secara kolaboratif dalam kelompok.
2. Asimilasi (konseptualisasi abstrak/pengamatan reflektif)
Gaya belajar ini lebih menekankan pada penalaran. Individu yang menunjukkan gaya belajar ini mampu meninjau fakta dan menilai pengalaman secara keseluruhan. Mereka cenderung menikmati merancang eksperimen dan mengerjakan proyek dari awal hingga selesai.
3. Konvergen (konseptualisasi abstrak/eksperimen aktif)
Gaya belajar ini menyoroti pemecahan masalah sebagai pendekatan belajar. Individu yang lebih menyukai gaya belajar ini mampu membuat keputusan dan menerapkan ide-idenya pada pengalaman baru. Tidak seperti Diverger, mereka cenderung menghindari orang dan persepsi, malah memilih untuk menemukan solusi teknis.
4. Mengakomodasi (pengalaman konkret/eksperimen aktif)
Gaya belajar ini mudah beradaptasi dan intuitif. Orang-orang ini menggunakan trial and error untuk memandu pengalaman mereka, lebih memilih untuk menemukan jawaban untuk diri mereka sendiri. Mereka mampu mengubah jalan mereka berdasarkan keadaan dan umumnya memiliki keterampilan orang yang baik.
Jadi, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar dengan mengamati siswanya di kelas. Siswa mulai menunjukkan preferensi mereka untuk gaya tertentu melalui presentasi, diskusi, dan kegiatan kolaboratif. Saat memberikanpembelajaran online, penting bagi guru untuk terlibat dengan siswa di seluruh siklus pembelajaran untuk mengungkapkan preferensi mereka.
Sebagai aturan, praktik pengajaran terbaik selalu mencakup berbagai kegiatan belajar untuk menjangkau semua gaya belajar. Berbagai pengalaman mendukung semua pelajar terlepas dari gaya yang disukai, karena membantu mereka mengembangkan keterampilan di bidang tertentu dan menciptakan pelajar yang lebih fleksibel dan berpengetahuan luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H