Mohon tunggu...
Billa Safira
Billa Safira Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar

@billasafira_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Tak Memilih Dia

2 Maret 2020   09:55 Diperbarui: 2 Maret 2020   09:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bye masa putih abuku,  dengan bermacam-macam cerita suka duka. Sekarang saatnya aku menemukan jati diriku dengan mengikuti tes-tes ujian masuk perguruan tinggi negeri, kesana kesini maju mundur cantik seperti aku wkwk tapi untungnya masih di daerah kelahiranku. Aku jalani hari demi minggu, minggu demi bulan, bulan demi tahun untuk mengapai cita-cita. 

Dengan berbekal nilai pas-pasan, ikhtiar, do'a dan izin orang tua, aku... lolos masuk perguruan tinggi. Bener-bener sebuah keajaiban dunia pas waktu menemukan nama : Nabilla Rahma, jurusan PGSD, sebenarnya aku engga terlalu berharap karena ketika diberikan harapan kosong itu rasanya sakit hati. btw... lolos tuh kek nama makanan yakan?bagi kalian yang tau aja sih. Sudahlah lupakan saja.

Waduh, ini pengumuman engga salah alamat gitu kaya lagu Ayu Ting-Ting atau mataku salah lihat ya. Waktu pengisian jurusan, perasaanku sangat takut. Aku engga tahu kenapa tanganku kemaren itu, tiba-tiba kepelitek milih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bedebah! Tapi, aku harus bisa mengahapi anak kecil, semangka...!

Kata ibu ku sih, "yaudah jalani aja dulu, mungkin itu sudah rezekimu."

Setelah ribet mengisi ini-itu-lah dan registrasi, tibalah masa orientasi atau Ospek dimulai.

Masa dimana mahasiswa baru menjadi incaran kekejaman, kegalauan,  plus kekonyolan kakak tingkat. Sempat berpikir engga mau ikutan kaya beginian, karena aku takut nanti ada kakak tingkat yang naksir, kepoin aku, cari-cari tau tentang aku, lebih baik aku gausah datang ke acara Ospek gara- gara sifatku yang tidak pantas menjadi seorang Guru SD.

Tapi, bayang-bayang tentang Ospek di Kampus mulai hilang ketika ibuku bilang, " Abil, Ospek itu rame. Kamu bakal menyesal kalo kuliah engga ikutan Ospek! Dengan gitu, kamu bisa cari gebetan kakak tingkat atau satu tingkat denganmu."

"Tapi ibu pesen sama kamu, cari pacar mah mendingan Polisi atau TNI aja biar kamu ada yang jagain kan engga akan ada yang berani jailin kamu." Lanjut ibu mulai mancing-mancing emosi.

"Sekalian aja nanti Abil cari pacar Astronot biar nanti teh dibawa ke Neptunus."

"Ide bagus jadi kamu bisa ajak ibu jalan-jalan ke bulan." Jawab ibu polos.

Ih, ibu bikin gereget, mana Ospek bentar lagi  di mulai! Aku belom bikin perlengkapan yang kemarin di umumin kakak tingkat.
Setelah mempersiapkan semuanya Ospek pertamaku sebagai maba di jurusan PGSD, akhirnya aku tepar tanpa ampun. Mendadak aku terbangun, karena merasa ada yang memandangi diri ini, melonjak kaget waktu terdengar kilat menyambar telingaku.

"Abilll... bangunnn!ini udah jam berapa? Nanti kamu telat Ospek, dan engga dapet gebetan gimana?"

Ternyata yang masuk kamar tanpa permisi dan melototin aku itu Ibu. Aku sudah bangun pun ibuku tetap masih saja teriak-teriak. Maksudnya sih memberi semangat biar cepat-cepat bergegas, tapi yang ada malah bikin disko panik di kamar mandi. Setelah rapi dan  siap dengan kecepatan siput yang kebelet pipis, akhirnya aku bersiap menuju Kampus.

Braakkk... gubraakk! Aduhh... aku jatuh ke lantai seperti mermaid terdampar.

Saking takjubnya melihat para maba, aku meleng dan menabrak seorang cowo. Semua mata tertuju padaku. Mereka menertawaiku dengan puas!

"Aduh, kumaha sih ieu teh? Jalan enggak lihat-lihat ada orang yang mau ketabrak." *eh?

"Sorry sorry, tapi kenapa kamu jalannya meleng? Sini aku bantu."

"Engga usah! Jangan! Lepaskan!" *jiwa artis ku mendadak kumat.

Terdengar suara speaker berbunyi, "Untuk mahasiswa baru Jurusan Pendidkan Guru Sekolah Dasar, segera berbaris di belakang gedung C fakultas!"
Aku langsung get out dan berlari ala naruto, meninggalkan si cowo yang tadi bertabrakan denganku. Aku engga sempat kenalan dengan cowo itu. Tapi, aku ingat mukanya kaya apa. Tenang gais, kalau memang jodoh kita pasti akan bertemu kembali. *hehe
Sesampainya di barisan, aku segera berbaris di tengah-tengah agar dari serbuan kakak tingkat yang ganas! Setelah menyelip aku dapat teman baru di situ. Ada Riri dari Ujung Berung ; Hasna dari Garut ; dan Salman dari Cirebon. Ah, pantas aja sekilas pada bau dodol dan terasi. *haha
"Ospek ini bertujuan untuk memperkuat tali silaturahmi antar mahasiswa PGSD, bukan untuk menyenangkan hati kami. Jika kami banyak memerintah kalian, itu semata-mata karena kami ingin menguji seberapa besar pengetahuan kalian. Jika ada kakak tingkat yang menyalahgunakan kewenangan, dalam artian kalian diperintahkan untuk membahayakan diri, segera lapore kepada saya atau wakil ketua Ospek. Mengerti!" tegas ketua Ospek, Raka namanya.
Setelah mendengarkan pidato, waktunya berkenalan dengan kakak Pembina dan teman satu jurusan. Sedang asyik bersalaman kesana kemari, pandanganku bertemu dengan seraut muka yang familiar. Waduh, cowo yang aku tabrak tadi ternyata pacar dari wakil ketua Ospek ini! Nama cowo itu Daniel, dia Polisi, dan sudah memiliki pangkat tinggi.
"Eh, kamu yang tadi nabrak aku kan?" sapa Daniel.
Aku meringis, "Iya, hehe. Habisnya aku aneh lihat banyak orang-orang tadi."
"Oh, engga apa-apa. Kirain aku tadi kamu terpana lihat kegantenganku ini, yang kata orang mirip artis Korea!"
Dalam hati bilang, "kepe-dean amat sih nih orang."
Tiba-tiba kakak tingkatku datang dan menegur kami, "Kalian berdua membicarakan apa? Jangan sampai kalian pdkt- an."
"Tidakkk... " jawab kami kompak.
"Engga banget sama dia." Jawab Daniel kecentilan. "Sudah orangnya bawel dan suka nyeruduk lagi."
"Eeehh, enak aja ya, kamu!"  jawabku nyolot.
"Heh, kalian kenapa jadi malah berantem? Kamu Nabilla kembail sana dengan grupmu dan kamu niel ikut sama aku!"
"Jelous amat."  Dalam hatiku.
 Memang aku orangnya engga bisa diam dan kepo yah! Sambil dengerin Pemateri menyampaikan materi , aku bisik-bisik ke Riri.
"Ri, kamu tau engga cowo yang pake seragam polisi itu?"
"Tau lah!..."sautnya dengan volume aga keras, Langsung aku menutupi mulut dia. Lanjutnya "Dia kan Kakak nya kak Siska wakil ketua Ospek"
"Ohh yah, Kok kamu bisa tau sih?" aku makin kepo.
"Ya iyalah orang dia dulu kakak kelas di SMA ku dan terkenal dengan kegantengannya itu." Riri menjawab dengan jelas.
"Aku kira dia itu pacar Kak Siska soalnya mereka keliatan serasi gitu."
"Alah kau cemburu ya? Wkwkw." Riri merayuku.
Aku jadi kepikiran dengan cowo itu kayanya banyak banget cewe-cewe yang mendekati dia, soalnya parasnya ganteng dan body menawan sekali yang membuat para cewe klepek-klepek sama dia.
Setelah selesai mendengarkan materi, Hasna dan Salman pun menghampiri kami yang sedang duduk di taman.
Aku kembali bertanya "Ngapain dia ada disini kan harusnya dia bertugas di kantor?"
Salman menjawab "Ya gimana dia aja mau disini atau engga pun engga masalah kan, bener engga na? Ngapain kamu nanyain dia?"
"Iyah... ada apa nih kamu dengan dia bill...?" Tanya Hasna.
"Iya tuh nabil dari tadi nanyain dia terus." Saut Riri mengompor-ngompori.
Mereka bertiga serempak memojokiku "Jangan-jangan...  kamu... jatuh cinta ya?"
"Masa aku suka sama kuda nil."
Aku pun pergi berlari secepat kilat menghindari mereka jangan sampai ada yang tau kalo aku tadi menabrak cowo itu. Tiba-tiba aku melihat dia sedang melihatku dan menghampiriku, aku ingin menghindarinya tetapi dia sudah mendekatiku. Sebenarnya ada masalah apa lagi dia tetap saja mecari-cari aku. Dia langsung berngajakku berbincang lebih dekat satu sama lain.

"Abill... kamu teh kenapa senyum-senyum wae dari tadi ibu perhatiin? Hmm... jangan-jangan habis nilep uang kuliah ya?"
"Apaaa? Enak aja ibu nuduh aku sembangan kaya gitu."
"Haha iya, ibu bercanda. Jangan ngambek gitu dong! Eh, pasti kamu mah lagi jatuh cinta ya. Ya kan? Hayoooo... ngakuuu!" ibu kepo.
"Aduh, ibu so tau gitu. Masa iya aku jatuh cinta sama yang namanya kuda nil!"
"Hah?" ibu terlihat berpikir dengan keras, "Kamu jatuh cinta sama kuda nil? Kapan kamu ke kebun binatang."
Bukannya menjawab pertanyaan ibu, aku malah cengar-cengir engga jelas. Ibu sampai geleng-geleng kepala lihat anaknya bucin-nya kumat. Ah, ibu gatau sih. Kuda nil bikin aku... gembul! Haha. Iya, Daniel sudah beberapa kali ngajak aku dinner. Cihuyy, makan enak dan gratis, siapa yang bisa nolak? Engga apa-apa deh tempat-tempatnya pada aneh yang penting perut kenyang.
Setelah dua kali dinner yang berakhir di District Dago, Daniel tiba-tiba datang dan nyamperin aku.
"Nanti malam dinner yuk, mau engga?"
Aku dengan muka so polos menjawab, "Boleh, tapi di resto yang harganya minimal 50K sekali makan ya."
Daniel menjawab dengan tegas, "Iya, siap!"
Mendengar jawaban Daniel yang meyakinkan, aku malah jadi ketakutan. Semoga saja Daniel kali ini beneran mengajakku dinner di tempat yang benar *aamiin paling serius. Jadilah jam tujuh malam teng, cowo itu jemput kau. Kami menuju ke sebuah tempat kafe bernama Dago Bakery.
Wadaw... crazyyy! Romantis banget ini tempat, pemandangan Bandung yang sangat indah. Tiba-tiba, si Daniel mengambil buku yang isinya bisa timbul dengan tulisan :
I Love You
Kuda nil  Cinta Nabilla
"Loh, ini kan buku untuk anak-anak sekolah besok, Niel. Aduh!"
Dengan mengejutkan Daniel bilang, "Nabilla, aku cinta kamu! Apakah kamu mau menjadi kekasih Kuda nil? Jika iya, kamu terima cinta aku, ambil bunga ini. Tapi, jika tidak, kamu ambil buku ini. Tanda, cinta kau ke kamu masih perlu proses."
Jujur aku harus bilang apa. Aku harus menetapkan hati mengapai cita-cita demi membanggakan orang tuaku, aku jauh berbeda usia yang lumayan jauh dan aku tidak ingin menikah cepat-cepat. *Okee... ! seribu orang pembaca cerita ini, kalian milih siapa kalo jadi kau?
Setelah menghabiskan makanan dan ngunyah es batu yang tersisa di gelas, akhirnya aku memberi jawabna ke Daniel. Aku memilih... buku! Jreengg... jreengg...
Mendengar jawaban aku, Daniel malah teriak kearah waitress, "Woi mba, tolong ganti lagu dong. Masa lagi sedih gini yang diputar lagu DJ! Yang melow dong gitu."
"Udah engga apa-apa kok, aku kan suka lagu ini," jawabku.
Thanks God, Daniel bisa menerima keputusan aku dengan lapang bola *lapang dada. Dia masih mau menjadi sahabatku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun