Musik sudah ada sejak zaman dahulu di masa Paleolitikum. Pada mulanya musik digunakan sebagai pendamping upacara ritual. Pada masa itu alat musik yang digunakan adalah seruling yang terbuat dari tulang dari hewan yang sudah mati.
Lalu pada masa awal modern musik digunakan untuk menghibur para raja di kerajaan. Seiring berkembangnya zaman musik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.Â
Di manapun kita berada, sedang melakukan apapun dan dalam suasana apapun kita, musik pasti ada. Seperti beres-beres rumah contohnya, beberapa dari kita pasti punya Ibu yang kalau saat menyapu rumah pasti memutar musik pop jadul Nia Daniaty lewat media CD.Â
Saat sedih mikirin THR yang belum cair misalkan, biasanya kita di malam hari mendengarkan musik chill/mellow ala-ala Frank Ocean, Joji, atau Ipang.Â
Dalam perjalanan di mobil juga tidak lepas dari memutar musik dari radio ataupun menggunakan USB Drive. Dalam mal, restoran bintang lima, kafe, bahkan warteg sekalipun lagu-lagu dari band seperti Dewa 19 atau Slank pasti dimainkan.Â
Selain itu musik juga bisa dijadikan obat penghilang stress bagi sebagian orang yang telah melalui begitu banyak cobaan duniawi, seperti terlilit hutang, ditinggal pacar, dimarahin sama atasan, tugas kuliah, nabrak orang di jalan, dll.Â
Belakangan juga David Ozora (korban penganiayaan oleh Mario Dandy Dkk) menggunakan media musik sebagai terapi menghilangkan trauma yang dia alami, dan musik yang digunakan adalah musik metal. Dari mengingat berita itu pula saya mendapat inspirasi untuk menulis artikel ini.Â
Nah, kembali ke Musik dan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Di zaman modern sekarang ini mencari informasi, refrensi dan tentunya mendengarkan musik jadi lebih gampang.Â
Dengan menggunakan handphone contohnya, di mana saja dan kapan saja orang-orang biasa mendengar musik dibantu dengan earphone yang dicolokkan ke telinga mereka selagi menunggu jemputan, atau saat lari pagi.Â
Begitu kira-kira yang saya lihat bila dideskripsikan. Dalam hal lain musik juga digunakan untuk mengutarakan keresahan dalam diri seseorang, jenis musik seperti ini biasa ditemukan di aliran punk, reggae, dan hip-hop.Â
Dilihat dari hubungan yang erat antara musik (lagu dan sejenisnya) dan kehidupan tentu sudah tertanam begitu kita terlahir ke dunia. Saat bayi kita biasa dinyanyikan sebuah lagu oleh ibu atau ayah kita untuk sekedar menghibur, menenangkan kita saat menangis, maupun untuk menghantar tidur. Saat kita beranjak ke masa kanak-kanak kita biasa diajari menyanyikan lagu anak-anak seperti balonku, pelangi, topi saya bundar, dll. Begitupula saat kita masuk SD kita diwajibkan menghafal lagu wajib Nasional. Dan saat kita menikah pun musik akan mengiringi saat acara pernikahan berlangsung.
Berangkat dari situ kita semua menjadi terbiasa mendengar nyanyian-nyanyian atau sekedar suara nada, irama, dan melodi di sekeliling kita dan dapat disimpulkan juga musik sangat berpengaruh bagi kehidupan kita. Musik juga dapat kita dengar dalam hal keagamaan, dalam Islam biasa kita dengar lantunan musik marawis. Dalam kekristenan, dalam peribadatan mereka biasa menyanyikan liturgi dengan tujuan memuliakan Tuhan.Â
Terakhir, di mana ada kelahiran di situ ada kematian. Untuk menghormati jiwa-jiwa yang telah pergi, dalam gereja katolik ada upacara yang biasa disebut requiem, sebuah hymne terakhir untuk mereka yang telah tiada. Begitulah yang bisa jelaskan mengenai musik dan kehidupan, musik tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia dari kita lahir ke bumi sampai kita dikembalikan lagi ke bumi. Musik bagi saya merupakan penemuan paling menakjubkan dari umat manusia, sebagai pengobat jiwa, pelipur lara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H