Antibiotik merupakan obat untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pemberian antibiotik pada penderita penyakit infeksi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, terutama bakteri penyebab penyakit. Tingginya penggunaan antibiotik di masyarakat mengakibatkan terjadinya resistensi antibiotik.Â
Penggunaan antibiotik akan memberikan keberhasilan terapi jika digunakan secara rasional. Namun demikian, jika tidak digunakan secara rasional, penggunaan antibiotik akan mengakibatkan resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang perlu segera diselesaikan. Resistensi antibiotik mengakibatkan bakteri tidak merespon obat yang akan membunuhnyaÂ
Antibiotik memiliki dua efek utama: pertama, mereka berfungsi sebagai obat untuk mengobati organisme infeksius dan menghilangkan bakteri lain yang tidak menyebabkan penyakit. Efek lain antibiotik adalah mengubah keseimbangan antara strain yang peka dan yang resisten di ekosistem, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan dalam keseimbangan tersebut adalah gangguan yang disebabkan oleh mikroba yang ada di lingkungan.Â
Jenis bakteri baru muncul sebagai hasil dari perubahan ini, atau varian yang lebih resisten dari bakteri yang sudah ada. Banyak patogen dan bakteri komensal resisten di seluruh dunia disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang berlebihan dan salah. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan antibiotik baru meningkat. Salah satu cara terbaik untuk mengontrol resistensi bakteri adalah dengan mengurangi frekuensi penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Efek samping antibiotik menurut penelitian PPDS Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Cipto MangunkusumoÂ
Efek samping dapat berupa efek toksik, alergi, atau biologis. Efek samping seperti paralisis respiratorik (kelumpuhan saraf) dapat terjadi setelah instilasi neomicin, gentamicin, tobramycin, streptomycin atau amikacin secara intraperitoneal atau intrapleural. Erithromycin estolac sering menyebabkan hepatitis kolestatik.Â
Antibiotik seperti rifampicin, cotrimoxazole dan isoniazide potensial hematotoksik dan hepatotoksik. Pemakaian chloramphenicol yang melampaui batas keamanan akan menekan fungsi sumsum tulang dan berakibat anemia dan neutropenia (sulit mencegah infeksi). Anemia aplastik secara eksplisit merupakan efek samping yang dapat mengakibatkan kematian pasien setelah pemakaian chloramphenicol.Â
Efek samping alergi terutama disebabkan oleh penggunaan penicilin dan cephalosporin. Keadaan yang paling jarang adalah kejadian syok anafilaktik (rasa mual, dan sakit pada perut). Kejadian yang lebih sering timbul adalah ruam dan urtikaria (biduran). Efek samping biologis disebabkan karena pengaruh antibiotik terhadap flora normal di kulit maupun di selaput-selaput lendir tubuh. Biasanya terjadi pada penggunaan obat antimikroba berspektrum luas.
Cara Mengonsumsi Obat Antibiotik dengan Benar Adalah :
- Hindari mengonsumsi obat lain secara bersamaan dengan antibiotik kecuali atas rekomendasi dokter
- Dapatkan antibiotik dari apoteker yang terpercaya, hindari pembelian sembarangan Â
- Menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan karena  penghentian konsumsi obat yang mendadak dapat mengakibatkan kembalinya infeksi atau perkembangan resistensi bakteri.
- Jangan mengonsumsi antibiotik dengan alkohol atau minuman bersoda. Cukup dengan air mineral
- Usahakan untuk mengonsumsi antibiotik pada waktu yang sama setiap hari untuk mempertahankan tingkat obat dalam darah yang konsisten.
Perhatikan Efek Samping: Jika mengalami efek samping yang tidak biasa atau mengkhawatirkan setelah mengonsumsi antibiotik, segera hubungi dokter atau apoteker untuk mendapatkan tinjauan lebih lanjut.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!