[caption id="attachment_75691" align="alignleft" width="320" caption="http://reinvandiritto.blogspot.com"][/caption] Setelah buku “Api Sejarah I” dan buku kumpulan cerpen “Ular di Mangkuk Nabi” yang ditanda tangani penulisnya—Ahmad Mansur Suryanegara dan Triyanto Triwikromo—sekarang bertambah lagi dua buku saya yang sudah ditanda tangani penulisnya. Kedua buku tersebut memiliki beberapa persamaan yaitu merupakan buku kumpulan puisi, antologi puisi tunggal “Alusi” karya Pringadi Abdi Surya dan liga kumpulan puisi “Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung” karya Joko Pinurbo. Puisi awalnya bukan karya sastra puisi yang saya gemari, saya kerap cengengesan ketika melihat ekspresi-ekspresi orang yang sedang membaca puisi. Namun itu semua sontak berubah ketika saya membaca kumpulan sajak Chairil Anwar yang saya baca antara lain “Nisan”, “Tak Sepadan, “Sia-Sia”, apalagi sajak yang berjudul “Aku” yang potongan sajaknya sangat terkenal berbunyi “Aku ini binatang jalang//Dari kumpulan terbuang”. Dan pada suatu ketika saya membaca artikel tentang puisi-puisi Joko Pinurbo yang terkenal mengalir dan jenaka. Dari situlah saya mulai “mencintai” puisi. Walau karena alasan ekonomi yang sedang tidak stabil saya jarang membeli buku kumpulan puisi. Saya juga kagum pada penulis dan penyair muda berbakat yaitu Pringadi Abdi Surya. Saya mengenal Pringadi dari dunia maya melalui blog masyarakat Kompasiana. Ketika itu saya terpukau dengan cerita fiksinya yang di publish di blog tersebut misalnya “Resital Kupu-Kupu” dan “Seseorang dengan Agenda di Tubuh”. Kemudian salah satu tulisan diblognya berupa promosi tentang buku antologi puisi yang di tulis oleh 8 penyair muda yang berjudul “ Teka Teki Tentang Tubuh dan Kematian”. Disana tertulis bagi siapa yang berminat silahkan pesan dengan mengirim alamat dan nomer telpon ke inbox blognya di Kompasiana. Dengan harga 50 ribu akan mendapatkan 2 buku kumpulan puisi yaitu “Alusi” dan “Teka-Teki Tentang Tubuh dan Kematian”. Ketika itu saya tertarik dan iseng-iseng saya tulislah alamat dan nomer telpon, kemudian Pringadi membalas dengan mengirimkan nomor rekening banknya. Padahal ketika itu saya tidak punya uang, uang saya habis untuk projek tugas akhir. Pengalaman saya, ketika membeli rubic cube secara online saya harus mentransfer uang pada rekening yang diberikan oleh sang penjual baru kemudian barangnya dikirim kerumah. Hal tersebut saya pikir akan sama ketika saya memesan buku. Namun saya terkejut ketika adik perempuan saya mengatakan, kalau ada paket kiriman buat saya. Ketika saya buka, Masyaallah, buku yang saya pesan dikirim sebelum uangnya saya transfer. Haduh mana benar-benar saya tidak punya uang, berselang sehari kemudian Pringadi mengirim sms kepada saya, intinya menanyakan apakah kiriman bukunya sudah sampai. Dengan jujur saya katakan kalau bukunya sudah sampai dan dengan penuh maaf saya katakana kalau saya belum mentranfer karena uang bukunya. Kemudian saya ceritakan alasan saya kalau uangnya dipakai untuk kebutuhan kuliah. Lega saya mendapat tanggapan dari Pringadi yang mengatakan. “tidak apa-apa, kitakan sama-sama mahasiswa. Saya mengerti”. Baru satu bulan kemudian saya mampu mentranfer harga buku yang 50 ribu itu. Oia dalam paket yang dikirim salah satu buku yang berjudul “Alusi” dibubuhi tanda tangannya dengamn tulisan “Salam Kenal Bilik Sukma, ttd Pringadi Abdi” Sedangkan untuk buku “Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung” karya Joko Pinurbo, saya dapatkan tanda [caption id="attachment_75374" align="alignright" width="234" caption="http://arsuka.files.wordpress.com"]