Mohon tunggu...
Ahmad Mujahid
Ahmad Mujahid Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Read Your Arround

Mahasiswa Psikologi Islam IAIN Surakarta dan Pengurus UKM Lembaga Penelitian Mahasiswa Dinamika

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar Kebijaksanaan dari Socrates

6 Juli 2019   12:55 Diperbarui: 6 Juli 2019   12:59 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: altundo.com

Socrates (469 - 399 SM) adalah bapak filsafat barat, tidak banyak sumbangan karya dalam bentuk tulisan, namun nama Socrates akan terus menggaung beriringan dengan kisah hidup dan pemikirannya, yang kemudian menjadi mata rantai para filsuf di masa yang selanjutnya.Sophronicus adalah ayah Socrates dengan profesi sebagai pematung dan ibunya bernama Phaenarete, seorang bidan. 

Socrates seperti pemuda Yunani pada umumnya, yakni belajar musik, senam, dan tata bahasa. Ia juga mengikuti profesi ayahnya sebagai pematung.  Dengan karya patungnya Graces, terletak di jalan menuju Acropolis telah dikagumi hingga abad kedua masehi.

Selama zaman keemasan kebebasan dan pendidikan di Athena, banyak guru berkeliling Yunani untuk mendidik kaum muda. Socrates adalah salah satu guru yang paling terkenal di antara guru-guru ini. 

Banyak guru pada zamannya mengajarkan bahwa seseorang harus memikirkan konsekuensi dari tindakan sebelum membuat keputusan. Socrates mengajarkan bahwa konsekuensi tidak penting. Apa yang paling penting adalah bahwa kita selalu melakukan apa yang benar. 

Dia percaya bahwa jika sesuatu benar, tidak masalah apa yang akan terjadi pada diri kita, maka kita harus melakukannya. Socrates juga mengajar murid-muridnya untuk berpikir sendiri. Dia menciptakan metode pengajaran yang sekarang dikenal sebagai Metode Socrates, yang membantu siswa berpikir jernih, dan mempertanyakan cara mereka berpikir saat ini.

Socrates tidak pernah mengemukakan pemikirannya dalam bentuk tulisan. Tetapi pemikirannya dalam bentuk perbuatan dan ucapan. Socrates berpendapat bahwa filsafat adalah cara menjalani kehidupan. 

Ajarannya adalah mencari kebenaran, dan dia membantu orang lain untuk mengeluarkan sesuatu yang tersimpan dalam jiwa orang tersebut. Itulah sebabnya, dia menggunakan metode maieutik, yakni menggunakan cara sebagaimana yang digunakan oleh ibunya dalam menolong orang yang melahirkan bayinya. Untuk memperoleh kebenaran yang hakiki, Socrates menggunakan cara bertanya, dan dengan pertanyaan itu selanjutnya akan diperoleh pengertian.

Hampir sepanjang hidup Socrates selalu mengajak diskusi kepada orang lain, tidak memandang siapa mereka, seringnya Socrates mengajak diskusi kepada anak muda dan orang-orang pasar, hal yang didiskusikan ialah mengenai makna keadilan, kebaikan, kebahagiaan, dll. 

Beberapa orang selepas berdiskusi dengan Socrates merasa akan semakin bingung dengan pernyataan yang mereka ucapkan sendiri dan kemudian mereka akan memikirkan pula apa yang ditanyakan oleh Socrates.

Bagi pihak pemerintahan, hal yang dilakukan Socrates dianggap mempengaruhi anak muda Athena dan orang-orang pasar. Itu bisa berpotensi mengancam status quo pemerintahan saat itu, hingga akhirnya Socrates dijerat hukum dan dijauhkan dari orang-orang Athena. Beberapa kawan Socrates bingung, tidak menyangka jika seorang figur masyarakat dan kawan ngobrol orang-orang pasar bisa ditahan oleh pemerintah.

Dari banyak pertimbangan dan rujukan dari tokoh yang tidak suka terhadap Socrates, akhirnya pihak pemerintah memberi dua pilihan hukuman terhadap Socrates; pergi dari Athena atau hukuman mati dengan menelan racun.

Socrates sejak muda adalah orang yang cinta kebenaran, dia tidak akan ingkar dan menyerah terhadap kebenaran yang dia lakukan. Socrates memilih hukuman mati dengan menelan racun, daripada pergi dari Athena dengan membawa beban sebagai seorang yang ingkar terhadap kebenaran.

Hukuman mati dengan minum racun disaksikan oleh kawan-kawan dan keluarga Socrates. Raga Socrates sudah tiada, namun nama Socrates dengan cerita tentang dirinya sebagai orang yang cinta kebenaran terestafet dari generasi ke generasi. Murid Socrates juga mengembangkan pemikiran hingga berkembang kompleks diberbagai rumpun keilmuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun