X: Hallo…..
Y: Ya hallo…. ini siapa..??
X: Ini gue… masa gak kenal..?
Y: Serius saya gak kenal…. Siapa..?
X: Sombong ya mentang-mentang sudah sukses..
Percakapan via telephon ini berduras sekitar 10 menit, dan selalu ada kata-kata sombong yang bikin gak enak hati. Kata-kata sombong itu tegas sekali diucapkan dan berulang. Akhirnya saya menjawab nama seorang sahabat lama yang suaranya sangat mirip dengan si penelepon (setelah beberapa saat meningat-ingat).
Y: Kamu Dani ya…??
X: Iyalah… tuh kan mentang-mentang sukses cepat lupa…
Y: Sory bro… loe ganti nomor HP ya…
X: HP kemarin hilang, gue ganti nomor ….
Percakapan pun berlanjut sampai akhirnya mengarah ke bisnis. Bisnis yang ditawarkan adalah barang-barang elektronik. Dan si X berusaha untuk meyakinkan bahwa barang elektronik tersebut sangat murah, tidak akan rugi untuk membelinya. Saya pun terpancing juga untuk membeli, dan si X mengatakan posisi dia saat ini ada di pelabuhan. Si X mengatakan untuk membeli barang-barang itu dia bermain mata dengan petugas pelabuhan, makanya bisa murah.
Di akhir percakapan itu, si X meminta agar saya mengirimkan voucher pulsa untuk petugas pelabuhan. Si X beralasan tempat pembelian pulsa di pelabuhan sangat jauh. Pemberian pulsa kepada petugas dengan maksud untuk memperlancar pembelian, kata si X. Saya diperintah agar segera membelikan voucher tersebut dengan nilai Rp.500.000,- jadi satu voucher yang Rp.100.000,- dikalikan lima orang petugas pelabuhan. Karena saya menganggap si X sahabat lama, maka dengan cepat saya menuju kios penjualan pulsa. Saya langsung tanya ke penjaga kios, “ada voucher seratus ribuan..?”, ada jawab penjaga kios, “minta lima voucher ya..”.
Entah mengapa pada saat penjaga sedang mencari-cari voucher yang saya pesan, ada keinginan hati untuk menghubungi adik si X yang saya anggap Dani itu. Saya menanyakan ke adiknya tentang keberadaan Dani saat ini. Adiknya menjawab baru beberapa saat tadi dia bertemu di depan rumahnya. Saya mulai sedikit merasakan hal yang aneh, lalu saya tanyakan lagi “Dani sering main di pelabuhan ya..?”, adiknya menjawab gak pernah, apalagi main barang=barangt elektronik. Wahh…. saya langsung cancel pembelian voucher, dan saya telephon orang tersebut…
X: Ya hallo.. bagaimana, sudah dikirim nomor vouchernya..?
Y: Penipu loe ya… (suara membentak)
Si X langsung mematikan HP-nya, saya coba hubungi lagi, namun sudah tidak bisa tersambung. Untung saja saya menghubungi adik sahabat saya itu, kalau gak, mungkin saya akan jadi korban penipuan yang ke seribu kali dari si penipu.
Modus si penipu pasti selalu begitu, selalu mengatakan sombong… sudah sukses lupa, si penipu sengaja terus memancing kita agar mengatakan nama seseorang. Kalau kita sudah menyebut nama seseorang, si penipu langsung mengatakan “iya ini saya..”. lalu berkembanglah pembicaraaan.
Dari sekian banyak nama teman, ada kemungkinan besar suara si penipu akan sama persis dengan salah satu teman atau sahabat kita. Pada saat kita ingat dengan suara itu dengan spontan pula kita juga akan menyebutkan nama itu kepada si penipu. Bergembiralah si penipu karena bisa melanjutkan modusnya.
Sekitar tujuh bulan kemudian ada penelphon yang isi pembicaraan sama namun dengan nomor ponsel yang berbeda. Orangnya juga berbeda, karena suaranya tidak sama seperti suara orang yang sok kenal yang pernah saya alami. Sombong dan sudah sukses selalu menjadi bagian dari isi pembicaraan. Karena pengalaman yang sudah didapat, akhirnya saya santai menjawab pertanyaan dari si penipu. Loe udin (saya ngarang nama),” iya dong… sombong banget loe mentang-mentang udah bla,,,bla..bla”.. jawab si penipu. Dan benar dugaan saya ujung-ujungnya bisnis barang-barang elektronik. Saya bumbui sedikit percakapan di telephon agar tampak lebih bersahabat.
Saya : Emak loe yang sakit dah sembuh Din..? (ngarang)
Penipu : Sudah Alhamdulillah…
Saya : Baguslah, ehhh… adik loe yang diperkosa dimana sekarang..?
Penipu : Ada dirumah, sudah mendingan, loe tau darimana…?
Saya : Dari si Pulan teman SD kita, masih ingatkan loe..?
Penipu : Masihlah…. Masa teman dilupakan..
Padahal semua pertanyaan saya itu ngarang, dan si penipu juga harus mengikuti aliran cerita saya. Kalo si penipu tidak mengikuti atau meng-iyakan cerita saya. maka modus penipuannya gak akan berjalan lancar.
Sampailah pada ujung permodusan si penipu, dia terus bicara soal bisnis barang elektronik. Barangnya banyak dan sangat murah karena dia bermain dengan petugas pelabuhan. “Kalo loe mau biar gue pesan, nanti barangnya gue kirim ke rumah loe.. duitnya pembeliannya transfer dulu, masa loe gak percaya sama gue..? kalo ada teman-teman loe yang mo pesan boleh juga.. barangnya terbatas..”.
Dalam waktu dua hari dia si penipu aktif nelphon saya, karena saya bilang ke dia ada enam orang teman saya yang mau pesan. Si penipu bertanya kapan uang mau ditransfer (sebelumnya si penipu sudah memberikan NoRek), karena dari enam orang itu ditambah saya total uangnya mencapai Rp.45.000.000,- (lumayan besar).
Sore hari si penipu telphon lagi, “gimana…. Sudah terkumpul uang-nya..?”, saya jawab belum.. “kenapa..?” tanya si penipu, lalu saya jawab “begini kawan, gue kan lagi di perkampungan banget neh… jauh dari kota (padahal saya di kamar), biasalah cari rezeki. Gue sebenarnya mau telphon teman-teman yang pesan barang itu, tapi pulsa gue gak cukup… sebentar aja mungkin habis. SMS kan kurang pas juga. Cobalah tolong loe kirim pulsa yang Rp.20.000,- biar gue segera telphon mereka..”. Gak beberapa lama kemudian pulsa saya bertambah Rp.20.000,-, dan si penipu pun menghubungi.
“bagaimana..? sudah masuk kan pulsanya..?”. saya menjawab dengan senyum-senyum di dalam kamar, sambil menunjukkan ke teman saya pulsa yang dikirim dari si penipu. Beberapa jam kemudian si penipu menghubungi saya, namun tidak saya jawab, lalu jam berikut si penipu menghubungi saya lagi. Karena sangat tergangu dengan panggilan telphon akhirnya saya jawab juga… si penipu marah “cantik ya cara loe..? mau berapa lagi pulsa yang loe minta..? gue tau alamat loe… gampang mencari loe…awas loe hati-hati..!!”, si penipu mengancam. “hei penipu!! loe cari gue secepatnya, biar loe gue cincang hidup-hidup.!! .masih syukur gue cuma minta Rp.20.000, kalo Rp.100.000 bisa bangkrut loe..!”, saya tantang balik, ponsel si penipu mati dan tidak berani menghubungi lagi.
Lumayan dapat tambahan pulsa Rp.20.000,- hehehehe… pengalaman ini seandainya terjadi kepada para pembaca boleh juga di praktekkan. Siapa tau bisa dapat lebih dari Rp.20.000,-..
Modus seperti ini, biasanya si penipu sok kenal…. Dan setelah si korban menebak siapa dia, barulah modus selanjutnya berjalan. Ujung-ujungnya bisnis..!
Selamat Mencoba..!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H