Pilihan karier seringkali menjadi pertimbangan penting bagi banyak individu, terutama ketika jurusan yang diambil di perguruan tinggi ternyata tidak selaras dengan pekerjaan yang didapatkan. Memilih karier di luar bidang studi dapat menjadi tantangan besar, mengingat persaingan yang ketat, kendala ekonomi, dan ekspektasi yang mungkin bertentangan dengan minat dan kecenderungan pribadi.
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) pernah mengatakan bahwa 80 persen mahasiswa di Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliah yang diambil. Berdasarkan data, hanya 20 persen lulusan yang memiliki pekerjaan sesuai dengan jurusan atau bidang ilmunya.
"Bapak (dan) Ibu tahu tidak, berapa persen lulusan kita yang mengikuti prodinya pada saat kerja? Maksimal 20 persen," ujar Nadiem dalam dialog yang diunggah kanal YouTube Universitas Sumatra Utara, dikutip Selasa (02/11/2021).
Sedangkan 80 persen dari lulusan itu bekerja di luar prodi mereka. "Delapan puluh persen dari lulusan kita tidak masuk ke dalam sektor di mana itu prodinya," tambah Nadiem.
Pertama-tama, kita harus mengakui bahwa tidak semua orang menemukan pekerjaan sesuai dengan jurusan yang mereka pelajari. Banyak faktor dapat mempengaruhi hal ini, seperti perubahan minat pribadi, keadaan ekonomi, atau bahkan pergeseran kebutuhan industri. Adapun penjelasan lebih lengkapnya antara lain:
1. Kurangnya Informasi
Faktor ini berkaitan dengan kurangnya pengenalan diri terkait minat,bakat individu dan prospek karier yang dipilih sebelum memasuki perguruan tinggi. Sehingga individu sering kali asal pilih jurusan, hal ini menyebabkan individu mengalami kesulitan, kebingungan, atau ketidakpuasan dalam belajar dan bekerja.Â
2. Memilih jurusan yang tidak sesuai saat kuliah, baik karena pilihan orang tua, ikut-ikutan teman, yang penting masuk perguruan tinggi negeri atau alasan lainnya.Â
Banyak individu yang memilih jurusan berdasarkan keinginan atau harapan orang tua mereka, tanpa mempertimbangkan minat dan bakat mereka sendiri, terpengaruh oleh teman-teman mereka, baik karena ingin bersama-sama, ingin populer, atau ingin mengikuti tren serta ada pula individu yang memilih jurusan hanya karena ingin masuk ke perguruan tinggi negeri, tanpa memperhatikan apakah jurusan tersebut sesuai dengan minat dan bakat mereka.
3. Ketersediaan lapangan kerja akibat pergeseran kebutuhan industri, perkembangan teknologi dan persaingan yang ketat.Â
Teknologi yang terus berkembang dan berubah membuat banyak jurusan kuliah menjadi kurang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini menyebabkan lulusan jurusan tersebut sulit bersaing dengan lulusan jurusan lain yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih sesuai dengan perkembangan teknologi.
4. Adanya peluang dan tantangan baru di luar bidang studi.Â
Banyak lulusan kuliah atau pekerja yang melihat adanya peluang dan tantangan baru di bidang lain yang lebih menarik, menjanjikan, atau bermanfaat bagi diri mereka. Mereka ingin mencoba hal-hal baru yang lebih sesuai dengan passion, tujuan, atau nilai-nilai mereka. Hal ini bisa dipicu oleh adanya inspirasi, pengalaman, atau kesempatan yang datang kepada mereka.
5. Ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realita saat menjalani kuliah atau pekerjaan.
Banyak mahasiswa atau pekerja yang merasa tidak cocok atau tidak nyaman dengan jurusan atau pekerjaan mereka. Mereka merasa tidak tertarik, tidak termotivasi, atau tidak terampil dengan bidang yang mereka pilih. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya informasi, pengetahuan, pengalaman tentang bidang tersebut sebelum memilihnya.
Lalu, dengan mencari solusi menjadi langkah yang penting. Solusi tidak selalu berarti harus melupakan sepenuhnya apa yang telah dipelajari, namun sebaliknya, adalah tentang menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan minat yang dimiliki untuk menemukan keselarasan yang lebih baik.
Sri Yuliani, guru Bimbingan Konseling dari SMAN 46 Jakarta, mengatakan solusi dalam mengurangi peserta didik salah pilih jurusan kini sudah teratasi dengan adanya kurikulum baru, yaitu Kurikulum Merdeka.
"Dari SMP, peserta didik sebenarnya sudah diarahkan mau melanjutkan pendidikan di SMK/SMA. Lalu, dengan Kurikulum Merdeka, jurusan MIPA, IPS, Bahasa itu sudah tidak ada, melainkan diganti dengan per kelompok mapel pilihan. Dari mapel pilihan itu juga sudah dilakukan bimbingan konseling," terang Sri Yuliani, Sabtu (6/1/2024).
Di sisi lain, Rizky, guru honorer mata pelajaran Bimbingan Konseling SMAN 46 Jakarta, menanggapi isu terkait pekerja yang tidak linier dengan jurusan yang dulu diambil.
"Kalau yang saya lihat dari media sosial, memang banyak pekerja yang tidak linier jurusan dengan pekerjaannya. Sebenarnya sah-sah saja, karena sudah direkrut perusahaan dan mungkin ada pertimbangan lainnya karena pasti ada plus dan minusnya. Tapi memang tidak semua pekerjaan bisa tidak sesuai dengan jurusannya, misalnya dokter, perawat, pilot." ujar Rizky, Sabtu (6/1/2024).
Rizky juga menambahkan solusi bagi individu dalam upaya memahami potensi diri sendiri sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan jurusan. Solusi yang disarankan mulai dengan memaksimalkan hobi, menyesuaikan kemampuan, dan pertimbangan orang tua.
"Sejauh ini, anak-anak juga masih bingung dan belum paham dengan potensinya sendiri. Pertanyaan pertama yang saya tanya itu dari hobimu apa? Kita semua pasti setuju dengan kalimat kalau pekerjaan yang paling menyenangkan itu adalah hobi yang dibayar. Kedua, sadar diri dengan kemampuan. Misalnya, jangan memaksakan statistik kalau tidak bisa berhitung. Dan yang terakhir itu pertimbangan dari orang tua," tambah Rizky.
Adapun, Dasaat Warsa Kusuma yang akrab dipanggil Dida, seorang pekerja pedagang pulsa dekat SMAN 46 Jakarta yang merupakan lulusan akademi perbankan. Dida membagikan pengalamannya dulu yang sempat bekerja di perusahaan akuntansi dan staff gudang restoran.
"Dulu pertama kali pengen kerja di bank, tapi nyatanya tidak dapat-dapat dan akhirnya bekerja di perusahaan bidang akuntasi. Namun perusahaan itu failed dan saya bukan dikeluarkan tapi dibagiin pesangon. Setelah lama tidak bekerja akhirnya mulai lagi sebagai staff gudang di restoran food & beverage namun bangkrut lagi, hingga akhirnya mutusin dagang karena lebih nyaman dagang." kata Dida, Sabtu (6/1/2024)
Dida menjelaskan alasan dulu tidak bekerja di jurusan yang diambil karena kurangnya relasi.
"Kendalanya waktu jamannya saya karena gak ada orang dalam, kerja sesuai jurusan kalau gak punya orang dalam agak susah. Akhirnya mau gak mau bekerja di luar jurusan banyak lah yang kayak begitu." jelasnya.
Dida juga menambahkan tantangan yang muncul ketika memilih pekerjaan yang tak selaras dengan jurusan yang diambil.
"Kalau tantangannya sebenarnya gak banyak soalnya waktu kita bekerja ada arahan-arahan dan kita tinggal menyesuaikan dari kantor aja. Mungkin waktu dulu saya bekerja di keuangan jadi tidak terlalu sulit karena sudah ada basic." tambahnya.
Memilih karir di luar bidang studi merupakan sebuah fenomena yang cukup umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang melakukannya karena berbagai alasan. Oleh karena itu, memilih karier di luar bidang studi harus mempertimbangkan dengan matang keputusannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H