Mohon tunggu...
Bilah Nabilah
Bilah Nabilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

sometimes need place to keep my idea, maybe here

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bencana Hidrometeorologi: Nyatanya Diperburuk Aktivitas Manusia

12 Juni 2024   14:22 Diperbarui: 12 Juni 2024   16:05 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bencana Hidrometeorologi (dari kiri ke kanan: banjir, puting beliung, longsor) (Sumber: Getty Images)

Sementara itu, gas metana banyak dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti contohnya adalah gas metana yang dihasilkan dari degradasi bahan organik oleh bakteri anaerob di lahan sawah, gas metana dari kotoran hewan ternak, gas metana yang terperangkap dalam batubara dan lepas selama penambangan, juga metana yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organik di tempat pembuangan akhir (TPA) dalam kondisi anaerob.

Gas CO2 dapat dihasilkan dari berbagai sumber. Secara alami, gas CO2 dihasilkan dari hasil respirasi organisme hidup, dekomposisi bahan organik, dan kebakaran hutan alami. Dari hasil aktivitas manusia, gas CO2 banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan dua produk utama, yaitu air (H2O) dan gas CO2. 

Selain itu, proses industri seperti industri semen yang melakukan proses kalsinasi juga turut berkontribusi menghasilkan gas CO2. CO2 juga dapat meningkat konsentrasinya saat terjadi penebangan hutan dan konversi lahan hutan disebabkan berkurangnya pepohonan yang menggunakan gas CO2 dalam proses fotosintesisnya untuk menghasilkan gas oksigen (O2) dan glukosa (C6H12O6).

Gas N2O merupakan gas rumah kaca yang kuat dan dapat merusak ozon. Secara alami, gas ini dihasilkan dari proses nitrifikasi dan denitrifikasi baik di dalam tanah ataupun oleh mikroba di lautan. 

Dari hasil aktivitas manusia, gas N2O dihasilkan dari penggunaan pupuk berbahan dasar nitrogen seperti urea, pengelolaan kotoran hewan, industri seperti produksi asam nitrat (HNO3) dan pembuatan nilon, penggunaan bahan bakar fosil, dan pengelolaan limbah.

Selain ketiga gas di atas, senyawa seperti klorofluorokarbon (CFC) yang digunakan dalam sistem pendingin seperti air conditioner (AC) dan lemari es dapat bereaksi dengan senyawa ozon (O3) dalam suatu siklus yang terus menerus sehingga mengurangi senyawa ozon di atmosfer dan merusak lapisan ozon menyebabkan semakin buruknya perubahan iklim.

Aldrian (2011) menyebutkan, bahwasannya efek rumah kaca yang disebabkan oleh senyawa-senyawa di atas dapat mempengaruhi siklus air dan menyebabkan meningginya curah hujan. Lebih lanjutnya, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir dan longsor. Selain itu, pemanasan global akibat dari efek rumah kaca dapat memicu terjadinya puting beliung akibat dari peningkatan suhu pada permukaan bumi yang menyebabkan naiknya perbedaan tekanan udara suatu daerah dengan daerah lainnya.

Oleh karena itu, upaya untuk memanajemen resiko perubahan iklim adalah perlu dilakukannya mitigasi dengan cara meminimalisir aktivitas yang dapat memberikan kontribusi terhadap memperburuknya perubahan iklim. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan energi terbarukan untuk mengganti bahan bakar fosil, efisiensi energi, reboisasi dan aforestasi, pengembangan teknologi bersih, penerapan kimia hijau,  dan praktik pertanian, perternakan, dan industri yang ramah lingkungan.

Sumber:

Penulis:

Bilah Nabilah

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun