Tetapi hingga kini, prosesnya seperti hilang di makan pandemi. Tidak ada pemberitaan tentang progres pembangunan jalur tersebut, terakhir hanya mengenai skema pembiayaan 10 bulan lalu. Dengan pandemi ini juga banyak proyek pemerintah daerah dialihkan untuk penanganan pandemi, skeptis kembali masyarakat.
Menemani Masa Kecil Hingga Dewasa
Problematika truk menemani masa kecil penulis hingga kinin menjadi mahasiswa. Dari mulai kemacetan, jalan rusak, kecelakaan, hingga kerusuhan-kerusuhan yang menolak keberadaan truk tambang. Sebenarnya kecamatan Parung Panjang banyak diisi oleh masyarakat perantauan dan banyak dari warga lokal yang berprofesi sebagai truk tambang sehingga kini masyarakat hanya bisa berharap dari penanganan pemerintah dalam mengatasi masalah ini.
Dimulai sejak era masyarakat yang menunggu angkot hingga kini yang memesan ojek online melalui gadget mereka. Tidak ada perubahan sama sekali bahkan tidak ada penanganan dari pemerintah daerah, yang ada hanya pembiaran. Portal khusus truk di perbatasan pun kini hanya proyek yang tak pernah ditutup, hanya sebagai pajangan yang akan ditutup ketika datang para penjabat.
Sudah lupa berapa kali calon-calon penjabat datang, mengucap janji, mendengar keluh kesah untuk mendapat suara, lalu hilang ketika berkuasa. Parung Panjang tidak baik-baik saja, masyarakat butuh keadilan, sudah berpuluh-puluh tahun berharap tapi tidak ada tanggapan.
Harapan Baru
Setelah kabar proyek hilang di makan pandemi, Pak Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menginformasikan bahwa pada tahun ini akan segera dimulai pembebasan lahan dan segala urusan di atas meja, harapan pun kembali bangkit namun proses kontruksi baru direncanakan pada tahun 2022. Semoga harapan kali ini bisa berdampak baik bagi masyarakat maupun perusahaan tambang.
Biladi Muhammad, STISIP Widuri Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H