Mohon tunggu...
Nabila Hana
Nabila Hana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga

Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2023 di Tengah Pandemi Covid-19

16 Agustus 2023   21:27 Diperbarui: 16 Agustus 2023   21:52 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2023 di Tengah Pandemi COVID-19

Tahun 2023 telah memberikan tantangan ekstra bagi penanganan penyakit demam berdarah di Indonesia, dengan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Penyakit demam berdarah, disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, telah menjadi salah satu masalah kesehatan utama di negara ini selama bertahun-tahun. Namun, pandemi COVID-19 telah menambah kompleksitas dalam menghadapi penyakit ini.

Dampak pandemi COVID-19 tidak hanya terasa pada kesehatan fisik, tetapi juga pada sistem perawatan kesehatan secara keseluruhan. Banyak sumber daya kesehatan dialihkan untuk menangani COVID-19, yang mengakibatkan penurunan dalam upaya pencegahan, deteksi, dan pengobatan penyakit demam berdarah. Sistem perawatan kesehatan yang terbebani dapat menghambat respons efektif terhadap kedua penyakit ini.

Tahun 2023 menyaksikan peningkatan kasus demam berdarah di Indonesia. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, ketidakseimbangan ekosistem, dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan telah mengakibatkan peningkatan populasi nyamuk vektor. Langkah-langkah pencegahan yang terganggu oleh pandemi telah memungkinkan virus dengue untuk lebih cepat menyebar.

Di tengah pandemi, penting bagi masyarakat untuk tetap memahami pentingnya langkah-langkah pencegahan penyakit demam berdarah. Meskipun banyak perhatian tertuju pada COVID-19, upaya menjaga kebersihan lingkungan, menghilangkan tempat penampungan air yang potensial menjadi sarang nyamuk, dan mengenali gejala awal demam berdarah tetap krusial.

Pandemi ini telah menyoroti pentingnya kerjasama lintas sektor dalam penanganan kesehatan. Upaya pencegahan dan pengobatan demam berdarah harus melibatkan berbagai pihak, termasuk kesehatan, lingkungan, dan pemerintah daerah. Dalam konteks pandemi, integrasi penanganan dua penyakit ini memerlukan alokasi sumber daya yang cerdas dan kolaborasi yang erat.

Referensi:
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Demam Berdarah Dengue http://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_DBD-1.pdf
2. Universitas Gajah Mada. (2021). Cegah DBD ditengah pandemi lakukan 3M plus. https://ugm.ac.id/id/berita/21482-cegah-dbd-ditengah-pandemi-lakukan-3-m-plus/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun