Mohon tunggu...
Aliyah Fatmawati
Aliyah Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - kajian ilmu bimbingan dan konseling

membahas secara komprehensif ilmu bimbingan dan konseling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Era Revolusi Industri 4.0 terhadap Manajemen Bimbingan dan Konseling

16 Desember 2021   07:07 Diperbarui: 16 Desember 2021   07:12 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat memunculkan inovasi baru yang berpengaruh pada beberapa sektor, seperti ekonomi, budaya, dan sosial. Peran manusia tergeser oleh teknologi sehingga mengubah cara kerja, bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain (Tritularsih & Sutopo, 2017). Hal ini menyebabkan generasi selanjutnya perlu mengembangkan diri untuk bisa bertahan dalam menghadapi Era Revolusi Industri 4.0.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 membuat terobosan yang luar biasa untuk sebagian orang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi mengakibatkan beberapa sebagian orang menangkap kesempatan dan mampu memanfaatkan dengan baik. Untuk sebagian orang yang mampu mengimbangi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu melahirkan suatu gagasan yang baru.

Bimbingan dan Konseling merupakan layanan yang berusaha untuk membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan potensi dirinya baik pada bidang pribadi, belajar, sosial, maupun karir. Selain itu, pelayanan bimbingan dan konseling juga membantu konseli untuk menyelesaikan hambatan dan masalah yang peserta didik alami. Untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, dibutuhkan suatu pengelolaan. Hal tersebut bertujuan agar program-program bimbingan dan konseling bisa mencapai tujuannya dengan efisien dan tepat sasaran. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen bimbingan dan konseling. Manajemen BK dapat dilakukan dengan mendesain program layanan berdasarkan hasil observasi kebutuhan (analisis kebutuhan) bukan dari pendapat subjektif. Setelah terancang dengan baik, kemudian dilakukan dengan tepat sasaran dan kontrol action-nya yang efektif dan efisien. Setelah itu, refleksikan hasilnya melalui evaluasi sebagai bahan penyempurnaan untuk program selanjutnya.

Manajemen dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan proses perencanaan, perancangan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam manajemen BK terdapat 5 proses utama menurut Gyebers yakni,

  • Perencanaan (planing)

Perencanaan program bimbingan dan konseling tidak serta merta muncul secara otomoatis. Sudah ada intrumen-instrumen  yang dikumpulkan. Beberapa perencanaannya didapatkan melalui : 1) analisis kebutuhan siswa, 2) penentuan tujuan BK, 3) analisis situasi sekolah Pada tahap ini, konselor/Guru BK membuat asesmen untuk siswa agar bisa diketahui dan dianalisis kebutuhannya. Pada tahap ini, mekanisme personalia ditetapkan, disusun, dan diadakan pembagian tugas.

  • Perancangan (designing)

Setelah melaksanakan asesmen, data diolah dan ditentukan prioritas kebutuhannya. Kemudian penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, penetapan jenis kegiatan yang akan diaksanakan, penetapan personel kegiataan, persiapan fasilitas dan biaya kegiatan. Lalu dilanjutkan dengan membuat program tahunan dan semesteran berdasarkan kebutuhan peserta didik yang sesuai dengan POP BK.

  • Implementasi (action)

Dalam tahap ini sangat dibutuhkan pengarahan dan kepemimpinan (leading). Tugas pimpinan adalah untuk mengarahkan dan memimpin para personalia sehingga bekerja sesuai dengan job atau bidang tugasnya masing-masing. Selain itu, dilakukan pengawasan dan penilaian mulai dari penyusunan rencana program hingga pelaksanaannya.

  • Evaluasi (evaluating)

Evaluasi pelaksanaan program memiliki tujuan untuk menilai efisiensi dan efektifitas manajemen bimbingan dan konseling di sekolah. Tujuannya ada 2, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumya adalah untuk mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling, yang kedua untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan tujuan khususnya adalah meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program yang telah dicapai, memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan bimbingan dan konseling yang ada, mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakan dan jenis layanan yang memerlukan perbaikan atau pengembangan, mengetahui tingkat partisipasi staf atau personel sekoah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan program, mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah, memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan perencanaan langkah-langkah pengembangan program, dan membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Gagasan Revolusi Industri 4.0 ini muncul untuk menjawab pemenuh kebutuhan manusia dalam berbagai bidang, tidak terkecuali bidang bimbingan dan konseling di sekolah. Banyak dijumpai di Era Revolusi Industri 4.0 berkembang aplikasi baru yang menyajikan penawaran pembelajaran yang lebih menarik. Kegiatan konseling individual misalnya, yang merupakan salah satu program bimbingan dan konseling, menjadi lebih mudah menjangkau siswa karena dapat dilakukan secara daring. Selain itu, aplikasi bimbingan dan layanan e-counseling pun bisa diimplementasikan. Dengan adanya program layanan serba online, menjadikan materi bimbingan dan layanan konseling bisa diakses lebih mudah. Hal ini tidak didapatkan di dalam pembelajaran di sekolah. Banyak dijumpai, di sekolah pembelajaran menggunakan banyak buku, pelaksanaan pembelajaran terbatas tempat dan waktu, serta penyajian materi kurang menarik.

Hadirnya Era Revolusi Industri 4.0 membuat kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling mengalami perubahan dan peningkatan. Para guru BK dan konselor perlu meningkatkan kemampuan literasi mereka, yang meliputi literasi manusia, data dan juga teknologi. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling harus disesuaikan pada kebutuhan peserta didik yang disiapkan mampu menghadapi digitalisasi dan globalisasi dunia. Di era Revolusi Industri 4.0 kegiatan manajemen Bimbingan dan Konseling pun menjadi lebih mudah terlaksana, dimulai dari tahap perencanaan yang membutuhkan assessment kebutuhan peserta didik menjadi lebih mudah diakses dengan bantuan aplikasi -- aplikasi yang tersedia. Pada tahap pelaksanaan layanan pun peserta didik menjadi lebih mudah mengakses layanan bimbingan maupun konseling dari mana saja. Peserta didik tidak diharuskan datang ke sekolah untuk mendapatkan bantuan layanan, tapi bisa menggunakan media online yang tersedia seperti Google Meet, Zoom, atau aplikasi E-Counseling yang dibuat sendiri oleh pihak sekolah.

Penulis : (Aliyah Fatmawati dan Radien Imamia S.)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun