Modernisasi menjadi sebuah keniscayaan yang terus terjadi tanpa bisa dihentikan. Bahkan masyarakat sekarang yang dikenal sebagai masyarakat digital tampaknya akan terus membuat modernisasi segala sektor lewat teknologi. Tapi, ada satu yang sepertinya dilupakan yaitu efek emisi karbon yang terus meningkat. Untuk itu, perlu keseriusan dalam mencapai net-zero emissions untuk bumi yang lebih baik.
Teknologi dan digitalisasi sangat bisa diandalkan untuk menciptakan energi yang lebih hijau dan bersih untuk bumi. Namun tantangan terbesarnya adalah terkadang energi yang lebih bersih ini sangat mahal harganya. Pertimbangan investasi yang besar seringkali jadi batu sandungan bagi negara-negara di dunia.
Penyebab Emisi Karbon Sehari-Hari
Sebelum membahas apa itu net-zero emissions dan mengapa itu penting, sebelumnya mari pahami lagi apa yang menjadi sebab masalah emisi karbon ini. Setiap hari, manusia memproduksi karbon lewat tindakan-tindakan sepele, lho. Bahkan dari kegiatan sehari-hari yang tidak disadari. Emisi karbon sendiri adalah zat yang dihasilkan dari pembakaran senyawa yang mengandung karbon.
Contohnya kegiatan harian yang menghasilkan karbon adalah bernafas, pembuangan dari nafas adalah karbon dioksida yang jelas sumber emisi. Kemudian, kebiasaan membakar sampah di lingkungan rumah juga salah satu pemicunya. Belum lagi gas metana hasil dari limbah pertanian, kotoran hewan, sampai sisa makanan rumah tangga.
Sejak tahun 1950 emisi karbon ini meroket akibat tingginya permintaan akan produk industri. Kegiatan produksi di pabrik juga semakin tinggi, maka dibutuhkan energi yang besar juga untuk bisa berproduksi. Modernisasi selalu berbanding lurus dengan meningkatnya emisi karbon. Penggunaan energi berbasis fosil yang terus menerus ditengarai juga jadi sumber peningkatan emisi karbon.
Efeknya semakin mengkhawatirkan bagi bumi dimana perubahan iklim sudah didepan mata. Sayangnya, edukasi di tingkat masyarakat masih belum maksimal. Memang benar ini adalah masalah skala dunia dan perlu kebijakan internasional yang tegas untuk mengatasinya. Tetapi, masyarakat tetap bisa ambil peran untuk bisa mengurangi emisi karbon ini.
Semangat Net-Zero Emissions Mulai Sekarang
Karena sudah menjadi masalah global dan mengancam masa depan bumi, maka semangat akan net-zero emissions harus ditanamkan sejak dini. Anak-anak bumi harus tahu bahwa buminya sudah tidak lagi sehat untuk ditinggali jika perilaku tidak diubah. Maka, mulai dari level anak-anak harus sudah dikenalkan bagaimana berkegiatan sehari-hari yang ramah lingkungan.
Orang dewasa perlu jadi role model. Memang sangat sulit memulai kebiasaan baru yang diharapkan terus-menerus dilakukan. Alasannya karena banyak orang yang tidak menganggap masalah emisi karbon ini sebagai sesuatu yang penting. Masalah ini skalanya tidak sedarurat ketiadaan uang, pulsa, putus dari pacar, atau tidak bisa main game online bareng teman.
Bagaimana Cara Menekan Timbulnya Gas Buang?
Mencapai net-zero emissions bukanlah hal mudah, tapi tetap bisa dilakukan. Ada banyak cara bagi penduduk bumi untuk mewujudkannya yaitu dengan menekan gas buang. Berikut ini caranya:
1. Stop Penggunaan Plastik
Mikroplastik yang dihasilkan dari limbah plastik sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga bisa memicu timbulnya emisi karbon. Di Indonesia saja, jumlah sampah plastik menyentuh angka 64 ton per tahun! Jika dipadatkan dan disatukan, sampah-sampah plastik ini bisa membentuk pulau baru. Limbah plastic ini paling banyak berakhir di laut dimana merusak ekosistem dan biota laut.
Untuk itu, budayakan untuk stop plastik kresek saat belanja sayur di tukang sayur, di supermarket, di warung-warung, dan di semua tempat perbelanjaan. Siapkan kantong belanja sendiri di mobil, tas, motor, dan gunakan saat membeli apapun. Bawa tumbler sendiri dan isi dengan air mineral dari rumah. Bawa cup sendiri untuk kopi jika membeli sistem to go. Yuk, pasti bisa.
2. Naik Kendaraan Umum
Sarana transportasi yang ada di Indonesia terus diperbaiki. Khususnya di kota besar apalagi di ibu kota, transportasi umum makin ramah lingkungan. Maka, abaikan gengsi nyetir mobil atau motor sendiri ke kantor, sekolah, tempat les, mall, atau kemanapun tujuannya dan beralihlah ke kendaraan umum. Gas buang dari kendaraan bermotor adalah penyumbang emisi karbon terbanyak.
Asap kendaraan bertahan lama di udara dan memerangkap matahari di atmosfer menyebabkan suhu udara jadi lebih panas. Jadi, jika ingin kualitas udara lebih baik, sudahi kebiasaan nyetir sendiri kemana-mana karena ini sama sekali tidak keren. Selain jadi sumber polusi, pertimbangkan juga tarif parkir yang selangit. Nah, mending naik kendaraan umum, kan.
3. Gencarkan Bank Sampah
Perubahan tanpa adanya kompensasi tampaknya memang masih sulit terjadi di masyarakat. Namun gerakan bank sampah bisa jadi pintu masuk untuk masyarakat mengubah cara mereka mengelola sampah. Rumah tangga yang tadinya terbiasa mencampur sampahnya akan mulai belajar memilah karena ada imbalan berupa uang tabungan dari sampah itu tadi.
Sebenarnya, di Indonesia sudah ada 11.516 bank sampah yang tersebar di 363 kabupaten. Lewat bank sampah, selain untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga, bisa dijadikan sarana edukasi pentingnya mengolah sampah. Sampah rumah tangga di Jakarta saja sudah sangat memprihatinkan apalagi jika ditambah dari kota-kota lain. Kalau ada bank sampah jangan lupa join, ya.
4. No Styrofoam
Siapa bilang limbah plastik lah yang paling berperan menyumbang emisi karbon. Wadah Styrofoam yang biasa membungkus bubur ayam favorit ternyata sama bersalahnya. Perlu 1000 tahun untuk bisa mengurai Styrofoam, lho. Parahnya lagi, Styrofoam baru bisa didaur ulang atau dihancurkan dengan teknologi super mahal.
Yang bisa dilakukan generasi sekarang adalah dengan menggunakan wadah makan ramah lingkungan. Jika memiliki usaha kuliner, ganti packaging dengan yang lebih ramah lingkungan. Sekarang sudah mulai banyak wadah dari bahan organik yang tahan air. Untuk konsumen, usahakan membawa wadah sendiri ketika membeli makanan untuk dibawa pulang. Repot sedikit untuk masa depan lebih baik.
5. Jangan Buang Sampah Sembarangan!
Perilaku membuang sampah di sembarang tempat masih sulit dihilangkan dari masyarakat apalagi di lingkungan padat penduduk. Banyak orang gemar membuang sampah di selokan, sungai, lahan kosong, dan tempat-tempat yang tidak semestinya. Perilaku ini sangat mendasar dan perlu usaha keras memeranginya.
Pengelolaan sampah dimulai dengan mengubah cara membuangnya. Jika belum bisa memilah, minimal buanglah di tempat sampah dan jangan di lingkungan sekitar. Selain menimbulkan masalah seperti banjir atau tanah longsor, sampah menggunung juga menimbulkan pencemaran lingkungan yang berefek pada meningkatnya emisi karbon.
6. Tanam Pohon, Jaga Kebersihan Laut dan Pantai
Usahakan menanam pohon pada lahan di rumah dan lahan-lahan kosong di lingkungan sekitar. Tujuannya agar semakin banyak produksi oksigen yang dihasilkan dari pohon-pohon ini lalu bisa menyerap emisi karbon. Selain itu, jaga laut dan pantai tetap bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sampah selalu berakhir di laut, lho.
Oksigen yang dihasilkan oleh laut sangat besar bahkan lebih besar daripada yang dihasilkan hutan. Untuk itu, selain memperbanyak pohon, mengurangi penebangan liar, menjaga laut agar tetap bersih juga sangat penting. Ini semua bisa dimulai dari budaya menjaga lingkungan sekitar tetap bersih misalnya buang sampah di tempat sampah, bukan di selokan.
Net-zero emissions bukan hal mustahil walaupun perlu usaha sangat keras untuk melakukannya. Industri-industri harus lebih memikirkan dampak yang terjadi pada lingkungan dan bumi. Ini membutuhkan komitmen kuat dari negara-negara di dunia. Sebagai masyarakat, mulai dengan melakukan 6 hal di atas, ya. Yuk, jadi penjaga bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI