Meskipun Indonesia baru saja dikalahkan Arab Saudi di kandang sendiri dengan skor 1-2, namun saya merasakan adanya harapan pada pertandingan malam tadi. Sudah menjadi “kebiasaan” dari kebanyakan rakyat Indonesia untuk mengumbar nasionalisme sebelum pertandingan dan kembali nyinyir begitu peluit akhir pertandingan dibunyikan. Biasanya saya pun begitu. Tetapi kali ini, saya merasa ada yang berbeda di penampilan tim nasional Indonesia kali ini.
Apakah itu?
Sudah terpatri di kepala saya, kualitas tim nasional Indonesia itu buruk. Kiper yang sering blunder, barisan pertahanan yang lambat dan tumpulnya serangan tim garuda, membuat saya selalu pesimis dengan tim nasional saya sendiri. Namun, saya sangat menikmati perjuangan tim nasional Indonesia pada pertandingan kali ini. Penampilan tim Indonesia memang jauh dibawah, jika dibandingkan dengan jajaran negara/klub papan atas yang biasa kita saksikan di televisi. Tetapi, entah mengapa saya merasakan semangat untuk bangkit dari tim nasional Indonesia.
Pemain yang paling menonjol di pertandingan kali ini, selain Boaz Salosa yang berhasil mencetak gol semata wayang Indonesia tentunya, adalah penjaga gawang kita, Kurnia Meiga. Saya tidak setuju dengan penilaian goal.com yang menempatkan Kurnia Meiga sebagai pemain terburuk di pertandingan kontra Arab Saudi ini. Kurnia Meiga berhasil melakukan beberapa penyelamatan gemilang dari serangan bertubi Arab Saudi. Beberapa tendangan jarak jauh yang ditembakkan pemain Arab berhasil ditepis/ditangkapnya, begitu pula beberapa umpan silang berhasil digagalkan olehnya. Tanpanya, entah berapa gol yang harus diderita Indonesia malam ini. Kecolongan dua gol tidak sepatutnya membuat Meiga menjadi pemain terburuk di pertandingan tersebut.
Ya, saya mengatakan banyak gol akan diciptakan Arab Saudi jika Meiga tak ada, karena barisan pertahanan kita sangat buruk. Supardi, Hamka Hamzah, Victor dan Zulkifly Syukur gagal mengimbangi gempuran serangan Yahia Al Shahry, dkk. Bek kita kalah cepat dengan penyerang – penyerang Arab Saudi. Pemain Indonesia seakan memberi ruang untuk Arab Saudi menyerang, Indonesia tidak memberikan tekanan sama sekali untuk merebut bola dari kaki pemain Saudi. Belum lagi, kalahnya bek – bek Indonesia di bola – bola udara, menambah kacau balaunya lini pertahanan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan dua gol untuk Arab Saudi, oleh Al Shahry dan Yousef Al Salem, hasil dari pertarungan bola udara.
Ponaryo dan Wanggai yang seharusnya menguasai lini tengah lalai melaksanakan tugas mereka. Tidak terlihat sama sekali kontribusi mereka pada pertandingan kali ini. Tampaknya saya harus setuju dengan komentar Bang Sina, “sebaiknya Ponaryo cukup jadi ketua Asosiasi Pesepakbola Profesional (APPI) saja. Tak perlu turun kaki di tim nasional Indonesia lagi”. Kelalaian kedua pemain ini menjadikan lini tengah Indonesia kosong. Tidak ada yang menjemput bola dari lini belakang dan mengantarkannya kepada pemain sayap dan penyerang yang siap menyambut. Muhammad Ridwan dan Ian Kabes pun tak banyak memberikan kontribusi untuk membangun serangan Indonesia.
Berbeda dengan luluh lantaknya barisan pertahanan Indonesia, saya merasa puas melihat permainan Boaz, van Dijk, dan Greg Nwokolo (yang turun sebagai pemain pengganti di menit 63). Pada menit ke-5, Boaz berhasil memanfaatkan bola dari Kurnia Meiga, yang gagal dihalau oleh bek Arab Saudi, menjadi sebuah gol cantik, setelah sempat mengecoh dua bek lawan. Saya sempat was – was aksi gocek menggocek itu akan berakhir naas, tapi beruntung Boaz bermain pandai sekali malam tadi. Boaz, van Dijk dan Greg sebenarnya sudah rajin menjemput bola dari belakang. Berkali – kali dribble yang dilakukan oleh Boaz merepotkan Arab Saudi.
Van Dijk sempat menunjukkan kehebatannya sebagai seorang penyerang. Tendangan bebas van Dijk sudah tepat menuju gawang, sedikit lebih menyudut saja, mungkin Indonesia akan bisa mengukir gol keduanya. Sayangnya, bola tendangannya masih dalam jangkauan Abdullah. Kekuatan van Dijk untuk bertarung di udara juga tidak bisa diremehkan. Sundulannya yang menyambut tendangan bebas Boaz di 5 menit sebelum pertandingan berakhir, sangat baik dan terarah, hanya melayang tipis saja di atas mistar gawang Arab Saudi. Kurangnya jumlah supply bola ke arah van Dijk, yang seharusnya dilakukan oleh Ponaryo dan Wanggai, membuatnya melempem, tak menghasilkan gol sama sekali di pertandingan ini.
Greg Nwokolo yang baru dimasukkan pada menit ke-63 berhasil merubah kecepatan permainan Indonesia. Semenjak dimasukkannya Greg, Indonesia lebih kreatif dalam menyerang. Kehadirannya sangat membantu Boaz dan van Dijk yang “berjuang sendiri” di lini depan selama itu. Umpan – umpan silangnya sangat baik, meski masih gagal dikonversi menjadi gol oleh van Dijk dan Boaz. Penampilan perdananya di timnas Indonesia bukanlah suatu aib untuk dikenang.
Gagalnya penyerangan tim Indonesia, selain disebabkan oleh kurang supply bola, juga disebabkan oleh kedisiplinan pemain Arab Saudi dalam menekan Indonesia untuk mendapatkan bola. Berkali – kali kita lihat aliran umpan Indonesia berhasil dipotong oleh bek – bek Arab Saudi. Bahkan sering kali, aliran umpan ini sudah dipotong dari lini tengah, yang dihuni oleh Nawaf Al Abid, Taisir Al Jassim, Saud Khariri, dan, yang paling berpengaruh di kubu Arab Saudi, Yahia Al Shahry. Di samping itu, Sergio van Dijk dibuat tak banyak berkutik berkat pengawalan ketat Sultan Al Bishi.
Irfan Bachdim yang dimasukkan ke lapangan pada menit ke-75 tidak berkontribusi dan malah mendapatkan sebuah kartu kuning untuk pelanggaran yang tidak perlu. Sementara Bustomi, yang memiliki potensi untuk memberikan umpan – umpan cantik bagi para penyerang Indonesia malah baru dimasukkan pada menit ke-89. Ditambah Andik yang juga berpotensi untuk menambah daya serang tim Indonesia dibiarkan menghangatkan bangku cadangan oleh RD dan Thiago, meski pendukung Indonesia di GBK sudah meneriakkan nama Andik berulang kali. Tetapi, saya akan tetap berusaha mempercayai keputusan para pelatih itu adalah mutlak dari pertimbangan strategi dan bukan permainan politik.