Mohon tunggu...
Bijogneo Bijogneo
Bijogneo Bijogneo Mohon Tunggu... profesional -

Menulis, membaca, mengomentari, dikomentari, ok-ok saja. http://bijogneo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengantri Makan di Bandar Djakarta

17 Maret 2010   00:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padat dan menunggu sambil duduk dalam urutan antrian yang panjang. Begitu yang terjadi pada hari libur kemarin siang Selasa, 16 Maret 2010 di Restoran Bandar Djakarta, Ancol.

Meskipun warga Jakarta, kami, sudah hampir tiga tahun tidak pernah berwisata ke Pantai Ancol.

Begitu tiba pada siang hari, yang pertama terpikir adalah makan.

Kebetulan yang terlihat langsung saat itu adalah Bandar Djakarta, karena itu saya dan enam anggota keluarga segera bergerak ke restoran ikan laut itu.

Tanpa menyadari sistem yang ada, saya langsung menuju ke tempat pemilihan ikan. Mengambil keranjang dan mulai memilih ikan yang diinginkan.  Sambil melihat-lihat tumpukan ikan dalam boks pendingin beberapa kali saya meminta kepada pelayan disitu untuk memasukkan ikan yang saya pilih ke dalam ke ranjang saya. Pelayan itu seperti tidak mengacuhkan saya, dan hanya fokus pada pengunjung lain yang sejak tadi dilayaninya. Setelah beberapa kali saya memanggilnya, dia kemudian menjawab:

"Bapak sudah punya kartu?"

"Kartu apa?" jawab saya agak bingung, ("emangnya harus jadi member dulu?"  begitu yang terlintas dalam pikiran saya )

"Bapak perlu mendapatkan kartu antrian dulu di registrasi pak, tujuannya untuk memastikan bapak mendapat meja terlebih dahulu. Siang ini pengujung padat, tanpa kartu bapak tidak dilayani di bagian pemilihan menu pak"  begitu tegur pengawas pelayan yang tiba-tiba mendekati saya.

"Oh, maaf saya tidak menyadari kalau ada sistem dan antrian"

"Silahkan ke bagian registrasi dulu pak"

Saya kemudian mengembalikan keranjang yang saya tenteng, dan  segera berpindah ke ruang registrasi.  Benar, disitu sudah banyak orang yang mengantri. Tidak tanggung-tanggung sebagian yang mengantri adalah rombongan-rombongan, bahkan ada yang melebihi 30 orang per rombongan.

Saya sempat berpikir, apa masih ada ikan yang tersisakan buat saya?

Setelah setengah jam duduk menunggu, kami dipanggil, diantarkan ke meja untuk ber-tujuh dibagian tengah restoran menghadap panggung atraksi musik yang pengiringi pengunjung makan siang. Setelah memastikan mendapat meja, kami diberikan kartu untuk memilih ikan laut.

Di tempat pemilihan ikan, ternyata ikannya masih banyak juga. Saya langsung dilayani oleh supervisor yang menegur saya di awal masuk tadi.

"Mari saya layani bapak memilih ikan dan menunya" katanya ramah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun