Terbukti Pansus Century tidak dapat mengkaitkan langsung pemeriksaannya dengan SBY.
Apa yang ada di masyarakat tidaklah seheboh dengan apa yang digembar-gemborkan sekelompok anti SBY yang terus mencoba merongrong pemerintahan serta kebijakan yang dijalankannya.
Kelompok ini adalah mereka yang kecewa dalam proses pemilu lalu, dan masih terus mencoba masuk melalui celah-celah yang coba dibesar-besarkan.
Celah yang dimaksud itu sendiri menurut pemandangan masyarakat bukan sesuatu yang melebihi keadaan kritis dari apa yang ada di masyarakat yang justru harus lebih dulu menjadi prioritas utama.
Harus diakui bahwa kasus Century sama sekali tidak menyentuh sendi-sendi perekonomian masyarakat secara sporadis, tetapi memang harus diakui pula bahwa disana terjadi pelanggaran hukum yang harus ditindak-lanjuti oleh penegak hukum.
SBY tetap pada pendiriaannya sebagai tonggak pemberantasan korupsi (baik kasus lampau maupun kini) serta bentuk lain seperti kecurangan dalam pembayaran pajak dan lain-lain.
Sebagai kepala negara, SBY memiliki intelijensi, ketrampilan memimpin yang saat ini, di negeri ini, belum ada yang dapat menyamai beliau. Ia mempunyai landasan pola pikir yang menyatu dengan kepentingan NKRI tidak akan terlepas dari landasan POLEKSOSBUD dan HANKAMRATA. Siapalah saya atau anda bisa mengetahui alasan itu. Bukan levelnya lah yang pasti, untuk bisa mengetahui strategi pengambilan keputusan beliau. Sebagai mantan pimpinan ABRI, Jendral, pastinya dilihat dari latar belakang pendidikannya baik yang formal dan tidak, serta pengalaman kepemimpinannya di pemerintahan sebagai Menko Polkam, dsb. tentunya sebelum mengambil keputusan akan melihat, dan menimbang segala variabel dalam dimensi yang lebih kompleks. Keputusan bukan diambil dari cara-cara yang sederhana, seperti hasil diskusi di kaki lima atau warung kopi atau mungkin talk show di TV atau koran atau tekanan massa melalui demonstrasi atau blog sosial. Tetapi sekali lagi, cara pandang beliau atas suatu masalah dicerminkan balik kepada pengetahuan luas apa yang ia miliki dan pada kemampuan serta kepiawaiannya sebagai negarawan.
SBY bukanlah seorang politikus, karena jika demikian, ia harus bisa memenuhi tuntutan keinginan pihak yang lebih banyak, meskipun itu bertentangan dengan pandangan pribadinya. Lebih sederhanya, seorang politikus umumnya harus bisa berdiplomasi, namun pada saat seseorang berdiplomasi, ia tidak lagi menjadi dirinya sendiri, karena saat ia berdiplomasi ia telah menanggalkan idealismenya.
Sampai saat ini SBY masih tetap memperlihatkan kepribadian yang kuat dengan idealismenya, sebagai presiden beliau mengambil keputusan dalam ukuran kemampuan beliau, dan tetap menegaskan keputusan tersebut bukan karena tekanan pihak-pihak tertentu (ingat keputusan akhir kasus cecak dan buaya serta kasus-kasus lainnya termasuk kasus Century yang sedang berjalan). Karena itu tepatlah jika beliau disejajarkan dengan negarawan-negarawan besar seperti John F. Kennedy, Bung Karno, Bung Hatta serta Dwight D. Eisenhower, yang idealis dan berani mempertahankan keputusannya meski dipandang cukup bertentangan dengan tuntutan banyak pihak.
Karena itu, respon yang instan dari SBY untuk permasalahan-permasalahan yang tergolong rumit, bukanlah sesuatu yang harus. Karena yang pasti alat ukur yang digunakan SBY bagi memandang macam permasalahan sudah jelas jauh berbeda. Dalam banyak hal ketika respon itu datang, akan banyak penuntut yang merasa tidak puas, itu sebenarnya karena SBY mempunyai wawasan yang lebih dalam dan luas dibanding para penuntutnya.
SBY telah terlatih baik dalam segala medan, dan ia tidak akan tergoyahkan oleh pecundang-pecundang pelacur politik selama ia berpegang pada prisip kebenaran, suara rakyat yang telah mimilihnya adalah suara Tuhan, dan rakyat akan tetap berdiri di depan untuk membelanya.