Tapi tidak jarang juga dimana Fanatisme dalam beragama mengakibatkan konflik nasional, apalagi saat Agama dijadikan sebagai senjata dalam berpolitik. Fanatik terhadap agama dapat membuat seseorang merasa dialah yang benar dan pihak yang lain salah. Konflik atas dasar agama sangatlah sensitif untuk dibahas karena masing-masing pihak merasa dialah yang paling benar.Â
Oleh karena itu dalam penyelesain konflik yang berlandaska agama tidak cukup hanya dengan melontarkan sumpah serapah yang tidak menghasilkan penyelesain tapi dibutuhkan suatu aksi. Karena fanatisme yang merusak adalah fanatisme yang dikaitkan dengan segala hal yang berkaitan dengan paham manusia atau hasil pola pikir manusia.Â
Seperti contoh fanatisme pada partai politik jelas hanya akan merusak hubungan persaudaraan karena adanya perbedaan kepentingan. Demikian juga dengan fanatisme terhadap tokoh-tokohnya. Pada prinsipnya semua produk manusia adalah lemah dan penuh kekurangan. Oleh karena itu, seperti yang pernah diujarkan oleh dosen penulis fanatisme terhadap manusia adalah suatu kebodohan yang harus kita buang jauh-jauh dari mindset atau pola pikir kita semua.Â
*Penulis adalah Mahasiswa semester 1 yang berasal ari prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H