Mohon tunggu...
Big Forever
Big Forever Mohon Tunggu... -

Bekerja di industri jasa keuangan, hobi membaca buku otobiografi orang sukses dan terkenal serta mengamati perkembangan ilmu manajemen. Hidup mengalir seperti air.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inikah Penyebab Kemacetan Mudik Kali Ini?

4 Juli 2016   03:33 Diperbarui: 4 Juli 2016   07:39 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ritual mudik setiap tahun selalu saja membawa ceritera tersendiri. Bagaikan suatu yang sudah mencandu maka walaupun tahun sebelumnya mengalami kemacetan yang luar bisa namun dengan berita kawan yang katanya sudah adanya pembukaan jalan toll baru dan adanya kesiapan dari aparat terkait maka dengan semangat pagi tinggi ritual mudik tahun ini pasti tidak akan sama dengan tahun lalu dimana diperkirakan akan lancar jaya sampai tujuan.

Namun setelah melalui beberapa kilometer dapat memacu kendaraan sesuai dengan batas maksimal maka mulai terasa tanda - tanda bahwa mudik kali ini tidak sesuai dengan harapan semula. Setelah berpikir apa yang kemungkinan menyebabkan kemacetan arus mudik kali ini maka di dapat angka penjualan mobil sejak tahun 2003 adalah sebagai berikut : 

Data penjualan mobil dari tahun ke tahun:

2001: 300.569 unit

2002: 317.749 unit

2003: 354.331unit

2004: 483.170 unit

2005: 533.922 unit

2006: 318.904 unit

2007: 434.473 unit

2008: 607.805 unit

2009: 486.061unit

2010: 764.709 unit

2011: 894.164 unit

2012 ; 1.116.230 unit

2013 : 1,22 juta unit

2014 : 1,2 juta unit

2015 : 1.031.291 unit

(Diolah dari berbagai sumber)

Dengan total penjualan mobil baru sejak tahun 2001 sampai 2015 adalah sebesar sekitar 9, 13 juta unit. Mengapa diambil tahun 2001 bukan untuk menyaingi produksi vaksin palsu yang dimulai tahun 2003 tapi karena untuk mobil tahun 2001 dengan pemeliharaan  yang baik maka masih dapat dipakai untuk mudik kali ini. Dengan asumsi bahwa 80% dari penjualan mobil itu terkonsentrasi di Pulau Jawa maka akan diperoleh tambahan mobil baru di Pulau Jawa sekitar 7,30 juta unit. Dan kalau tambahan mobil baru 7,30 juta unit itu berbaris 2 lajur dan 1 unit mobil memerlukan 4 meter ruangan maka akan diperoleh barisan 2 lajur mobil baru dengan panjang barisan mobil baru 912.500 meter atau sekitar 912,5 kilometer dan cukup sudah untuk parkir di jalan dari Merak ke Banyuwangi.

Memang kalau melihat pengalaman dari berbagai negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dari masa ekonomi yang melambat maka sektor konsumsi rumah tangga merupakan sektor ekonomi yang bisa diandalkan. Jadi bagaimana meningkatkan permintaan masyarakat itu adalah yang utama apakah akan dibiayai dengan pinjaman Pemerintah lalu pinjaman itu dipakai untuk meningkatkan gaji pegawai negeri serta dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan tunai adalah pilihan kebijakan. Kalau mau rakyat senang maka pilihan ini merupakan pilihan yang paling disukai rakyat. Namun kalau Pemerintah menggunakan pinjaman itu untuk  investasi dengan membangun infrastruktur seperti jalan, pelabuhan laut, pembangkit listrik dan sebagainya maka rakyat diminta untuk berkorban hari ini untuk perubahan yang lebih baik dimasa mendatang.

Karena ada goncangan mobil bergerak maka terbangunlah dari tidur lelapnya di mobil yang ternyata masih di jalan raya walaupun bulan sudah digantikan oleh matahari. Sambil mengusap kedua mata maka mata tertumbuk pada stiker mobil di depan dengan kalimat "PIYE KABARE ? ISIH KEPENAK JAMANKU, TO ?" dengan dihiasi gambar raut muka dengan senyum khasnya......

"SELAMAT LEBARAN UNTUK SEMUA K'IERS YANG MERAYAKAN DAN MOHON MA'AF LAHIR DAN BATHIN...."

Salam perubahan untuk kehidupan yang lebih baik...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun