Mohon tunggu...
Emes Bowie
Emes Bowie Mohon Tunggu... -

Writer & Author

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menapaki Punden Berundak Tertua di Nusantara

17 November 2018   03:35 Diperbarui: 17 November 2018   04:06 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri
Dokpri
Menurut kepercayaan yang berkembang, siapa yang dapat mengangkat batu tersebut, maka hajatnya akan terkabul. Nanang Sukmana menegaskan, sebenarnya itu merupakan kesalahpahaman. Ini adalah batu kanuragaan. Dalam budaya masa lalu, batu ini merupakan simbol pengujian. Menhir ini dipercaya sebagai batu yang mampu menyerap dan mentransformasikan energi alam semesta. Ia akan terasa begitu panas di siang hari akibat energi dari matahari, dan sebaliknya begitu dingin di malam hari karena menyimpan energi dari bumi.

Dokpri
Dokpri
Baru kemudian di teras lima, jumlah menhir kembali padat. Hampir sebanyak jumlah batu yang ada di teras satu dan dua. Ada yang tersusun sedemikian rupa menempel dengan tanah, menjadi semacam tempat tidur. Dinamai sebagai singgahsana. Nanang mengatakan, ini adalah tempat tidur atau istirahat Eyang Prabu Siliwangi ketika bertapa atau berdiam di tempat ini. Pada malam hari, ketika berbaring di tempat ini, tampak bintang-bintang di angkasa tanpa terhalang suatu apapun.

Dokpri
Dokpri
Tak jauh dari tempat peristarahatan tersebut, batu paling besar, saat ini posisinya terbaring. Pagar tali mengelilinginya. Menurut kisah, dulunya batu besar ini berdiri dan di depannya terdapat altar. Di samping kanan dan kiri area batu besar tersebut masih ada dua titik, yang disebut tempat sunan rama dan sunan ambu sebagai simbol ayah dan ibu. Nabi Adam dan Siti Hawa.

Dokpri
Dokpri
Punden berundak Gunung Padang merupakan situs pemujaan berbentuk punden berundak tertua di Indonesia. Ini juga menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara dengan luas 29 ha dan tinggi 220 m, yang masih terjaga hingga kini. Meski sudah tidak dipakai sebagai tempat pemujaan, beberapa masyarakat dari Bali, yang beragama Hindu, diketahui kerap datang ke sini. Menurut Lutfi, mungkin mereka memiliki rasa kedekatan dengan budaya dari leluhur di masa silam tersebut.

 Tiap hari puluhan wisatawan lokal dan luar negeri berdatangan mengunjungi tempat ini. Rata-rata per bulannya, 300an turis manca negara tercatat menyambangi situs yang sempat heboh karena diduga merupakan piramida yang lebih tua dari Mesir itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun