Sudah berapa minggu tidak menuangkan ide ke dalam tulisan, rasanya ada yang hilang dan hampa atau terasa rugi. Baiklah, walaupun ide ini barangkali ide yang biasa-biasa saja, saya akan coba merangkaikannya dalam tulisan di bawah ini.
Tulisan saya kali ini terkait aset atau modal yang dimiliki oleh seseorang. Ketika bicara aset tentunya berkaitan juga dengan finansial. Anda memiliki aset besar tentunya finansial anda juga besar pula, begitu juga sebaliknya.
Aset dapat dipahami sebagai harta yang dimiliki oleh seseorang dan memiliki nilai manfaat di kemudian hari. Dalam keseharian, aset tersebut berupa tanah, rumah, emas, kendaraan, tabungan, deposito dan lainnya.
Pertanyaannya, apakah anda sudah memiliki aset? Apa saja aset yang sudah anda miliki hingga saat ini? Mulailah anda mengurai tentang aset yang anda miliki. Saya pikir ini penting dan bermanfaat untuk anda, paling tidak sebagai motivasi diri dalam meraih rizki lebih luas lagi.
Jadi, bagaimana langkah kita untuk memiliki aset tersebut? Barangkali berikut solusi atau caranya:
# Merencanakan Memiliki Aset
Perencanaan itu penting. Orang-orang sukses dalam hidupnya menjadikan perencanaan sebagai langkah awal menuju keberhasilan. Tanpa ada perencanaan, maka sulit untuk merealisasikan apa yang diinginkan.
Sama halnya dalam kepemilikan aset, harus direncanakan juga. Waktu remaja barangkali seseorang belum berfikir untuk meraih dan mengumpul aset. Pada umumnya di saat menginjak dewasa, baru terpikirkan untuk memilikinya.
Berikut ada beberapa perencanaan memiliki aset: Saya harus memiliki rumah pribadi saat usia saya 25 tahun; Saya wajib menabung setiap bulan satu juta rupiah;Â Saya harus memiliki lahan untuk berkebun, paling tidak satu hektar; Saya harus memiliki tempat usaha di pinggir jalan; Saya harus membeli kendaraan di saat memang sudah dibutuhkan, serta banyak lagi rencana-rencana dalam memiliki aset.
# Tidak Menunda Memiliki Aset
Ini penting dan perlu disadari. Banyak orang di masa tuanya tidak memiliki aset, tidak memiliki rumah, tidak memiliki tabungan dan tidak memiliki tempat usaha. Jadilah akhirnya hidup terlunta-lunta dan hidup dari belas kasihan orang lain. Jangan sampai hal tersebut terjadi pada kita dan anak cucu kita.Â