Mohon tunggu...
zahwan zaki
zahwan zaki Mohon Tunggu... Administrasi - Alumni IAIN SAS Babel (Pendidikan) dan Alumni STIA-LAN Jakarta (Bisnis)

Hobi melakukan perjalanan ke tempat yang belum pernah ditempuh dan terus mencoba menggerakkan pena, menulis apa yang bisa ditulis, paling tidak untuk bisa dibaca segelintir orang.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Panggilan “Sayang”lah Kuncinya

12 Juni 2020   20:11 Diperbarui: 13 Juni 2020   06:09 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kami bersama Anak-Anak | Dokpri

Hampir 10 tahun sudah kami membangun biduk rumah tangga. Tepatnya tgl 25 Juni 2010 saya mengucapkan ijab kabul di depan penghulu, bertempat di Masjid Agung Sungailiat Bangka. 

“Saya terima nikahnya Wuri Mulyasari Binti Praptono dengan Emas Kawin tersebut” Sah!

Alhamdulillah, rasa bahagia yang luar biasa setelah mengucapkan ijab kabul saat itu. Padahal, sebelum mengucapkan ijab kabul, perasaan was-was dan gelisah begitu besar, heee. Gak tau deh dengan pasangan lain, tapi pengalaman saya seperti itu.

Foto: Akad Nikah di Masjid Agung Sungailiat Bangka, 25 Juni 2010 | Dokpri
Foto: Akad Nikah di Masjid Agung Sungailiat Bangka, 25 Juni 2010 | Dokpri

Mengapa harus panggilan “sayang”?

Masa-masa pacaran dulu memang penuh dengan kenangan. Saya mengenal istri saya, Wuri Mulyasari saat masih kuliah S1 di Kampus STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Sungailiat Bangka (sekarang sudah IAIN). 

Saya menyukai dia, orangnya cerdas, aktif dalam berorganisasi. Selain itu menurut saya, dia cantik.. hee

Saat masih pacaran, panggilan kami “Adek Abang”.  Masih lekat di memori saya, waktu itu zaman mengirim pesan via sms an, sering saya sms seperti ini:

“Dek.. udah makan blum? Jangan lupa makan ya de..’ jaga diri ya de..’ love u.. see u..”hee..

Hingga kami memiliki permata hati kami pertama Bintu Farras Adila (Putri yang cerdas dan bijaksana), lahir tanggal 7 April 2011, kami masih saling panggil “Adek Abang”. 

Nah, setelah permata hati kedua kami lahir, Gaza Uwais Zaki (Laki-laki yang penyayang dan cerdas), lahir tanggal 16 Mei 2013, kami pun menggantikan panggilan “Adek Abang”, cukup dengan panggilan “sayang”.

Ada beberapa pertimbangan mengapa kami menggunakan kata “sayang” sebagai panggilan kami berdua:

  1. Untuk membedakan dengan panggilan anak bungsu.
    Semenjak lahir anak ke dua kami (Gaza), kami memanggil Gaza dengan panggilan Adek, sama dengan panggilan saya ke istri saya. Jadi, untuk membedakannya kami inisiatif menggantikan dengan panggilan sayang.
  2. Untuk menambah nuansa romantis;
    Panggilan sayang, menurut kami kesannya lebih romantis. Awal-awalnya memang terasa canggung, apalagi memanggil di tengah-tengah keluarga besar, depan teman-teman atau tetangga, tapi akhirnya menjadi biasa.
  3. Untuk menghindari panggilan keras/kasar terhadap pasangan;
    Dalam membangun biduk rumah tangga, tentu selisih paham sering terjadi. Apalagi sudah hampir 10 tahun. Syukur dengan panggilan sayang ini, panggilan keras/kasar bisa dihindari.
  4. Untuk meningkatkan kualitas hubungan lebih baik lagi;        
    Ya, termasuk urusan di atas ranjang. Panggilan sayang menjadi magnet tersendiri untuk menambah keintiman pasangan. Walaupun hasrat hubungan di atas ranjang tidak seperti baru-baru nikah dulu, tetapi kualitas tetap terjaga, bahkan lebih meningkat. Hee.. 

“Panggilan “sayang” lah kuncinya, untuk hubungan yang lebih baik lagi, apalagi untuk urusan di atas ranjang, dengan rasa sayang yang tak pernah pudar, pasangan suami istri akan menikmati dengan penuh rasa nyaman”.

Kami akan tetap menjaga panggilan “sayang” ini hingga akhir nanti.

Alhamdulillah, sekarang permata hati kami bertambah lagi, tentunya buah dari panggilan “sayang” tadi, hee, tepatnya tanggal 26 April 2018, lahir lagi permata hati kami yang ke tiga, Ziyyan Nafis Zaki (Laki-laki tampan yg bernilai dan cerdas). 

Foto: Kami bersama Anak-Anak | Dokpri
Foto: Kami bersama Anak-Anak | Dokpri

Akhirnya saya tutup tulisan ini dengan sebuah do’a dalam agama, yang menjadi penguat dalam membangun biduk rumah tangga kami: 

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang yang bertakwa”.

Amiin. Sekian. (ZZ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun