Mohon tunggu...
zahwan zaki
zahwan zaki Mohon Tunggu... Administrasi - Alumni IAIN SAS Babel (Pendidikan) dan Alumni STIA-LAN Jakarta (Bisnis)

Hobi melakukan perjalanan ke tempat yang belum pernah ditempuh dan terus mencoba menggerakkan pena, menulis apa yang bisa ditulis, paling tidak untuk bisa dibaca segelintir orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nuansa Lebaran Masa Corona, Antara di Kota dan di Desa

27 Mei 2020   21:50 Diperbarui: 28 Mei 2020   08:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Lebaran di Desa | dokpri

(Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar.. Laa ilaa haillallahuallahuakbar, Allahuakbar Walillaahilhamd)

Suara takbir pun berkumandang, menandakan tiba sudah hari kemenangan, lebaran Iedul Fitri 1441 H.  Ada nuansa bahagia tersendiri ketika suara takbir sudah terdengar, tak terkecuali bagi keluarga kami, terutama anak-anak yang baru selesai melaksanakan ibadah puasa dan sholat tarawih selama sebulan penuh. 

Ada yang beda dengan lebaran tahun ini, lebaran Iedul Fitri 1441 H / 24 Mei 2020.  Keluarga kecil kami tinggal di Kota kecil, Sungailiat Bangka. Semua aktivitas ibadah sholat dilaksanakan di rumah, dimulai dari sholat tarawih hingga sholat ied tadi. Sholat Ied kami laksanakan tepat pukul 07.00 pagi. Sebelum sholat Ied dimulai, kami takbiran dulu kurang  lebih 15 menit. Selanjutnya kami melaksanakan sholat Iedul Fitri lengkap dengan khotbah sesuai panduan dari Kementerian Agama.

Habis sholat Ied, saya sama istri sempat bercanda terkait sholat Ied tadi. Barangkali inilah pembuktian bagi suami-suami yang dulu ketika mau mengkhitbah calon istrinya, kupinang kau dengan Bismillah atau kunikahkan engkau dengan emas kawin seperangkat alat sholat. Heee.. Kali ini Corona sudah memberikan pelajaran berarti bagi para suami-suami.

Tak lupa, kami dan anak-anak memohon maaf kepada orang tua (bapak mertua) yang masih ada. Suasana sepi, taun ini saudara istri saya tidak bisa mudik. Jadilah kami yang sudah biasa bertemu setiap hari, makan hidangan masakan lebaran tanpa keluarga yang lain. 

Selanjutnya, kami pun pulang kampung ke rumah orang tua, kurang lebih berjarak satu jam perjalanan menuju Desa Payabenua Kec. Mendobarat Kab.Bangka. Memasuki Desa Payabenua, suasana lebaran sangat terasa.  

Semua pintu rumah terbuka dan jalan penuh dengan anak-anak memakai baju baru. Tiba di rumah orang tua, Alhamdulillah Kakek dan Nenek anak-anak masih sehat. Seperti biasa, setiap lebaran kami langsung menuju dapur emak, menyicipi masakan khas lebaran, ada ketupat, lepet, rendang, sop ayam dan sop kaki sapi yang selalu ada menghiasi di tiap lebaran.

Di sela-sela makan, kami ngobrol dengan bapak dan emak. Menurut bapak dan emak, suasana di kampung ini seperti lebaran biasa, sholat berjamaah tetap dilaksanskan di Masjid dan silaturrahmi atau bertamu dari rumah ke rumah, masih sama seperti biasanya. Tidak ada kekhawatiran yang berlebih dengan penyebaran virus corona, padahal jarak antara kampung dengan kota yang terdapat pasien positif corona berjarak kurang lebih 40 KM saja. 

Jauh beda dengan suasana lebaran di tempat tinggal saya. Lebaran kali ini, saya sama istri sepakat mengikuti pemerintah saja, melakukan sosial dan phisycal distancing, dengan tidak bertamu dan menerima tamu. 

Walaupun begitu, kami tetap menyediakan kue-kue lebaran di atas meja dan masakan khas lebaran.  Hingga hari ke empat lebaran, memang benar tidak ada orang lain yang bertamu. Jadilah yang makan cuma kami di rumah saja. Biarlah, kami anggap ini lebaranan paling spesial, karena dari kami dan untuk kami. Heee..

Foto: Lebaran di Rumah | dokpri
Foto: Lebaran di Rumah | dokpri
Terlepas terdapat perbedaan nuansa berlebaran di kota dan di Desa, namun di balik itu semua, ada banyak iktibar semasa corona ini, di antaranya:

1. Corona mengajarkan kepada kita untuk perhatian dan sayang sama keluarga. 

2. Corona mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga kebersihan.

3. Corona mengajarkan kepada kita untuk peduli sesama.

4. Corona mengajarkan kepada kita untuk disiplin diri dan menghargai waktu.

5. Corona mengajarkan kepada kita untuk hidup hemat dan sederhana, dan

6. Corona mengajarkan kepada kita untuk rajin beribadah.

Semoga wabah corona ini segera berakhir, agar kita semua kembali menjalani kehidupan dengan normal dan pandai mengambil pelajaran di setiap peristiwa. Amin. (zz).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun