Kurang lebih 22 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1998 atau di saat negara sedang krisis moneter, Petani Lada di Bangka bisa tersenyum lebar. Betapa tidak, harga lada melambung tinggi, saat itu harga lada tembus di angka 100 ribu rupiah per kilo gram.
Bayangkan saja, jika seorang petani lada sekali panen 1.000 kilo gram (1 ton), maka hasil yang didapat adalah 1.000 x 100.000 = 100.000.000.
Padahal saat itu, harga kebutuhan pokok belum semahal saat ini. Dengan hasil panen tersebut para petani bisa memenuhi kebutuhan pokoknya, membuat rumah, membeli kendaraan dan bisa menyekolahkan anaknya hingga ke pulau jawa.
Saya ingat betul, waktu itu saya masih duduk di bangku SMA, ada teman kami bawa mobil pribadi ke sekolah, dan itu hasil dari berkebun lada.Â
Dari beberapa sumber, harga lada juga pernah tinggi, kurang lebih pada rentang tahun 2013-2016, menyentuh angka 100 ribu rupiah s.d. 175 ribu rupiah di level petani. Harga tinggi lada saat itu dipicu sedikitnya hasil panen dari petani, sedangkan permintaan pasar dunia saat itu tinggi.
Namun itu cerita dulu, beda dengan cerita sekarang. Bagaimana harga lada sekarang? Hari ini saya ke kebun lada, saya lihat kebun lada saya, yang saya tanam 3 tahun yang lalu, udah hampir mati, kesannya tidak terurus.
Waktu itu saya tanam kurang lebih 800 pohon lada, dengan modal kurang lebih 14 juta rupiah (rincian: biaya pembersihan lahan, penanaman, bibit dan junjung).
Dua tahun kemudian, lada saya pun panen, hasil panen kurang lebih 300 kilo gram. Saat panen harga jual kurang lebih 50 ribu per kilo gram. Jika dikalikan dengan hasil panennya, maka saya dapat uang senilai 15 juta rupiah. Sebandingkah dengan modal awalnya? belum juga ditambah biaya operasional, seperti pupuk, racun rumput, upah pekerja dan lainnya.
Para petani lada tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa berharap kepada pemerintah mencari solusinya, agar harga bisa naik lagi. Namun apa daya, pemerintahpun tidak bisa berbuat banyak, harga tidak terbukti naik.
Kondisi inilah saat ini yang dialami petani lada, berkebun lada lagi tetapi rugi, atau tidak berkebun lada lagi tetapi tidak ada yang dapat diharapkan untuk menghasilkan uang dalam jumlah yang besar. Banyak petani lada banting setir dengan berkebun tanaman lain demi untuk menyambung hidup sehari-hari.
Mengapa harga lada murah?
Pertanyaan itu selalu ada di kepala para petani lada. Sudah sejak lama, lada merupakan salah satu komoditas ekspor di bidang rempah-rempah.
Konon, Lada Indonesia merupakan komoditas yang memegang peranan penting di pasar rempah-rempah dunia. Lada juga masih menjadi salah satu jenis rempah yang memberikan kontribusi utama dalam penerimaan devisa negara.
Konon juga, negara tujuan ekspor utama lada Indonesia adalah Vietnam, Amerika Serikat, India, Singapura, dan Jerman. Lada dari Bangka terkenal dengan Lada Putihnya, yang memiliki rasa pedas tersendiri. Jika lada menjadi komoditas ekspor pemerintah, maka dapat dikatakan harga komoditas tersebut tinggi.
Namun, mengapa harga lada di level petani kita masih murah? Secara umum, dari beberapa sumber yang ada, beberapa faktor yang membuat harga lada murah: 1) Turunnya harga lada di pasar global, dan 2) Kualitas lada petani kita dianggap masih di bawah kualitas standar jika dibandingkan dengan negara lain.
Suka Duka Berkebun Lada
Kalau kita hanya memikirkan ketika panen, hasil lada banyak dan saat dijual harga sedang mahal, maka semua petani pasti suka berkebun lada. Namun, dibalik itu semua, ada suka duka yang harus dilalui oleh para petani.
Berkebun lada pastinya harus memiliki modal yang tidak sedikit, dari menyiapkan lahan, bibit lada, dan junjung (kayu tempat merambatnya lada). Setelah itu, biaya perawatannya juga, dari mulai melakukan penyemprotan hingga pemupukan.
Sekali lagi, berkebun lada dibutuhkan biaya atau modal yang menguras kantong petani, tidak bisa sekadarnya saja, karena akan berdampak pada hasil panen nantinya. Memang, saat ini petani lada bisa dikatakan lagi menjerit, dikarenakan harga lada tidak kunjung membaik. Entah sampai kapan!*
*)Sekadar catatan ringan: lokasi kebun lada, Di Air Dayung Desa Payabenua Kec Mendo Barat Kab Bangka Prov. Kep.Bangka Belitung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H