Minggu pagi tadi di lapangan Komando Daerah Militer V Brawijaya Surabaya, diselenggarakan peringatan Hari Juang Kartika. Peringatan sebagai penghormatan peristiwa Jendral Besar Sudirman bersama pasukannya merebut Ambarawa dari para penjajah.
Masyarakat Surabaya  antusias berbondong - bondong menyaksikan dari dekat upacara peringatan tersebut sekaligus untuk menyaksikan pameran Alat perang yang di lapangan KODAM Brawijaya tersebut . Pameran ada banyak sekali stand, ada  pameran alat tempur, aneka jenis senjata api, pesawat pengintai musuh, alat untuk memotret area perang yang keberadaannnya tidak terdeteksi musuh, dan banyak lagi stand lain yang saat itu belum dibuka seluruhnya. Bila belum menyaksikan masyarakat Surabaya bisa datang besok masih ada pameran ini.
Masyarakat yang sedang menyaksikan pelaksanaan upacara Hari Juang Kartika
Tampak di area upacara para Veteran  menghadiri upacara Hari Juang Kartika 15 Desember 2013. Sebagian dari mereka ada yang duduk di deretan tamu undangan. Ada rasa bangga dan haru melihat para TNI Veteran ini . Mereka saat ini memang tak setegap dan segagah dulu. Tetapi semangat juangnya yang luarbiasa akan menginspirasi masyarakat terutama kaum muda yang menyaksikan kehadiran mereka.
Para Veteran TNI
Di lokasi pameran perlengkapan senjata perang tampak anak anak berpose di atas tank - tank baja. Ada yang antusian ingin dipotret  dan naik ke atas meriam meriam perang.
Ini adalah foto alat persenjataan perang ada yang diberi nama Blue Angel. Karena penasaran saya bertanya, mengapa tentara perang gagah tapi  nama senjata penembak musuh ini  tampak feminim "Blue Angel".  Dengan senang hati TNI tersebut menjelaskan. Sebenarnya senjata tersebut sangat mematikan tetapi karena digunakan untuk pasukan khusus yang mengamankan seseorang yang dianggap penting, maka secara psikologis agar tidak mengerikan diberilah nama Blue Angel, dapat diartikan sebagai bidadari penyelamat.
Senjata khusus  "blue angel" mematikan
Foto di bawah  ini adalah arena latihan menembak. Tampak sekelompok adik adik Pramuka diberi kesempatan menembak. Saya juga mencoba tapi hasilnya meleset. Adik ini berhasil dengan tepat menembak sasaran tanpa tremor, dia mendapat pujian. Oya tremor ( tangan gemetar ) juga terekam oleh komputer saat kita menembak. Gambaran tremor seperti grafik rekaman jantung. Tak sedikit juga bapak - bapak dari masyarakat awam yang ingin " menjajal" kemampuan untuk menembak. Meskipun tampaknya ringan ternyata senjata api ini lumayan berat, saya coba menembak dan  hasilnya gagal fokus.
Lalu menuju ruang pameran meriam  di lapangan terbuka. Beberapa anak sekolah berseragam SLTP sedang melihat lihat meriam tersebut dan pemandunya menjelaskan. Ada banyak sekali jenis dan nama meriam juga kendaraan perang yang dipamerkan.
Ini adalah acara penutupan  defile tank. Menarik sekali acara ini, aneka macam jenis Tank dikendarai tentara melintasi  jalan yang kiri kanan dipadati masyarakat.Banyak jenis dan fungsinya  saat perang, semua  dijelaskan oleh pembawa acara sehingga masyarakat  yang menyaksikan bisa mengerti. Saya  tertarik mengabadikan  salah satu tank untuk mengangkut tentara yang terluka dan gugur  saat  perang. dan bermacam macam meriam.
Penutup acara ada terjun payung,masyarakat tetap mengikuti hingga selesai meskipun panas menyengat. Masing masing tentara terjun payung membawa benderanya. Merekamendarat tepat pada posisi pendaratan dan disambut sorak - sorai meriah saat bendera KODAM V Brawijaya dan Bendera Merah putih terjun dari pesawat.
atraksi terjun payung para  TNI
Saya juga mengabadikan beberapa barisan tentara  saat meninggalkan lapangan upacara. Ada pasukan perempuan juga. Bangga rasanya menyaksikan  barisan yang rapi tegap.  Meskipun  perempuan tidak semua bisa jadi tentara, tetapi kita sebagai perempuan dapat berperan penting untuk bangsa Indonesia sesuai dengan tugas dan panggilan karya masing- masing.
Barisan lain yang berkesan adalah tentara Veteran yang turut hadir memberi warna semangat juang yang terus menerus membara dan mengalirkan darah perjuangan bagi generasi muda. Para TNI Veteran ini masih sanggup mengikuti upacara hingga selesai dan sebagian ikut prosesi Upacara di lapangan. Masih tampak kegagahan sang pejuang  dalam melangkah, semangat mereka  tak kunjung redup turut menjaga bumi pertiwi.
Foto dari Peserta kesenian yang memeriahkan acara ini. Reog ponorogo dan sebagainya
Mari terus berjuang untuk menjaga negeri ini, tak bedakan warna, tak bedakan suku, bahasa dan agama, bersatulah TNI bersama rakyat Indonesia. Dirgahayu TNI Â selamat Hari Juang Kartika, semoga semangat juang para pendahulu kita selalu berkobar di hati pemuda dan pemudi bangsa Indonesia.
Kalimat di lukisan ini  ada di lokasi pameran, saya abadikan karena kata katanya sungguh menyentuh. Adakah kepedulian dan kesetiakawanan diantara kita? Ataukah akan saling menjatuhkan dan  berebut kekuasaan dalam mengisi kemerdekaan bangsa kita?
Salam hangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H