Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Seputar Opini Keliru tentang Pemberian Obat dan Suplemen Pada Anak

29 September 2012   02:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:31 3600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_215226" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Pemberian obat maupun suplemen pada anak - anak seharusnya diberikan bila ada indikasi dan sesuai petunjuk dari tenaga kesehatan. Namun tak jarang dengan gencarnya iklan di televisi maupun radio tentang manfaat " keajaiban "  jenis obat tertentu membuat orangtua justru keliru mengartikan pesan pariwara. Slogan yang lazim kita dengar adalah" bila sakit berlanjut hubungi dokter". Akibat  promosi iklan, orangtua bayi dan anak tidak berpikir panjang apakah memang anaknya sungguh memerlukan obat  tersebut atau hanya karena tergoda dengan visualisasi tentang bayi yang sehat , gemuk dan lucu sesuai dengan promosi iklan produk suplemen maupun obat  untuk anak. Mari kita perhatikan  satu persatu hal - hal yang pernah dialami  para ibu  dan mungkin juga justru dialami sendiri dalam keluarga kita. 1. Bila bayi atau anak demam segera diberi  obat penurun panas. Sebenarnya  ketika terjadi demam atau naiknya suhu tubuh bayi,  merupakan  salah satu tanda / proses tubuh bayi  bereaksi terhadap beberapa hal antara lain : infeksi ringan, dan tubuh secara alami berusaha  melawan kuman, demam juga menjadi salah satu tanda dehidrasi atau  gejala kekurangan cairan pada tubuh dan beberapa penyebab lain. Tidak perlu buru - buru diberi obat penurun panas.Perhatikan dahulu penyebabnya. Apakah bayi baru saja mendapat imunisasi? bila sudah ada pesanan dokter atau bidan maka obat penurun panas boleh diberikan. Perhatikan bila bayi teraba hangat dan tidak sedang imunisasi, apakah bayi terlalu rapat diselimuti. Bila iya akibat terlalu rapat selimut, buka selimutnya dan kenakan baju yang tipis serta berikan minum asi dan cek ulang suhu  tubuhnya setelah beberapa saat dengan menggunakan thermometer. Bila suhu masih di bawah 38 ◦ C maka bayi tidak perlu obat penurun panas. Cukup kompres air hangat dengan handuk tipis di sekitar leher dan ketiak, bila suhu cenderung naik  38 ◦ C bawa bayi kepada tenaga kesehatan terdekat sambil tetap diberi Asi. 2. Obat untuk  bayi  diminum oleh ibu karena tidak tega anak mimun obat, dengan harapan bayi  akan mendapat efek obat melalui ASI. Pemikiran seperti ini masih kerapkali ditemui bahkan di kota besar sekalipun. Banyak para ibu yang tidak tega bayinya harus minum obat dan akhirnya ibu yang mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter anak. Suatu ketika bayi Ibu  " A" mendapat resep dari dokter untuk pengobatan infeksi  pada  bayinya. Berhubung setiap kali minum obat bayinya seperti rasa mau  muntah, maka si ibu lalu berinisiatif minum obat tersebut dengan harapan bahwa bayinya akan mendapat efek kerja obat dari ASI. Perlu diketahui bahwa dosis obat  yang diberikan pada bayi  sangat rendah dibandingkan dengan dosis obat orang dewasa. Dengan perhitungan miligram per  berat badan bayi. Bisa dibayangkan bila obat tersebut yang minum ibunya, meskipun ada beberapa jenis obat  - obat bisa saja terserap  dalam ASI namun tentu saja sudah tidak bisa  dijadikan sebagai cara pengobatan yang sesuai ketentuan. Maka tak heran bila bayi  yang sakit tidak sembuh - sembuh  akibat ibu yang mengkonsumsi obat tersebut. 3. Ingin anak sehat harus diberi suplemen vitamin. Pemikiran ini perlu diluruskan kembali. Seorang bayi atau anak yang sehat tidak memerlukan suplemen apapun untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Terlebih bila kebutuhan ASI dan makanan alami sebagai sumber vitamin dan mineral sudah cukup terpenuhi. Tambahan suplemen diberikan dengan pertimbangan ketika seorang anak mengalami kekurangan gisi berat, sakit  dan dalam kondisi pemulihan kesehatan. 4. Bila anak tidak suka makan sayur dan buah cukup digantikan dengan suplemen yang mengandung vitamin sesuai dengan kandungan yang tertera pada kemasan Hal ini tidak benar. Anak tetap memerlukan asupan makanan alami dari sayuran dan buah buahan. Kebutuhan serat dan vitamin alami sangat penting bagi tubuh. Terutama mencegah kanker colon / kanker usus besar. Perlu diingat  bila anak terlalu banyak diberikan konsumsi suplemen vitamin yang  tidak dapat dikeluarkan dari tubuh bila mengalami kelebihan asupan seperti vitamin A, D , E dan K. Maka alih alih bahwa vitamin tersebut berguna bagi tubuh justru dapat menjadi ancaman kesehatan karena mengendap dalam tubuh, meracuni hati / lever. Obat - obat dan vitamin yang tidak rasional dan tanpa indikasi medis yang jelas  justru membahayakan ginjal bayi dan anak. 5. Pemberian obat  untuk anak  dengan meminta obat dari tetangga, teman dan  tidak perhatikan sisa obat yang sudah kadaluarsa. Penyimpanan obat sangat berpengaruh terhadap khasiat dan keamanan obat bagi bayi atau balita. Salah satu contoh misalnya jika memiliki anak demam atau sakit batuk pilek. Anak atau bayi tidak dibawa berobat ke tenaga kesehatan tetapi menggunakan obat sisa dari simpanan obat milik tetangganya yang belum lama mengalami sakit yang sama. Dengan harapan akan mengurangi biaya berobat. Perlu diperhatikan bahwa setiap anak memiliki kepekaan dan reaksi alergi yang berbeda satu sama lain. Hal ini yang perlu diwaspadai.  Pernah terjadi dimana anak mengalami sesak nafas akibat mengkonsumsi obat dari sisa simpanan obat anak lain. Selain reaksi alergi, penyimpanan obat juga berpengaruh terhadap khasiat dan keamanan sebuah obat. Maka kendati belum kadaluarsa kadang cara penyimpanan yang tidak tepat akan membuat obat terutama  kemasan cair akan berjamur di tepi botol dan tertelan oleh anak. Selalu perhatikan betul tehnik penyimpanan pada suhu berapa derajad dan baca baik - baik tangggal kadaluarsa obat. Sebaiknya pemberian obat pada bayi dan anak dalam pemantauan tenaga kesehatan. 6. Pemberian obat ditunda - tunda karena bayi  dan anak sedang tidur. Cara pemberian obat seeperti ini tidak tepat. Dosis obat akan bekerja sedemikian rupa secara berkesinambungan dengan jarak waktu tertentu. Bila sudah dijadwalkan sekian jam jarak pemberian obat, maka tetap bayi atau anak dibangunkan untuk minum obat agar daya kerja obat bekerja maksimal menyembuhkan penyakit yang dialami anak. Sedapat mungkin di usia emas masa BALITA  anak - anak tidak banyak mengkonsumsi  obat - obat kimia dan suplemen kecuali atas indikasi medis dan sangat diperlukan. Ibu adalah orang yang paling utama untuk menjaga kesehatan bayi dan anak, jangan lupa berikan ASI agar anak selalu sehat bebas obat obatan.Karena ASI sumber kekebalan alami tubuh bayi. Demikian sedikit informasi seputar Opini keliru tentang pemberian obat dan suplemen pada anak, semoga bermanfaat. Salam Hangat Romana Tari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun