Bumbu dapur dan rempah, kini sedang naik daun kembali dengan adanya tayangan acara kreasi memasak dan kompetisi memasak di stasiun televisi. Yang menarik justru banyak peserta lomba laki - laki dibanding perempuan. Sebenarnya sejauh mana sih generasi muda kita mengenal rempah Indonesia? Apakah anak - anak kita masih bisa mengenali satu persatu jenis bumbu masak jika ibunya saja tidak pernah menggunakan bumbu racikan sendiri di dapur ketika memasak. Bukan salah generasi muda jika akhirnya mereka lupa.
Belum lama ini saya dan Della Anna belajar memotret dan karena kecintaan saya dengan dunia dapur maka tidak mengherankan sasaran tembak fokus kamera tentu saja seputar isi dapur. Bahkan salah seorang sahabat pernah berkomentar :" Ya begini ini jika ibu - ibu belajar motret yang dipotret masakan melulu " hehehehe. Saya menanggapi guyonan tersebut sebagai sebuah ide kreatif untuk menuliskan pengalaman seputar perbincangan kami yang kebetulan memiliki kecintaan sama yakni dunia memasak.
[caption id="attachment_212734" align="alignleft" width="300" caption="bumbu instan/romana tari/2012"]
Melengkapi informasi dunia dapur masa kini, saya juga mengumpulkan beberapa jawaban dari remaja puteri. Saat bersama mereka saya memperlihatkan foto berbagai rempah dan bumbu. Wah, rupanya hanya beberapa jenis bumbu saja yang mereka kenal, selebihnya tidak tahu. Jika sudah begini siapa yang disalahkan? Anak - anak kita sudah tidak kenal lagi mana yang namanya kencur, merica, ketumbar, dan pala.
Menyambung tentang kecintaan dunia dapur, yuk kita tanya Della Anna, bagaimana sih situasi dapur di negeri seberang sana tentang bumbu masak? Mau tahu jawabannya. Sungguh mengagetkan saya. Wah ternyata di sekitar tempat tinggal Della Anna banyak pengalaman seru dan menarik seputar bumbu masak.
Berikut hasil bincang - bincang kami melalui jejaring sosial dalam grup Kampretos.
"Hai mbak Della Anna, saya tertarik untuk sedikit bercerita soal bumbu dan rempah Indonesia yang mulai kurang di kenal generasi muda. Bisakah cerita sedikit tentang pengalaman masak memasak dan bumbu di negeri seberang sana?"
"Hmmm mengapa tidak...., dengan senang hati mbak Tari. Benar sekali rempah- rempah Indonesia memang sangat terkenal, pantas saja jaman dahulu Belanda susah angkat kaki dari negeri kita. Yang membuat saya tersenyum, orang Belanda sekarang banyak tuh kalau mau masak beli kecap, merica, kunyit, jinten, terasi. Tapi....ada tapinya... terkadang mereka kalau tumis bumbu ini malah terbalik. Kalau kita kan pertama tumis dulu bumbu - bumbunya, baru masukkan sayuran atau dagingnya. Sementara kalau orang Belanda tidak. Pertama justru mereka memasukkan daging atau sayurannya, nah beberapa menit kemudian baru deh bumbunya.
"Wah, menarik sekali mbak Della Anna, boleh tahu kira kira mengapa mereka memasak dengan cara demikian?"
'"Ya mbak Tari tentu saja boleh hehehehe. Ketika melihat proses memasak mereka, saya juga tidak dapat menahan kekagetan , spontan saja berkomentar; Loh ! kok terbalik?" mereka bilang justru bumbunya kalau terakhir enak masih segar. Woaaaalaaah,lain kultur lain juga caranya, cuma bumbunya yang sama. Wkwkkwkw. Just share apa yang saya lihat di negeri orang"
[caption id="attachment_212702" align="alignleft" width="270" caption="bumbu ikan bakar/ romana Tari /2012"]
Hehehehehe...mbak Della Anna, wah saya bisamembayangkan situasi waktu mbak Della terkejut, unik sekali cara mereka memasak ya. Rupanya cita rasa bumbu masakan Indonesia asli berupa rempah dan empon - empon itu sangat istimewa bagi mereka ya mbak Della. Memang dalam masak memasak tak semua bumbu harus ditumis. Ada yang hanya dibakar, diiris segar dan ada pula yang suka jika bumbunya dimemarkan saja.
Senang sekali bisa mendengar sharing mbak Della Anna." Kira - kira apa sih alasan mereka selain agar aroma dan rasanya bumbu terasa sehingga bumbu dimasukkan terakhir? "
"Saya kira, mungkin mereka belum mengerti mengapa bumbu- bumbu kita harus tumis dulu. Tapi mbak, terkadang saya ngakak berat, ada loh orang Indonesia yang lahir di sana eh ternyata berbuat yang sama. Saya tidak bisa mengerti deh, mengapa mereka demikian. Hanya satu hal saya bisa paham mengapa demikian, mereka tuh paling suka "bumbu yang segar". Jadi tidak heran deh, masakan mereka rasanya lain sekali"
[caption id="attachment_212799" align="aligncenter" width="300" caption="sayuran segar/ romana Tari/ 2012"]
" Ada pengalaman menarik tentang menu masakan di negeri Belanda mbak Della?"
"Ada, misalnya kalau beli nasi, maka itu berarti nasi goreng. Jika kita ingin beli nasi putih, maka harus sebutkan white rice...busyet ( hahahaha ). Nah saya katakan, kalau kalian makan nasi putih itu apa dong? Ya itu white rice. hahaha .. Jadi NASI kalau di restaurant Belanda, maka maksudnya NASI GORENG. Wadooooh... garuk - garuk kepala. Sampai menu sate pun mereka buat salah, sate kalau di Indonesia yaitu daging yang kita tusuk menggunakan lidi, tapi di Belanda malah mereka sediakan sate tanpa tusukannya, ...wadooow mirip - mirip rendang kali nih, hanya bumbunya bumbu kacang"
"Aduh mengesankan sekali sharingnya mbak Della. Oya bicara soal bumbu masak yang berupa rempah Indonesia. Bukankah di Belanda sulit mendapatkan bumbu masak sejenis seperti yang bisa kita gunakan di sini. Iklim tropis di Indonesia tentu kaya akan rempah dan aneka macam bumbu masak. Pertanian di Indonesia cukup mudah membudidayakan tanaman rempah dan berbagai bumbu dapur segar, seperti tomat, cabai, bawang, serai, jahe dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan pengalaman mbak della Anna untuk mendapat bumbu masak dan cara mereka membudidayakannya?
[caption id="attachment_212738" align="aligncenter" width="458" caption="Della Anna/ green house/2012"]
" Di sini ada Green house semacam rumah kaca untuk menanam tomat. Rumah kaca ini sangat terkenal dengan tanaman tomatnya yang ditanam tidak memakai cara penyerbukan dengan angin atau memakai kimia apapun. Tetapi memakai TAWON. Para tawon ini di lepas saat-saat tertentu di rumah kaca itu agar mereka mampir di bunga-bunga tomat yang sudah terbuka.
Nah para tawon ini akan menghisap madu bunga tomat, tetapi kaki-kaki mereka akan penuh dengan tepung bunga, yang akhirnya mereka bawa ke pohon tomat yang satunya ketika menghisap madu bunga pohon yg lainnya . demikian penyerbukan terjadi dengan memakai cara TAWON, dan bukan dengan angin atau kimia. Para tawon sangat spesial.
Dalam rumah kaca ini juga ditanam aneka jenis tomat. Dari cherry tomat (yg kecil2 seperti anggur) maupun tomat buah yang besar . Pokoknya berbagai bentuk tomat ada di sini. Bahkan waktu - waktu tertentu terjadi persilangan tomat baru. Panenan tomat ini juga dieksport ke negara lain. Saya tidak bisa masuk kedalam rumah kaca ini tanpa izin, seperti yang saya ceritakan kemarin. Jadi memang kita harus puas dengan photo rumah kacanya dari luar saja. Untuk take shot rumah kaca spesial rempah - rempah saya tidak punya waktu banyak, karena terletak di tempat lain yang agak jauh dari lokasi. Oya saya juga menanam sendiri cabai dan tomat, ini fotonya. Sebentar lagi saya akan panen buah cabai hehehe.
Jadi kesimpulannya Romana Tari sepakat dengan Della Anna untuk tetap memasak dengan menggunakan rempah dan bumbu dapur racikan sendiri, meskipun harus bersusah payah di dapur tetapi menyehatkan keluarga. Selain sehat tentu saja kita semakin mengenal dan mencintai aneka kekayaan hayati Indonesia terutama bumbu rempah dan resep masakan tradisionalnya yang terkenal di Dunia.
Untuk para orang tua terutama ibu - ibu rumah tangga, mari menggunakan bumbu rempah racikan sendiri untuk memasak makanan sehat bagi anak - anak, bila perlu libatkan mereka untuk mengenal satu persatu jenis bumbu dapur, mengenal aroma dan belajar menanam di kebun sendiri atau dalam polybag. Dengan demikian generasi penerus kita tidak lupa dengan keistimewaan bumbu rempah Indonesia.
[caption id="attachment_212743" align="aligncenter" width="300" caption="sayuran segar/ romana Tari/ 2012"]
Salam hangat
Romana Tari dan Della Anna.
Ruang dan waktu boleh memisahkan antar Indonesia dan Belanda, tetapi kecintaan terhadap bumbu rempah Indonesia menyatukan kami di sini.
Terimakasih Kampretos grup ( silahkan klik link tag wpc kolaborasi di bawah untuk mengikuti kolaborasi kampretos yang lain )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H