[caption id="attachment_195898" align="aligncenter" width="284" caption="IBI/dok.pri/BCRT/2010"][/caption]
Dalam perjalanan bus antar kota bersama teman - teman menuju ke pulau Bali, saya disapa seseorang di sebelah saya. "Mbak, kerja di kesehatan ya?" Saya tidak langsung menjawab. Heran juga sih, darimana tahu kalau kami orang kesehatan, " Kok menebak begitu bu?" " Lha itu kukunya pendek - pendek, dandanan biasa saja, rambutnya juga nggak model macam - macam " Hehehehe, waduh nggak sadar selama ini memang kami tidak pernah pelihara kuku. Paling kelihatan panjang sedikit segera dipotong pendek. Kalau tidak dipotong ujung kuku bisa merobek sarungtangan steril, tempat kuman bersarang dan melukai bayi mungil yang kami rawat. Soal rambut? Ya ampuuuun..juga baru sadar. Tidak pernah namanya rambut dimodel aneh - aneh. Paling hanya dipotong pendek rapi, atau kalau panjang ya disanggul atau diikat. Simpel dan praktis. Belum pernah mencoba pakai mode rambut yang keriting spiral, rebounding, atau ikal - ikal. Bahkan di rumah sakit tempat kami bekerja ada peraturan tertulis tidak boleh mewarnai rambut selain warna hitam. Jadi boro - boro mau pakai model trendi, paling juga percuma di ikat dan digulung. hehehe. Diantara kami tidak ada yang memakai aksesoris anting - anting yang berderet lebih dari satu di telinga atau gelang . Aksesoris yang paling umum dipakai adalah jam tangan. Kuku tidak boleh di cat apalagi pakai henna hehehehe. Lalu kalau mau jalan - jalan keluar rumah. Bukannya "jaim" ( jaga image) tapi memang rasanya aneh kalau kami harus memakai pakaian mini atau seksi seperti yang sedang trend sekarang celana pendek. Bukan karena kuper, tapi sejak di pendidikan terutama yang tinggal di asrama, kami harus bisa membedakan kapan harus berpakaian pada tempatnya. Baju tidur ( baby doll ) hanya untuk di kamar, keluar harus pakai pakaian sopan, ke ruang makan tidak boleh pakai roll rambut, pakaian pesta juga sopan - sopan. Pernah ada salah satu teman memakai kacamata minus dengan variasi warna bingkai yang agak terang, langsung dipanggil bagian HRD, dan diingatkan lagi tatacara penampilan. Dulu, awal tahun 1990 hingga 1996 perawat di rumah sakit tempat saya bekerja tidak boleh berlipstik. Tetapi seiring perkembangan jaman, perlahan kami mulai dapat ijin pakai lipstik yang lembut dan dipanggilkan ahli khusus tata rambut dan rias wajah natural untuk paramedis. Ketika masih baru lulus perawat 20 tahun lalu, saya masih ingat kami dipanggilkan pelatih khusus dari "JRP" untuk berpenampilan yang sesuai dengan peran dan tugas kami, bagaimana berkomunikasi yang baik dengan masyarakat yang dilayani, dan berbagai tata cara yang perlu kami pelajari tentang seluk beluk kepribadian dan etika pergaulan. Bagi kami para perawat dan bidan, menahan diri untuk tidak mengikuti semua trend fashion bukan menjadi penyesalan dan tidak merasa rugi, tapi sudah merupakan bagian dari hidup dan pelayanan kami. Kami bahagia menjalaninya. Rambut tidak bisa warna - warni, kuku tak bisa panjang, pakaian juga pilih yang sesuai. Enjoy saja menjalani semua ini. Ada kegembiraan tersendiri dalam pelayanan kami ditengah masyarakat. Meskipun masih muda belia dan baru lulus, seorang bidan harus siap jika dipanggil "ibu Bidan " ( masyarakat Indonesia ini menyebutnya demikian ). Panggilan ibu, berarti memang kita harus menjadi pendamping para ibu dengan segala sifat keibuan kita. Hadir sebagai Tenaga kesehatan, sahabat,dan ibu saat mereka membutuhkan bantuan seorang bidan. [caption id="attachment_195846" align="aligncenter" width="491" caption="IBI/dok.pri/BCRT/2010"]
Nah foto diatas ini kami para bidan sedang berkumpul dan berdiskusi. Seringkali beberapa topik menarik berkaitan dengan pengembangan diri dan profesi kami bicarakan bersama. Dskusi ini akan sangat membantu memecahkan persoalan - persoalan yang dihadapi oleh para bidan. Baik bidan praktek mandiri maupun yang bekerja di rumah sakit. Ikatan persaudaraan dalam organisasi IBI ( Ikatan Bidan Indonesia ) sangat erat. Kami saling bekerjasama untuk melayani masyarakat terutama ibu dan bayi.
Oya kegiatan menjadi anggota Ikatan Bidan Indonesia ada banyak sekali. Terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak serta kegiatan bakti sosial di tengah masyarakat. Dalam organisasi bidan ada yang istilah Cabang dan Ranting. Nah saya termasuk ikatan bidan Indonesia wilayah Surabaya ranting selatan. [caption id="attachment_195829" align="aligncenter" width="491" caption="IBI/dok.pri/BCRT/2010"]
Ini adalah acara pertemuan Anggota Ikatan Bidan Indonesia. Berpose bersama para bidan. Pada waktu musyawarah bidan Ranting Selatan Surabaya. Kami mengadakan pemilihan ketua yang baru.
[caption id="attachment_195896" align="aligncenter" width="378" caption="IBI/dok.pri/BCRT/2010"]
Ini sebagian dari bidan Indonesia. Kami sebagai bidan mungkin tidak bisa terus mengikuti semua trend fashion, tetapi yang terpenting kami harus terus mengikuti perkembangan ilmu terkini di bidang kebidanan terutama untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu sebagai bidan harus menjalin relasi yang harmonis dengan masyarakat dan mengikuti perkembangan berbagai lintas ilmu yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan.
[caption id="attachment_195840" align="aligncenter" width="473" caption="IBI/dok.pri/BCRT/2011"]
Semoga bidan Indonesia dimanapun bertugas tetap semangat dalam pelayanan bagi masyarakat, sederhana dan bersahaja. Para bidan tidak berarti apa - apa tanpa dukungan, kerjasama dan doa dari masyarakat juga. Suka dan duka menjadi bidan adalah bagian dari panggilan dalam pelayanan hidup.Tetap  semangat melayani dan bersyukur dalam segala hal.
Salam hangat
Bidan Romana Tari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H