Dunia anak selalu menarik untuk kita perhatikan. Terutama anak pada masa BALITA dan usia sekolah. Kepolosan, keceriaan, inisiatif dan imajinasi menjadi milik anak - anak. Dalam ilmu tentang tumbuh kembang anak, pada masa usia sekolah seorang anak memasuki fase dimana mereka mulai belajar berkelompok, bekerjasama, mentaati peraturan dan belajar berbagi dengan teman sebaya.
Salah satu contohnya adalah kegiatan olahraga. Misalnya bermain sepakbola dan bergabung dalam kelompok ekstra kurikuler. Di sekolah anak- anak difasilitasi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi menjadi lebih baik. Anak bisa memilih kegiatan ekstra kurikuler yang diinginkan sebagai penyaluran bakat dan kesempatan belajar bekerjasama dengan anak - anak lain.
Tugas sebagai orangtua dalam pendampingan anak usia sekolah dasar ini antara lain adalah memberi semangat, memberi pujian atas prestasi yang diraih anak, menghargai hasil karya anak. Sebagai contoh anak berbakat di bidang olahraga. Berilah penghargaan ketika berhasil memperoleh juara dibidang olahraga.Pemberian penghargaan dan pujian ini sangat berarti dalam perkembangan kejiwaan seorang anak.
Dalam teori perkembangan anak keadaan perasaan jiwa anak ini disebut sebagai perasaan industry pada diri sang anak. Ia merasa berarti dan berhasil serta diakui. Ini merupakan bekal untuk perkembangan kelak di masa dewasa. Anak tumbuh dalam rasa percaya diri serta memiliki kemampuan untuk menghargai karya orang lain juga.
Bermain sarana belajar
Pada anak - anak usia sekolah yakni umur 6- 11 tahun sangat penting dikembangkan rasa percaya diri, keberanian berinisiatif dan kemampuan untuk bersosialisai antar teman sebaya. Seorang anak yang terlalu dibatasi pergaulannya bahkan dilarang bermain dalam kelompok - kelompok kecil, kelak bila dewasa akan mengalami masalah dalam menemukan identitas dirinya.
Masa bermain bersama teman sebaya sebenarnya menjadi salah satu sarana bagi seorang anak untuk belajar mandiri di antara teman -temannya, perasaan otonomi dan inisiatif semakin diasah dengan baik. Orang tua hanya boleh mengawasi dan memantau saat anak sedang bermain dengan kelompok teman sebaya. Sebaiknya tidak ikut mengatur dan mendikte kebebasan anak berekspresi dan berimajinasi sejauh hal itu tidak berbahaya bagi anak.
Kontrol yang terlalu ketat dan disiplin berlebihan justru akan mengganggu proses perkembangan dan pembentukan kepribadian anak. Anak tumbuh menjadi pribadi yang selalu tergantung pada keputusan orang tua, takut mengambil inisiatif, kurang bisa menghadapi konflik dan tekanan dari lingkungan akibat selalu merasa dilindungi secara berlebihan.
Belajar menghadapi konflik
Dalam bermain dengan teman sebaya kadangkala ada pertengkaran kecil sesama anak, hal itu wajar. Orangtua tidak perlu terlalu campur tangan dan ikut terpancing emosi. Jika kita perhatikan anak- anak itu lebih mudah berdamai kembali setelah bertengkar. Saat itulah anak sebenarnya sudah mulai belajar mengendalikan diri, mengalah, berbagi, mencari solusi sederhana dan mengatasi konflik kecil dalam hidup bersama. Sementara itu orangtua yang ikut campur perselisihan anak justru masih merasa jengkel dan kesal dengan kelakuan sang anak bahkan berlanjut melabrak tetangga yang memiliki anak. Peristiwa seperti ini tidak perlu terjadi dengan catatan , pertengkaran anak tidak melibatkan kekerasan fisik atau membahayakan. Dampingi saja dan beritahu anak untuk saling memaafkan.
Kebebasan berekspresi dan berkreasi
Seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang memberi kebebasan berekspresi dan berkreasi akan sangat membantu seorang anak tumbuh lebih dewasa.
Bila sejak kecil anak sering dilarang bergaul, dicela, dilarang ini dan itu, disalahkan dan diejek dengan julukan nama yang membuat anak minder , tidak ada dukungan dari lingkungan masyarakat sekitar. Bila ini terjadi, maka jangan heran bila kemudian hari si anak tumbuh menjadi seorang yang tidak mampu mengambil keputusan, kurang bertanggung jawab, mudah terpengaruh lingkungan.
Berbeda bila anak dibesarkan dalam keluarga yang memberi dukungan positif bagi perkembangan kejiwaan anak, penuh kasih sayang dan perhatian yang cukup, kontrol sosial yang baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Hasilnya anak akan memiliki kepribadian yang matang dan memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik maupun tantangan dalam hidupnya di tengah masyarakat.
Pendampingan dan support mental dari orangtua sangat berarti dan ingat masa anak- anak ini akan berlalu dengan cepat. Jangan sampai kita kehilangan moment penting dalam fase pembentukan kepribadian anak. Pada prinsipnya orangtua hanya boleh menfasilitasi kebutuhan tumbuh kembang anak sesuai tahapan usianya. Hindari pola asuh yang menjadikan anak sebagai obyek untuk memaksakan keinginan dan kemauan orangtua atau bahkan menjadikan anak sebagai boneka hidup yang harus melakukan semua peraturan dan keegoisan orangtua.
Salam hangat
Semoga bermanfaat
Bidan Romana Tari
Foto Dokumen pribadi
Sumber; Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.IDAI.2005 Stimulasi Tumbuh Kembang Anak. DEPKES.2006 Deteksi Dini Tanda dan Gejala Penyimpangan pertumbuhan dan Perkembangan Anak.IDAI JATIM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H