Dalam bermain dengan teman sebaya kadangkala ada pertengkaran kecil sesama anak, hal itu wajar. Orangtua tidak perlu terlalu campur tangan dan ikut terpancing emosi. Jika kita perhatikan anak- anak itu lebih mudah berdamai kembali setelah bertengkar. Saat itulah anak sebenarnya sudah mulai belajar mengendalikan diri, mengalah, berbagi, mencari solusi sederhana dan mengatasi konflik kecil dalam hidup bersama. Sementara itu orangtua yang ikut campur perselisihan anak justru masih merasa jengkel dan kesal dengan kelakuan sang anak bahkan berlanjut melabrak tetangga yang memiliki anak. Peristiwa seperti ini tidak perlu terjadi dengan catatan , pertengkaran anak tidak melibatkan kekerasan fisik atau membahayakan. Dampingi saja dan beritahu anak untuk saling memaafkan.
Kebebasan berekspresi dan berkreasi
Seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang memberi kebebasan berekspresi dan berkreasi akan sangat membantu seorang anak tumbuh lebih dewasa.
Bila sejak kecil anak sering dilarang bergaul, dicela, dilarang ini dan itu, disalahkan dan diejek dengan julukan nama yang membuat anak minder , tidak ada dukungan dari lingkungan masyarakat sekitar. Bila ini terjadi, maka jangan heran bila kemudian hari si anak tumbuh menjadi seorang yang tidak mampu mengambil keputusan, kurang bertanggung jawab, mudah terpengaruh lingkungan.
Berbeda bila anak dibesarkan dalam keluarga yang memberi dukungan positif bagi perkembangan kejiwaan anak, penuh kasih sayang dan perhatian yang cukup, kontrol sosial yang baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Hasilnya anak akan memiliki kepribadian yang matang dan memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik maupun tantangan dalam hidupnya di tengah masyarakat.
Pendampingan dan support mental dari orangtua sangat berarti dan ingat masa anak- anak ini akan berlalu dengan cepat. Jangan sampai kita kehilangan moment penting dalam fase pembentukan kepribadian anak. Pada prinsipnya orangtua hanya boleh menfasilitasi kebutuhan tumbuh kembang anak sesuai tahapan usianya. Hindari pola asuh yang menjadikan anak sebagai obyek untuk memaksakan keinginan dan kemauan orangtua atau bahkan menjadikan anak sebagai boneka hidup yang harus melakukan semua peraturan dan keegoisan orangtua.
Salam hangat
Semoga bermanfaat
Bidan Romana Tari
Foto Dokumen pribadi