Rumah panggung dari papan jati di pinggir pedukuhan itu terlihat sunyi, seolah ditinggalkan penghuninya. Pemiliknya pasangan suami istri yang sudah bertahun - tahun menikah namun belum juga dikaruniai anak. Konon tak seorangpun yang bersedia bertamu rumah itu. Akan mendapat sial jika pulang dari sana. Terutama ibu hamil jangan sekali- kali ke sana, bayinya bisa hilang sebelum lahir. Benarkah? Ah itu desas - desus yang beredar di wilayah pedukuhan Beringinrejo. Sebenarnya ada apa di rumah itu?
Bidan Mira termasuk orang yang tidak mempercayai tahayul dan sejenisnya. Sebagai bidan desa yang baru, suatu hari ia menyempatkan diri jalan - jalan dengan sepedanya dan mengunjungi rumah yang dihuni sepasang suami istri bernama Pak Karto dan Bu Karto. Mira mengetuk pintu rumah itu. Seorang Laki- laki berusia sekitar 45 tahun muncul dari balik pintu. Dengan senyum ramah ia mempersilahkan Mira masuk.
" Saya bidan baru pak Karto, namaku Mira. Akan bertugas di pedukuhan Beringinrejo ini" kata Mira.
" Senang sekali saya mendapat kunjungan bu Bidan Mira, beginilah keadaan rumah kami bu, selalu sepi" jawab pak Karto. Ia tampak gembira dengan kedatangan Bidan Mira.
Mira sempat memandang sekeliling ruangan tamu, di sudut ruang ada dipan dan di atasnya tampak sekeranjang pakaian bayi lengkap dengan bedak, sabun dan semua pernak- pernik perlengkapan bayi. Mira sudah mendengar semua cerita yang beredar di pedukuhan tentang hilangnya bayi dalam kandungan bu Karto setahun silam. Namun ia ingin mendengar sendiri dari Pak Karto. Begini kisahnya.
Pak Karto dan istrinya sudah sepuluh tahun lebih menikah dan belum juga dikaruniai anak. Pada suatu hari istrinya mengeluh mual - mual dan rasa mengidam ingin makanan yang asam- asam dan tidak datang bulan. Bu Karto sangat yakin pasti dia hamil. Akhirnya ia mengunjungi bidan desa yang dulu bertugas di sana sebelum Mira datang, namun setelah diperiksa beberapa kali Bidan Siti menyampaikan Bu Karto tidak hamil. Bu Karto tidak percaya. Buktinya ia merasa perutnya juga semakin besar dan dia merasa seperti ada gerakan dalam perutnya, bahkan mual- muntah dan ngidam juga dialami. Persis seperti wanita yang sedang hamil.
Bu Karto sangat bahagia menjalani kehamilannya tersebut, ia tidak mau lagi memeriksakan diri. Meskipun kuatir dengan kehamilan istrinya tersebut, pak Karto tidak kuasa memaksa istrinya. Pada saat kehamilan bu karto memasuki usia tujuh bulan, ia mengundang tetangga untuk syukuran. Bu Karto sangat bersyukur bahwa kehamilannya berlangsung lancar. Semua tetangga juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa perut bu Karto juga tampak semakin besar saat mengenakan daster, ia layaknya orang hamil normal.
Tibalah saatnya bersalin, bu Karto mengeluh mulas dan seperti ingin buang air besar. Ia juga merasa seolah perutnya terasa kram. Menjelang sore itu hujan rintik- rintik. Pak Karto masih mengusahakan dokar untuk bisa membawa istrinya ke dukun beranak tak jauh dari kampungnya. Istrinya tidak mau ditolong bidan. Tepat pada saat bu Karto berdiri di depan rumahnya tiba -tiba ada kilat menyambar dan tak lama terdengar bunyi guntur menggelegar, bu Karto terkejut dan jatuh.
Pada saat yang sama itulah perutnya lalu kempis sendiri dan rasa kram seperti akan melahirkan lenyap. Bu Karto menangis meraung- raung dan berteriak " Bayiku hilang- bayiku hilang..." Pak Karto yang baru kembali dari mencari dokar terkejut melihat istrinya berguling- guling di lantai sambil menangis histeris. Sejak itulah bu Karto mengalami gangguan jiwa dan sering menimang - nimang boneka kayu dan merawatnya seperti dia mempunyai bayi hingga saat ini.
Mendengar semua kisah itu Bidan Mira merasa prihatin. Ia menjelaskan pada pak Karto, sebenarnya bu Karto pada waktu awal kehamilan itu bukanlah hamil yang sebenarnya. Dalam ilmu kebidanan disebut dengan Pseudocyesis atau kehamilan palsu. Keadaan seperti ini dialami oleh beberapa wanita yang sangat mendambakan anak. Sehingga dengan kekuatan bawah sadarnya ia berimajinasi bahwa dirinya sedang hamil dan merasakan semua yang dialami oleh wanita hamil.
Bahkan ada yang merasa mual muntah dan ngidam, payudara dan perut membesar. Namun bila diperiksa kadar hormon kehamilan dalam air seni ibu yang hamil palsu maka hasilnya negatif dan pemeriksaan menggunakan alat pendeteksi detak jantung janin tidak didapatkan bunyi jantung janin dalam perut ibu, hanya suara bising usus. Begitupula gerakan bayi yang dirasakan ibu tersebut juga karena kuatnya keinginan seorang ibu untuk hamil. Seolah ia merasakan bayinya menendang perut, bergerak dan sebagainya.
Pak Karto mengerti penjelasan Bidan Mira dan ia sangat berterimakasih karena telah dikunjungi. Bidan Mira lalu menjenguk Bu Karto yang sedang baring sambil menidurkan bonekanya. Dalam hati Bidan Mira ia merasa sangat prihatin dan kasihan pada bu Karto. Bu Karto yang sekarang berumur 40 tahun itu adalah salah satu wanita yang mengalami Pseudocyesis, ia merasakan hamil 9 bulan bayinya tiba-tiba lenyap, akhirnya ia sangat stress . Perlu kunjungan rutin untuk memulihkan kondisi bu Karto yang pernah mengalami Pseudocyesis atau kehamilan palsu.
Salam fiksi
Bidan Romana Tari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H