Pandemi membuat semua tempat wisata di Banyuwangi tutup secara terpaksa tahun lalu. Namun, keadaan yang mengekang setiap pelaku usaha wisata ini tidak melucuti semangat mereka untuk membuka kembali tempat wisata saat keadaan semakin membaik, seperti hari ini. Sempat diberlakukan lockdown besar-besaran, Banyuwangi sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur, kini sudah memberikan izin kembali kepada para pelaku usaha pariwisata untuk membuka lagi usahanya dengan syarat tetap menerapkan protokol kesehatan. Lalu, apakah De Djawatan saat ini sudah siap dan menerapkan protokol kesehatan yang ada?Â
De Djawatan berlokasi di dekat persimpangan lampu merah Benculuk, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. Dulunya, wisata alam ini merupakan kawasan hutan lindung milik Perhutani KPH Banyuwangi Selatan yang pada masa kolonial pernah dijadikan sebagai TPK (Tempat Penimbunan Kayu) dari hasil hutan milik Perhutani di area Banyuwangi Selatan.Â
Reformasi De Djawatan sebagai tempat wisata alam didukung misi Kabupaten Banyuwangi dalam mengembangkan wisata alamnya. Semenjak itu, De Djawatan mendapat perhatian lebih dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata baru di wilayah Banyuwangi Selatan. Semenjak itu, Djawatan nampak lebih bersih, asri, dan menarik dengan disusul pembangunan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Saat ini, sudah terdapat fasilitas umum yang cukup lengkap, seperti toilet, tempat ibadah, dan area parkir untuk pengunjung.
Suasana di wisata alam ini sangatlah asri dan didominasi oleh nuansa tropis seperti selayaknya hutan tropis. Yang membuat saya takjub saat berkunjung ke sini adalah ada juga selain saya yang melakukan interview dan vlogging di wisata alam ini. Hal ini membuat saya sadar bahwa ketertarikan para pengunjung terhadap De Djawatan bukan hanya tentang keindahannya tetapi juga sejarah dan kondisi sosialnya.Â
Selain itu, pengelola tempat wisata juga mengizinkan warga sekitar untuk membuka kedai dan stan di lokasi wisata. Tidak hanya makanan mereka juga membuka spot atau arena melukis untuk anak-anak. Sebagai tambahan, harga makanan dan minuman di caf-cafnya cukup ekonomis untuk wisata alam sekeren ini yang tidak hanya go nasional tetapi juga go-internasional.
Para pengunjung pun sangat jarang yang berkunjung sendirian seperti saya, kebanyakan bersama rombongan atau kawanan dan beberapanya datang berdua bersama kekasih atau teman. Dengan merasakan suasananya langsung, saya sangat yakin sebenarnya De Djawatan ini sangat berpotensi juga untuk menjadi area perkemahan bagi pelajar atau kalangan umum karena suasananya dan tempatnya sangat cocok untuk ini. Di tambah juga, tiket masuk yang sangat murah, hanya Rp.8.000,- untuk masuk dan harga parkir seikhlasnya (berdasarkan survei tanggal 20 Agustus 2021).
Terakhir dan yang paling penting adalah sediaan fasilitas untuk protokol kesehatan, seperti hand sanitizer dan tempat cuci tangan sudah ada. Namun, para pengunjung masih kurang mematuhi protokol kesehatan, seperti tidak memakai masker dengan seharusnya, tidak rutin menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan setelah makan, dan tidak menjaga jarak aman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H