Aenor memahami perasaan Rasmus. Sesuai dengan makna namanya, Rasmus memiliki banyak cinta. Rasmus tidak sanggup menampung luapan cinta yang berjejal dalam dadanya.
"Kau tidak pernah bisa mengerti aku! Hanya Xene yang bisa membaca pikiranku!" teriak Rasmus berang.
Aenor terduduk di sofa. Matanya menerawang tanpa kabut embun terlihat. Hanya sayu yang tampak. Aenor pasrah.
Dengan penuh kasih sayang, Aenor berkata, "Sayang, undanglah Xene makan bersama malam ini. Aku ikhlas dia menjadi tamu wanitamu di rumah kita."
Rasmus tersenyum puas.
***
Xene sangat menawan. Aenor sampai tak berkedip memandangnya.
"Masuklah, Xene."
Aura percaya diri Xene sanggup meluluhlantakkan jiwa Aenor. Aenor melayani Xene sepenuh hati. Mengambilkan nasi dan lauk berbungkus daun pisang.
"Bagaimana rasanya, Xene? Lauk yang kau makan itu adalah otak-otak. Coba kau lihat ini. Dapatkah kau membacanya? Tak satu pun huruf yg dapat kutemukan di sana. Kata Rasmus, hanya kau yang mampu membaca pikirannya ...."
"Aaaaaaa!" teriak Xene.
Aenor tersenyum menyeringai.
-The End-
Barabai, 2019 M
Febriana Ryna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H