Oleh: Farizal Firmansyah
Rangkaian demo pengesahan undang-undang Omnibus law atau UU Cipta kerja telah berlangsung diberbagai daerah diseluruh Indonesia. Salah satu rangkaian demo ini terjadi di daerah Sarinah Jakarta Pusat pada Kamis, 8 Oktober 2020. Demo yang awalnya berjalan secara kondusif berakhir dengan kerusuhan serta pembakaran fasilitas publik dalam hal ini halte transjakarta. Pertanyaanya adalah siapa dalang pembakaran fasilitas publik ini? Apakah buruh? Mahasiswa? Atau pihak-pihak lain? Tentunya hal ini harus harus dijawab oleh pihak penegak hukum dalam hal ini kepolisian. Akhirnya polda metro jaya pada Senin, 12 oktober 2020 mengumumkan para tersangka pembakaran halte. Pelaku ini terdiri dari empat orang laki-laki dengan penampilan cukup muda.
Sementara itu 16 hari setelahnya pada Rabu, 28 Oktober 2020 sebuah kanal youtube media bernama Narasi Newsroom mengunggah video dengan judul "62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah | Buka Mata". Video ini berisi bukti rekaman (Closed-circuit television) CCTV didekat lokasi kejadian pembakaran halte. Dalam video tersebut juga terdapat rekaman video amatir warganet yang diperoleh melalui berbagai macam platform media sosial mulai dari twitter, Instagram, maupun tiktok. Pada video tersebut terlihat jelas bagaimana pelaku mempersiapkan aksinya untuk membakar halte sarinah. Namun anehnya pelaku yang muncul dalam video tersebut berbeda dengan apa yang sudah ditetapkan oleh polisi.
Tidak lama setelah video ini diunggah, banyak perbincangan yang terjadi di media sosial. Perbincangan ini terbagi menjadi berbagai macam topik, namun topik utamanya adalah bagaimana hebatnya team Narasi Newsroom mampu mengungkapkan pelaku pembakaran halte hanya dengan bukti-bukti yang beredar di ruang publik. Teknik yang digunakan oleh team Narasi Newsroom ini sebenarnya sudah lama digunakan oleh media-media asing saat melakukan pemberitaan. Media seperi Wall street Jurnal (WSJ) dan New York Times (NYT) dalam proses investigasi maupun penyelidikanya sering menggunakan teknik ini, diantaranya adalah bagaimana Suprime Leader Korea Utara yaitu Kim Jong Un yang memperoleh mobil kepresidenanya secara rahasia. Dengan judul video "How Kim Jong-un Gets His $500,000 Mercedes" yang diunggah oleh New York Times, video ini menunjukan banyaknya informasi intelejen yang beredar diruang publik dan dapat diakses oleh siapapun.
Teknik ini bernama Open Source Intelegent (OSINT) singkatnya teknik ini memperoleh informasi intelijen yang beredar diruang publik. Di era keterbukaan informasi seperti sekarang, batas antara ruang publik dan pribadi sudah semakin tidak terlihat. Segala sesuatu yang kita ungguah di media sosial tanpa kita sadari sebenarnya mengandung informasi intelijen terkait diri kita sendiri. Misalnya saat kita mengunggah foto diintagram dengan latar berada didepan rumah. Pada foto tersebut kita tidak sengaja memperterlihatkan nomer rumah tempat kita tinggal, kemudian dengan dibantu oleh google search photo dan google maps langsung dapat diketahui alamat kita tinggal. Dari contoh ini tanpa sadari kita sudah memperlihatkan aspek pribadi kita kedalam ruang publik yaitu dimana tempat kita tinggal. Hal ini tentunya dapat menjadi berbahaya jika disalah gunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Dalam hal ini untungnya team Narasi Newsroom menggunakan teknik Open Source Intelegent (OSINT) dengan baik yaitu mengungkapkan pelaku pembakaran halte sarinah. Aqwam Fiazmi dalam akunnya twitternya @aqfiazfan selaku produser Open Source Intelegent Narasi Newsroom mengungkapkan bagaimana teknik yang digunakan team Narasi Newsroom dalam memperoleh data-data video tersebut. Dalam tweetnya Ia menjelaskan bagaimana memperoleh video rekaman CCTV dengan menggunakan aplikasi gratis bernama "molecool" yang tersedia pada aplikasi android. Kemudian untuk video tiktok maupun Instagram dapat di download melalui aplikasi downloader.
Terlepas dari kontroversi bedanya muka pelaku yang terlihat di CCTV dengan yang ditetapkan oleh pihak kepolisian. Team Narasi Newsroom akhirnya berhasil memperlihatkan bagaimana pelaku pembakaran halte sarinah beraksi dengan cara mengumpulkan serta menyaring informasi yang beredar diruang publik dengan menggunakan teknik OSINT. Teknik OSINT sendiri sebenarnya bisa digunakan oleh siapapun, tinggal bagaimana cara kita untuk menyaring informasi yang tersedia. Platform seperti flightradar24, google Earth, media sosial, situs berita, dan hal-hal terkait dapat diakses secara terbuka oleh publik. Untuk itu sebaiknya kita harus semakin berhati-hati dalam mengunggah sesuatu di sosial media, karena tidak menutup kemungkinan ada banyak pihak-pihak tidak bertanggung jawab diluar sana menunggu untuk mendapatkan informasi tersebut.
Â
Reference List
Darmawan, R. (n.d.). Mengenal OSINT Dibidang Cybersecurity | by Rio Darmawan | Medium. Retrieved October 29, 2020, from Medium.com website: https://medium.com/@coroflying/mengenal-osint-dibidang-cybersecurity-cef7aa791fb6
Fiazmi, A. (n.d.). Aqwam Fiazmi Hanifan on Twitter: "Empat karya terakhir kami @narasinewsroom semuanya berbasis open-source (OSINT). Kerja-kerja riset dpn laptop jadi lebih dominan. Selama 4 tahun terakhir berkutat dg OSINT, aku akan sharing lputan kami yg memanfaatkan OSI. Retrieved October 29, 2020, from Twitter.com website: https://twitter.com/aqfiazfan/status/1217777806249054210