Mohon tunggu...
Moh Rofiie
Moh Rofiie Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa magister Ilmu Politik Universitas Indonesia

Pemikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fisip UMJ Jadi Reference of Integrity

14 Juni 2019   23:01 Diperbarui: 14 Juni 2019   23:12 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 26 Juni 2019, merupakan ajang pemilihan umum raya (PEMILU RAYA) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMJ, ajang tahunan untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur atau bisa disebut Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Fakultas. Tak heran bagi mahasiswa yang kerjanya kuliah-rapat, kuliah-rapat (KURA-KURA) pada proses pemilihan umum raya tersebut, mungkin menjadi heran apabila mahasiswa yang kerjanya kuliah-pulang, kuliah-pulang (KUPU-KUPU) menjadi tidak tahu akan ada pemilu raya di FISIP UMJ. 

Tahun ini ada 2 (dua) pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur FISIP UMJ yang bersedia bertarung, beradu argumen dan gagasan serta program kerja untuk satu tahun kedepan. Salah satu calon itu adalah Zaenal-Danny bisa juga disebut JADI. Keduanya berasal dari program studi yang berbeda, Zaenal berasal dari mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Danny berasal dari mahasiswa Administrasi Publik. Keduanya juga memiliki itikad baik untuk maju di tingkat BEM Fakultas, makanya mereka memiliki visi-misi dan program unggulan. 

Mungkin banyak yang belum tahu visi-misi pasangan JADI ini. Visi mereka adalah menjadikan kelembagaan FISIP UMJ sebagai Reference of Integrity. Misi mereka adalah BEM FISIP UMJ dapat menjadi inisiator dan fasilitator guna mewujudkan kelembagaan FISIP UMJ yang bersinergi, Harmonisasi kelembagaan guna meningkatkan rasa kekeluargaan lembaga FISIP UMJ, dan menumbuhkembangkan nalar berpikir mahasiswa. Serta memiliki program unggulan diantaranya One month one harmony, FISIP coaching village, dan FISIP in one euforia. 

JADI berIntegritas (Integrity)

Seyogianya seorang pemimpin memiliki integritas; satu kata dengan perbuatan dalam perspektif yang baik tentunya dan juga memiliki kredibilitas; dapat dipercaya dan dapat diandalkan, dan tidak akan menyia-siakan kepercayaan dari para pengikutnya.

Integritas dan kredibilitas bagaikan dua muka mata uang, berjalan beriringan, seseorang yang memiliki integritas biasanya memiliki kredibilitas. Seberapa tinggi tingkat keduanya dibuktikan dengan perjalanan waktu dan seberapa luas masyarakat, khususnya pengikutnya, menyaksikan dan memberikan opini mereka terhadapnya. Integritas dan kredibilitas berbicara tentang moral yang ada pada diri sang pemimpin yang diperoleh dari didikan orang tua, guru, dan orang-orang terdekat semasa kecil dan tumbuh dewasa dalam keteladanan yang dilihatnya dari orang-orang yang menjadi contoh keteladanan yang baik.

Perlu kita ketahui, calon Gubernur Zaenal Fikri, seorang mahasiswa yang memiliki prestasi sebagai kandidat Abang Kota Tangerang Selatan pada ajang Abang dan Nona Kota Tangerang Selatan. Tentunya Zenal atau dikenal Jeje memiliki integritas yang tinggi untuk bisa mencapai prestasi menjadi abang kota tangsel. Ajang abang dan nona ini merupakan miniatur event layaknya miss indonesia yang tentunya memiliki calon kecerdasan diatas rata-rata.

Begitu juga dengan calon Wakil Gubernur Danny Yusuf, seorang mahasiswa yang memiliki prestasi channel/link/komunikasi yang baik diantaranya, dia pernah membawa Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik (HIMIA) FISIP UMJ lebih dikenal secara eksternal di regional Jakarta dan Banten, juga dikenal di tingkat nasional sebagai Administrator Muda Indonesia. 

"Tugas seorang sarjana adalah berfikir dan mencipta yang baru. Mereka harus bisa lepas dari arus masyarakat yang kacau, tapi mereka tidak bisa lepas dari fungsi sosialnya, yakni bertindak jika keadaan mulai mendesak. Kaum intelelektual yang diam disaat keadaan mulai mendesak, telah melunturkan nilai kemanusiaaan" sebait kalimat yang diucapkan oleh Soe Hok Gie, sang aktivis gerakan mahasiswa tahun 60-an.

Tentu, keduanya memiliki prestasi yang berbeda namun memiliki moral yang sama, memiliki keutuhan karakter yang tidak rusak. Keduanya juga saling berhubungan dengan kerabat, pengikut, maupun masyarakat walaupun tidak dalam keseharian karena jenjang hierarki organisasi, akan tetapi kerabat dan/atau pengikut tahu bahwa mereka memperhatikan secara langsung maupun tidak langsung dan selalu ada ketika mereka membutuhkannya.

JADI Pemimpin Tercerahkan 

Antonio Gramsci pernah mengatakan, "semua orang adalah intelektual, tapi tidak semua anggota masyarakat punya fungsi intelektual". Kira-kira begitu kalimat yang ia tulis semasa berada di penjara Mussolini. 

Kita juga tahu, pasangan calon ini memiliki intelektual yang dapat mempengaruhi dan membawa organisasi menjadi lebih baik. Sebagai kelompok berpengaruh, the ruling class, para pemimpin memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Bahkan, mereka menyumbang andil besar dalam menentukan kemajuan atau kebangkrutan suatu bangsa. Dalam adagium Arab terdapat ungkapan, 'al-nas 'ala dini mulukihim' (rakyat selalu mengikuti agama para pemimpin mereka). Ini berarti, pemimpin adalah teladan dan panutan umat qudwah hasanah. Oleh sebab itu, pemimpin harus memiliki akhlak mulia dan keluhuran budi pekerti. Pemimpin tidak cukup hanya terdidik. Mereka juga sekaligus harus tercerahkan.

Secara sosial, pemimpin tunduk kepada nilai-nilai kolektif seperti kebenaran, keadilan, kedamaian, dan kemanusiaan yang berguna bagi kemaslahatan hidup umat manusia di muka bumi. Pencerahan jiwa ini, menurut pakar tafsir al-Razi, lebih terang daripada matahari. 

Pencerahan itu akan membuatnya memiliki nurani dan mata hati, serta kepekaan terhadap segala penderitaan rakyat. Sebagai bangsa kita benar-benar membutuhkan para pemimpin yang tercerahkan. Sebab, hanya pemimpin yang tercerahkan agaknya yang akan mampu membawanya keluar dari krisis. 

Kerja-kerja kecil yang berarti harus segera diraih. Tantangan semakin berat jika kita tak terus menerus berjalan, mencerna, dan refleksi diri. Mungkin kita perlu menengok kembali formasi sosial di dalam kehidupan masyarakat kita dan perlu pula meneropong perkembangan pergaulan dunia. Sehingga kita mampu memposisikan gerakan mahasiswa tercerahkan sebagaimana mestinya. 

Dengan statement di atas, InsyaAllah Zaenal-Danny (JADI) pemimpin yang tercerahkan bagi civitas akademika FISIP UMJ dengan segelintir program kerja unggulan dan program kerja tahunan yang dapat menumbuhkan nalar kritis mahasiswa. (Artikel ini ditulis oleh Joli Apriyansyah, salah satu mahasiswa aktif FISIP UMJ).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun