Mohon tunggu...
Christopher Arya Bima
Christopher Arya Bima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya S1 Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Tinggal di Negara sedang Konflik pada Perkembangan Anak

6 Juni 2023   15:41 Diperbarui: 6 Juni 2023   16:23 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Konflik Peperangan 

Tentunya kita sering mendengar, melihat atau merasakan sebuah konflik peperangan. Peperangan, terutama peperangan bersenjata merupakan sebuah fenomena di mana sebuah pihak berperang dengan satu sama lain menggunakan kekuatan agresi militer. Peperangan sering terjadi dari tahun ke tahun, seperti perang dunia 1, perang dunia 2, perang teluk maupun juga konflik Rusia & Ukraina. Apa sih penyebab meledaknya peperangan? Beberapa faktor yang berkontribusi pada terpecahnya peperangan adalah perbedaan kepentingan, perbedaan sudut pandang, ataupun ambisi yang tinggi untuk memperluas wilayah dan mengambil sumber daya alam (Apa Yang Menyebabkan Suatu Negara Berperang?, 2022).

Meskipun peperangan mempunyai tujuan tertentu, dampak dari peperangan sangat tidak bisa terbayangkan skalanya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh  (Ventevogel, 2015), 3 dampak yang paling signifikan akibat peperangan adalah kemiskinan, kematian dan juga anak menjadi yatim piatu ataupun istri menjadi janda. Peperangan di negara Burundi pada tahun 1993-2003 menyebabkan kematian 250.000 orang tua akibat perang, dan juga 660.000 anak menjadi seorang yatim piatu. Tidak hanya itu, peperangan juga berkontribusi dalam naiknya kemiskinan. Diketahui bahwa jumlah populasi di Burundi yang tinggal dibawah garis kemiskinan meningkat dari 36% ke 62%. Konflik Rusia dan Ukraina yang terkini juga menyebabkan setidaknya 2.800.000 anak tinggal di bawah garis kemiskinan (Mazur & Diallo, 2022). Namun, bagaimanakah peperangan bisa menghancurkan ekosistem di sekeliling anak dan mempengaruhi perkembangan anak? Yuk, cari tahu. 

Sistem Ekologi

Pertama-tama, kita perlu mengetahui ekosistem kehidupan seorang individu. Ecological System atau sistem ekologi merupakan konsep dari seorang ahli psikologi Urie Bronfenbrenner. Teori ini bahwa bagaimana interkoneksi dari lingkungan mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak, dan bukan hanya karena dorongan biologis (Crawford, 2020).Sistem Ekologi melingkupi 5 ekosistem, yaitu microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan chronosystem . Bronfenbrenner menganggap bahwa sistem mikro dan sistem makro merupakan hal yang penting dalam kehidupan anak kecil (Papalia Buku 1 Mba Anggi). Semua ekosistem dari sistem ekologi ini memiliki pengaruh terhadap satu ekosistem dengan yang lain, dimana pergantian di 1 ekosistem dalam berpengaruh kepada perkembangan anak itu sendiri (Campos-Gil et al., 2020). Berikut merupakan penjelasan tentang 5 dimensi ekosistem dan dampak peperangan kepada ekosistem tersebut. 

Bagian-bagian Sistem Ekologi

A. Microsystem: Microsystem merupakan lingkungan yang dihadapi setiap hari seperti interaksi dengan orang tua, teman sebaya, maupun juga kegiatan di sekolah atau tempat kerja (Papalia & Martorell, 2021). Kehancuran bukanlah kata yang asing lagi saat mendengar dampak peperangan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa peperangan menyebabkan kematian orang tua maupun juga kemiskinan. Kematian orang tua dapat merusak struktur kekeluargaan dan perkembangan anak tersebut. Anak akan tumbuh dengan kekurangan rasa keamanan atau tujuan hidup yang jelas. Akibatnya, anak akan tumbuh dengan kemarahan atau penolakan (Hogstad & Jansen, 2023). Kurangnya struktur dan rutin dalam rumah tangga karena peperangan dapat berpengaruh kepada anak secara negatif dalam segi penyesuaian psikologis atau kepuasan dalam lingkungan rumah tangga (Campos-Gil et al., 2020). Tentunya, anak tidak jauh kepada lingkungan sekolah. Sebanyak 2,677  institusi pendidikan hancur, menyebabkan 3,6 juta anak kehilangan pendidikan (. Ternyata, efikasi diri atau pemenuhan diri dapat terpenuhi melalui pencapaian di sekolah sehingga dapat mandiri dalam belajar. Namun, karena kesulitan anak untuk bersekolah akibat kerusakan kepada sekolahan anak sulit untuk mencapai efikasi diri, yang akhirnya mengarah ke perkembangan anak yang negatif seperti frustasi sehingga sulit untuk mencapai kesuksesan (Papalia & Martorell, 2021). 

B. Mesosystem: Mesosystem adalah koneksi antara microsystem individu. Seperti koneksi antara sekolah dan orang tua (Papalia & Martorell, 2021). Dikarenakan mikrosistem anak yang terpecah belah, tentunya akan berdampak pada mesosistem. Karena interaksi antara antara mikrosistem itu sangat penting, salah satunya adalah relasi dengan teman. Namun, minimnya interaksi dikarenakan mikrosistem yang kurang fungsional dapat berdampak negatif kepada perkembangan anak tersebut (Schewcik, 2017). 

C. Exosystem: Exosystem adalah interaksi antara microsystem dengan ekosistem external. Exosystem tidak memiliki kontak langsung dengan anak, namun hal tersebut dapat berpengaruh kepada anak (Papalia & Martorell, 2021). Misalnya, kebijakan saat peperangan dimana negara mewajibkan atau meminta sukarelawan untuk menjadi pasukan, yang menyebabkan seorang anak, terutama yang masih muda terpisah dengan ayahnya. Seorang anak mungkin tidak berinteraksi langsung dengan sistem pemerintahan tersebut. Namun, hal tersebut bisa secara tidak langsung mempengaruhi anak yang terpisah dari ayahnya. Akibatnya, anak yang terpisah dari orangtuanya menunjukan gejala depresi dan kecemasan. Kedepannya, anak juga akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial dan menurunnya kinerja dalam sekolah (Lee & Bax, 2000). 

D. Macrosystem: Macrosystem melingkupi budaya atau sistem dimana seorang individu bertumbuh, seperti sistem ekonomi dan politik maupun juga budaya (Papalia & Martorell, 2021). Bagi individu yang hidup di tengah negara konflik, kita sempat bahas kalau peperangan menyebabkan kemiskinan. Kondisi sosioekonomik yang kurang baik seperti individu yang tinggal dibawah garis kemiskinan dapat mempengaruhi anak secara negatif, dikarenakan toksin di lingkungan akibat peperangan dapat berdampak buruk bagi perkembangan otak anak (Papalia & Martorell, 2021). Tidak berhenti disitu, anak yang tumbuh di kondisi sosioekonomik yang rendah cenderung mempunyai gejala gangguan kejiwaan dan fungsi sosial yang maladaptif (Campos-Gil et al., 2020). 

E. Chronosystem: Chronosystem menggambarkan perubahan jalur kehidupan dan peristiwa di lingkungan sekitar (Santrock, 2019), seperti perubahan dalam keluarga yang disebabkan oleh perceraian, siklus ekonomi maupun juga peperangan. Peperangan menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan individu, seperti kematian orang tua, pergantian kondisi ekonomi atau perubahan lingkungan. Seiring berjalannya waktu, tentunya anak akan mengalami perubahan. Anak yang kehilangan orang tuanya pada masa remaja menyebabkan terganggu kesejahteraan diri sendiri. Mereka juga cenderungmengembangkan perilaku menyalahgunaan zat, pemikiran bunuh diri ataupun tekanan psikologis lainnya (Denny, 2021). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun