Mohon tunggu...
Biar Akbar
Biar Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Baru Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyai Sanca

4 Oktober 2020   03:06 Diperbarui: 4 Oktober 2020   10:48 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudah jam 5 sore nih saatnya kita kembali ke rumah” ucap Andi, aku dan Andi sedang mencari rumput untuk sapi pak joko, di desa kami ketika sudah memasuki pukul 5 sore diharuskan bagi warga desa untuk segera pulang kerumah masing-masing, bukan karena peraturan dari kepala desa tetapi adanya hal mistis yang menyelimuti desa kami.

Suasana yang mencengkam menyelimuti desa tempat kami singgah, ketika jam mulai menunjukan pukul 18.00 semua warga desa tidak ada yang berani keluar, alasannya hanya satu yaitu makhluk yang tidak terlihat.  Makhluk yang tidak terlihat atau biasa dikenal dengan makhluk halus sering kali menampakan diri di desa kami sehingga membuat warga menjadi takut untuk keluar sehabis maghrib. Makhluk halus di desa kami biasa dipanggil Nyai Sanca.

Nama Nyai Sanca tercipta karena warga yang pernah melihatnya mengatakan kalau bentuk dari Nyai Sanca berupa ular berkepala manusia menyerupai wanita yang memakai gunungan di atas kepalanya. Nyai Sanca sudah lama berada di desa kami, biasanya Nyai Sanca menampakan diri disekitaran rumah warga, tentu saja hal itu sangat meresahkan warga desa. 

Warga desa sudah melakukan banyak hal agar desa yang kami tinggali tidak diganggu lagi seperti memanggil orang pintar dari luar desa, memberikan sesajen ditempat biasa Nyai Sanca menampakan diri, dan masih banyak lagi usaha yang sudah dilakukan warga desa tapi tetap tidak membuahkan hasil positif.

Warga desa sudah sangat resah dengan sosok Nyai Sanca, sampai akhirnya datang seorang pemuda bernama Bayu ke desa kami, pemuda itu meminta izin kepada pak kepala desa untuk tinggal di desa kami beberapa hari. Setelah ditanya alasan mengapa ia ingin tinggal di desa kami jawaban Bayu membuat kaget warga, bayu mengatakan bahwa ia ingin tinggal disini karena ingin bertemu Nyai Sanca, “dari mana Bayu kenal Nyai Sanca?” sebuah pertanyaan yang sontak terfikirkan di otakku. Bayu bercerita alasan ia ingin bertemu Nyai Sanca adalah karena sosok Nyai Sanca selalu datang kemimpinya, Bayu juga bercerita bahwa ia sudah tau apa yang dialami oleh desa kami, dan tujuan Bayu datang kesini selain bertemu dengan Nyai Sanca ia juga ingin mengusir Nyai Sanca dari desa kami dan akhirnya pak kepala desa mengizinkan Bayu untuk tinggal di salah satu rumah warga.

Sehari setelah Bayu singgah di desa para warga merasakan ketenangan, entah itu datang dari kekuatan spiritual yang mungkin dimiliki Bayu atau hanya perasaan kami saja karena perkataan Bayu yang ingin mengusir Nyai Sanca dari desa ini. Setelah 4 hari Bayu singgah tepat pada malam jum’at akhirnya Bayu akan menemui Nyai Sanca. Para warga sempat menawarkan agar Bayu ditemani oleh beberapa warga tetapi Bayu menolaknya dengan berkata “nanti kalo rame-rame Nyai gamau menampakan diri dong” sambil tertawa, Bayu dengan alat penerangan akhirnya berpamitan kepada warga dan pergi untuk menemui Nyai Sanca.

Para warga dengan wajah cemas menunggu kepulangan Bayu, wajar saja sudah sejak semalaman Bayu tidak kunjung pulang, “kalau sampai subuh nak Bayu tidak juga pulang kita jemput saja” kata pak kepala desa, setelah ditunggu hingga adzan subuh berkumandang Bayu tidak kunjung pulang juga dan pak kepala desa akhirnya menyuruh warga untuk membagi 2 kelompok untuk mencari Bayu di tempat yang biasanya di singgahi oleh Nyai Sanca. 

Setelah pencarian selama 1 jam akhirnya Bayu ditemukan sudah tidak bernyawa dipinggir danau dengan muka pucat dan mata melotot. Setelah Bayu ditemukan tidak bernyawa para warga segera mengangkatnya ke rumah pak kepala desa dan menyemayamkannya, setelah disemayamkan pak kepala desa menghubungi keluarga Bayu.

Keluarga Bayu yang mendengar hal tersebut tentu saja kaget dan heran karena sebelum Bayu pergi meninggalkan rumahnya ia meminta izin untuk menginap di rumah temannya selama seminggu dengan alasan ada projek yang harus diselesaikan bersama temannya, keluarga tidak menyangka bahwa Bayu akan keluar kota sendirian. Setelah itu pak kepala desa menceritakan semua kejadian kepada keluarga Bayu akhirnya keluargapun menjemput jenazah Bayu di desa kami dan menguburkannya di tempat ia tinggal. Kejadian ini membuat keadaan di desa semakin mencengkam, bagaimana tidak seorang pemuda yang datang dari kota dengan tujuan baik meninggal begitu saja, warga semakin merasa resah dan panik. 

Seminggu setelah kejadian Bayu warga merasakan ada yang berbeda dengan suasana desa, desa yang tadinya selalu mendung dan hujan akhirnya terkena sinar mentari, langit begitu cerah seolah memberi tanda bahwa masa-masa yang indah akan datang. Sebulan setelah kejadian Bayu orang tua Bayu kembali mendatangi desa kami, bukan untuk menuntut tapi untuk menceritakan kejadian yang dialami oleh ibu Bayu selama sebulan belakangan ini. Ibu Bayu bercerita kalau anaknya selalu mendatangi mimpinya dengan sebuah senyum sambil berkata “aku sudah menyerahkan jiwaku, semoga warga desa dapat berbahagia,” setelah mendegar cerita tersebut warga desa mengira-ngira bahwa Bayu menumbalkan dirinya demi desa kami, sebuah pertanyaan sontak terucap oleh seorang warga “untuk apa Bayu menumbali dirinya demi desa? Bayu tidak ada hubungan apa-apa dengan desa kita kan?”, ibu Bayu menceritakan masa lalu keluarganya yang mempunyai hubungan dengan Bu Risma atau yang di kenal oleh warga desa dengan nama Nyai Sanca.

Bu Risma adalah ibu angkat Bayu ketika bayu dibuang oleh keluarganya sejak kecil, setelah dewasa dan Bayu bertemu dengan keluarga aslinya Bu Risma tidak ingin Bayu dibawa oleh keluarga aslinya, akhirnya Bu Risma dibunuh oleh orang bayaran yang disewa oleh keluarga Bayu yang asli dan mayatnya dibuang di danau tempat kami tinggal. Mendengar hal ini warga sangat marah kepada keluarga Bayu hingga tokoh tertua di desa berkata “ya keluargane dhewe wis oleh ganjaran sing ditampa jalaran saka tumindak, kita mung bisa ndedonga muga-muga nak Bayu tenang karo pihak sing kuwoso.”

Warga desa sangat berterima kasih kepada Bayu karena rela mengobarkan dirinya demi kesalahan orang tuanya. Setelah kejadian ini warga dapat menjalankan aktivitas seperti biasanya tanpa merasa takut jika malam sudah tiba.

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun