Di balik kostum badut yang ceria dan menghibur anak-anak di persimpangan lampu merah, ada kisah perjuangan hidup yang penuh warna. Asep Suparman, seorang pria asal Citeureup, setiap hari berjuang mencari nafkah dengan menjadi badut di lampu merah depan ITC Cibinong, Bogor. Meski pekerjaan ini terlihat sederhana, Asep menjalaninya dengan penuh keikhlasan, meskipun harus menanggung rasa lelah yang tak jarang menghampirinya.Â
Pagi Hingga Sore, Menjemput Rezeki di Persimpangan
"Setiap hari keluar dari rumah jam 7 pagi, pulang sekitar jam 4 sore," ungkap Asep saat ditemui pada Minggu, 8 Desember 2024, di lokasi kerjanya.
Dengan kostum badut berbentuk bebek berwarna abu-abu dan biru, ia menghampiri pengendara yang berhenti saat lampu merah menyala. Dengan membawa ember plastik hijau, Asep menyapa mereka sambil menari atau melambai ramah, berharap ada beberapa rupiah yang terselip di antara simpati para pengendara.
Penghasilan dari pekerjaannya sebagai badut pun tidak menentu. "Kalau lagi ramai bisa dapat 80 sampai 100 ribu. Tapi kadang-kadang lebih sedikit, apalagi kalau musim hujan begini," tuturnya dengan nada pasrah.
Menurut Asep, pendapatan hariannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sederhana keluarganya.
"Yang penting buat makan, jajan anak, sama dapur bisa ngebul. Ya bersyukur aja," tambahnya.
Kehidupan di Antara Kostum dan Kebun
Asep tinggal di daerah Citeureup, Bogor. Jika tidak beraktivitas sebagai badut, ia menghabiskan hari-harinya dengan berkebun. Kebun menjadi tempat lain di mana ia berjuang untuk hidup. "Kalau lagi nggak ngebadut ya ke kebun, cari-cari kerjaan biar ada tambahan," jelasnya.