Mohon tunggu...
masnib
masnib Mohon Tunggu... lainnya -

Lebih atau kurang rezeki harus dirayakan dengan secangkir kopi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lawu, Gunung Yang Selalu 'Welcome' di Musim Hujan

7 April 2015   13:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:25 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan yang menurut sebagian orang adalah berkah, bisa jadi menakutkan bila jatuh pada saat yang tak diharapkan. Terkadang walaupun sudah membawa kelengkapan anti hujan, orang tetap memilih berteduh dengan alasan risih dengan bunyi yang ditimbulkan bila harus memakai mantel. Namunmemutuskan untuk berteduh sama saja memutuskan untuk menunggu ketidak pastian. Dalam ketidak pastian semua hal bisa terjadi . Hujan terasa cepat berhenti jika tempat berteduh di teras Mall. Tapi jika tak ada tempat berteduh misalnya dalam perjalanan pendakian tentu hanya ada satu pilihan, ambil mantelmu dan lanjutkan.

Mendaki di musim hujan memang sangat tidak di anjurkan dalam literatur pendakian manapun. Karena umumnya hujan tidak berdiri sendiri. Dalam bahasa puisi, hujan digambarkan selalu diiringi: “angin kencang”, “petir menggelegar”, “dingin membeku” atau istilah hiperbolik sejenis yang membuat ciut nyali. Tapi bila mendaki sudah menjadi bentuk kecintaan, siapa yang bisa menghalangi. Bila cinta merasuk, kekuatan yang tak terduga pasti hadir. Itu kata pujangga. Sebenarnya tidak saklek seperti itu. Dalam praktek sehari-hari rasa cinta banyak yang berbanding terbalik dengan kekuatan yang tak terduga. Cintanya setengah mati tapi tak ada kekuatan untuk menyampaikan. Atau jika kembali ke tema, menunggu musim hujan berganti terasa lama sementara keinginan mendaki teramat ingin. Apa hanya mematung sambil menunggu keajaiban di musim hujan? Tidak!

Salah satu gunung yang ramah di musim hujan adalah Gunung Lawu (3265 mdpl). Bukan gunungnya yang ramah tapi jalur (Cemoro Sewu) menuju puncak yang tertata rapi dengan konstruksi batu berundak yang membuat nyaman bila dilakukan di musim hujan deras sekalipun. Tak ada genangan air, tak ada lumpur, tak ada lintah. Sampai puncak pakaian tetap cling bahkan bila beruntung aroma dari pendaki cewek pun masih tetap wangi.

Tak seperti jalur yang lain (Cemoro Kandang, Candi Cetho, Candi Sukuh, Jogorogo), jalur Cemoro Sewu bebas dari rintangan apapun. Tips sederhana ini semoga bisa membantu berbagi merasakan kangen mendaki ketika musim hujan.

1.Di base camp Cemoro Sewu sempatkan minum teh hangat di warung “Bu Yanto”. Rasa teh yang kental khas Solo mensugesti hawa dingin menjadi normal. Buktikan dengan melepas jaketmu dan mulailah pendakian.

2.Pendakian malam hari, jangan memakai jaket. Cukup T-shirt lengan panjang, di rangkap dengan T-shirt lengan pendek (Pendaki juga harus modis) dan sarung tangan. Percayalah, hanya butuh 10 menit berjalan badan sudah mulai hangat.

3.Sedia payung sebelum hujan. Itu bukan peri bahasa tapi nyata. Pengunaan mantel sangat merepotkan.frekuensiHujan di Gunung sulit di prediksi. Betapa sebal ketika mantel terpasang, hujan tidak jadi turun. Kalau gengsi tidak melepas mantel saat tak ada hujan, siap-siap berpeluh keringat karena badan tertutup plastik (Payung yang dianjurkan adalah payung 3 tingkat yang kalau di simpan hanya butuh space 20 cm untuk panjang dan 5 cm untuk diameter).

4.Gunakan tas ransel yang di lengkapi dengan frame baja di punggung. Frame ini terbukti mampu menyesuaikan anatomi tubuh sehingga beban berat terasa berkurang.

5.Sensor dan deteksi badan harus di optimalkan. Istirahat terlalu lama saat hujan akan membuat badan dingin dan pasti sulit/lama untuk mengembalikan ke normal.

6.Pos 2 yang ditempuh 2,5 – 3 jam dari Cemoro Sewu adalah tempat istirahat yang ideal, sedang Pos 1 yang butuh waktu 1 jam dari Cemoro Sewu tidak di anjurkan sebagai tempat istirahat di saat hujan karena sayang kalau fisik “on the mood” malah untuk istirahat.

7.Bila fisik keteteran yang berakibat istirahat lebih dari 10 menit, gantilah pakaian lembab/basah dengan pakaian kering plus jaket. Sebaliknya jika akan melanjutkan perjalanan setelah istirahat lama, harus mengganti lagi pakaian kering dengan pakaian sebelumnya. Memang ribet, tapi ribet di awal jauh lebih nyaman dari pada cadangan pakaian kering basah semua.

8.Pos 5 yang butuh waktu 2 jam dari Pos 2 adalah pos yang tidak memberitoleransi untuk menghangatkan badan dengan cara apapun. Hanya jaket dan kupluk (tutup kepala dan telinga) yang mampu mengatasinya. Jangan coba-coba untuk tetap memakai T-shirt sekalipun masih terasa nyaman. Proses hipothermia di antaranya di awali dengan kesombongan terhadap diri sendiri yang merasa masih hangat karena selalu bergerak.

9.15 menit setelah Pos 5, terdapat sumber air melimpah yaitu Sendang Drajat. Artinya, membawa air berlebihandari Cemoro Sewu adalah konyol, karena akan memberatkan perjalanan.

10.“Ngecamp” atau mendirikan tenda di musim hujan yang paling faforitadalah di jalur menuju pasar setan tepatnya 30 menit dari Pos 5 arah puncak Hargo Dalem kearah kanan. Tempat ini sangat terlindung dari terpaan angin karena di kelilingi oleh rumah petilasan dan monumen botol.

11.Memasak di gunung, adalah aktifitas yang paling ngangeni. Walaupun beberapa langkah dari camp, “Pecel” bisa di beli di Warung Mak Yem, tapi memasak sendiri jauh lebih nikmat. Jadi pastikan selalu membawa kompor anti badai dan perlengkapannya.

12.Bila sudah terpuaskan rasa kangen, jangan lupa mampir kembali ke warung Bu Yanto. Menu Nasi Goreng atau Soto Bening akan menyempurnakan orgasme pendakian.

13.Sambil menunggu pesanan datang, mintalah ijin ke Bu Yanto untuk mandi dulu. Boleh di Masjid seberang warung atau di dalam warung itu sendiri. Ada sugesti lagi: Bila selama mandi tidak berteriak (saking dinginnya), maka segala kepenatan akan hilang. Buktikan.

Salam Rimba....

14283882411555028658
14283882411555028658

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun