Mohon tunggu...
Bianca HasianHutagaol
Bianca HasianHutagaol Mohon Tunggu... Lainnya - Bianca H. Hutagaol (05) - XI MIPA 3

gatau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Life is Tough When Your Bestfriend is a Serial Killer

1 Desember 2020   23:51 Diperbarui: 1 Desember 2020   23:54 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ashton Collins adalah korban pertama. Dia adalah kakak kelas di SMP kita, dan sayangnya juga di SMA. Dia suka mengganggu dan merundung Phenex, baik secara fisik maupun mental. Aku tidak senang, namun aku juga tidak terkejut. Phenex adalah target yang sangat mudah. Dia datang dari keluarga miskin, dia agak antisosial, dan aku satu-satunya teman dekatnya. Dan terlebih lagi terdapat rumor bahwa Phenex adalah homoseksual, hanya karena dia sering menempel kepadaku.

Suatu hari aku menunggu Phenex menyelesaikan suatu tugas, dan ia memakan waktu yang lebih lama dari yang seharusnya. Aku menunggu dengan gugup dan akhirnya aku tidak tahan, aku segera mencarinya. Ternyata, Ashton memojokkannya di lapangan basket dan meninjunya berulang kali di wajah. Benar-benar tanpa alasan dan tanpa peringatan - ia menonjok Phenex sekeras mungkin. Phenex pasti akan pingsan kalau aku tidak menemukannya dan berteriak sekeras mungkin. Aku mungkin kelihatan seperti orang gila saat itu, tapi aku harus menghentikan aksi keji kakak kelas itu. Ashton mendengar teriakanku dan segera berlari kabur. Aku marah dan ingin mengejarnya, tapi Phenex adalah prioritas utamaku. Aku membawanya ke UKS dan menunggu seorang guru untuk merawatnya. Ia kelihatan tenang saat dirawat, tapi aku mengenalnya lebih dari siapapun. Setelah guru yang merawatnya pergi, ia mulai menangis dengan pelan. Aku tidak kuat melihat sahabatku seperti ini dan langsung memeluknya. Aku mengusap kepalanya dan punggungnya dengan lembut, berharap dia mulai tenang. Setelah ia selesai menangis, aku mengajaknya menginap sehari di rumahku  untuk menghiburnya. Dia menggumamkan 'terima kasih' dan tersenyum lemah kepadaku. Untukku, itu sudah cukup.

Keesokan harinya, Ashton ditemukan meninggal di taman di mana aku dan Phenex suka bermain bersama.

Badannya ditemukan ditusuk berulang kali di perut dan ia meninggal karena kehabisan darah. Polisi menemukan bukti perlawanan dari memar-memar yang ada di badan Ashton, jadi pembunuhnya kemungkinan memiliki badan besar dan kuat.

Semua orang di kota kaget - tempat ini tidak begitu besar, dan pembunuhan sangat jarang terjadi. Sekolah ditutup sementara dan para polisi memulai investigasi. Sayangnya untuk Ashton dan keluarganya, polisi-polisi tersebut tidak tahu apa yang mereka lakukan. Kau mungkin berpikir seharusnya polisi bisa diandalkan dalam menginvestigasi TKP suatu pembunuhan, namun polisi-polisi di kota kecil tidak berpikir bahwa mereka suatu saat harus menghadapi suatu hal seperti itu. Pada akhirnya, mereka gagal menemukan apapun - bukti, senjata pembunuh, ataupun tersangka.

Rumor-rumor dimulai. Semua orang di sekolah tahu Ashton kemarin memukul Phenex berulang kali di sekolah. Beberapa hari setelah pembunuhan itu terjadi, orang-orang melihat Phenex dengan wajah aneh atau ketakutan. Tapi ayolah, semuanya. Ashton adalah perundung paling terkenal dan terkaya di sekolah kita. Phenex hanya seorang dari ratusan yang sudah diganggu oleh Ashton. Jujur, ini bisa dilakukan siapa saja di kota ini - seperti yang kubilang, terkenal dan terkaya.

Aku dan Phenex tidak begitu peduli, atau tepatnya kita tidak pernah begitu membicarakan apa yang terjadi. Aku tahu Phenex rada-rada tidak nyaman dengan subjek ini, dan ekspresinya setiap kali kita mendengar topik ini dibahas lagi kelihatan sangat terganggu. Sebagai sahabatnya, tentu aku tidak membahasnya dan membiarkannya berlalu. Kita tetap melanjutkan kehidupan kita seperti biasa, diam-diam kita berdua senang kakak kelas itu meninggal.

Pada akhirnya, orang menjadi bosan dan berhenti membicarakannya. Maksudku, ini Ashton yang kita bicarakan. Memang siapa yang akan merindukannya?

Pembunuhan selanjutnya terjadi beberapa bulan setelah polisi berhenti menginvestigasi pembunuhan Ashton.

Sekarang, korbannya adalah teman sekelas aku dan Phenex, namanya adalah Karen. Menurutku dia agak aneh - dia adalah gadis tercantik dan paling populer tidak hanya di angkatanku, tapi juga satu sekolah. Ya, kau tahu, stereotipe gadis terkenal. Dan aku tahu tipe-tipe gadis seperti itu tidak akan menyerah jika sudah menginginkan sesuatu. Sayangnya, yang sekarang dia kejar adalah...aku. Aku sudah tahu tentang perasaan sukanya (tepatnya obsesi) terhadapku sejak kelas tujuh. Aku ingat tugas membuat suatu drama di kelas delapan, dan aku mendapat peran pangeran. Karen tentu memaksakan ingin mendapat peran putri, dan sejujurnya aku tidak begitu peduli. Aku mengabaikan sifat posesifnya terhadapku dan hanya fokus kepada sekolah. Namun semakin lamu, batas kesabaranku makin menipis sampai aku tidak tahan. Aku menceritakan semua keluh kesahku ke Phenex, dan segera merasa lebih baik. 

Phenex tidak pernah mengerti aksi-aksiku. "Kenapa tidak kau tolak saja langsung?" ia bertanya kepadaku. "Tidak ada gunanya. Dan aku khawatir dia akan menargetkanmu." aku membalas langsung. Wajah Phenex mengkerut kebingungan, pasti tidak mengerti maksudku. "Maksudnya? Kok aku? Bukannya dia suka padamu?" dia bertanya dengan polos dan aku hanya bisa tertawa kecil. Jujur aku merasa agak menyedihkan setelah dia menanyakan itu. Hanya segitukah pertemanan kita di matamu? :(

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun