Ketika Kalakay Jasinga kembali mengangkat kesenian karinding tidak ada perhatian dari pemerintah setempat untuk turut melestarikan kesenian khas pasundan ini. Menurut Pak Wawan pada awalnya mereka bergerak secara independen, namun mereka bekerjasama dengan guru di sekolah negeri setempat. Karena menurutnya  anak-anak lebih memiliki potensi untuk melestarikan budaya kita sebagai penerus. Pak Wawan pun bercerita pada  awalnya mampu membuat karinding sendiri melalui diskusi, menjelajah internet, dan bertanya ke orang tua, "Intinya otodidak sih. Biar ada pembuktian tanggungjawab kita karena kita yang ngangkat di lokal Jasinga jadi pertanggungjawabannya sampe situ. Tau awal mulanya tau ceritanya dan bentuknya bagaimana" ujarnya. Beliau pun berkata kalau yang dikhawatirkan adalah budaya tutur dari orang tua ke generasi yang lebih muda.
Meskipun Kalakay Jasinga giat dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan setempat, namun Jasinga tetap memiliki kesenian yang sudah punah seperti doblang dan topeng gabel, kesenian ini punah karena tidak ada lagi yang melestarikannya sejak tahun 1980-an.
Pak Wawan berharap akan ada penerus-penerus dirinya di masa yang akan datang, karena akan sangat disayangkan apabila kesenian seperti ini tidak diteruskan hingga ke generasi berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H