Mohon tunggu...
Bhuku Tabuni
Bhuku Tabuni Mohon Tunggu... Security - Orang Yang Suka Belajar

Orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Stop Psikologisasi, Sebuah Sesat Pikir

20 April 2019   14:27 Diperbarui: 20 April 2019   14:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Psikologisasi adalah mengemukakan alasan-alasan psikologis mengapa seseorang memiliki pendapat tertentu. Dalam dirinya sendiri, hal itu bisa jadi bukan merupakan sebuah masalah. Orang bisa menjelaskan alasan-alasan psikologis seseorang seseorang melakukan sesuatu atau berpegang pada pandangan tertentu.

Misalnya orang bisa menjelaskan bahwa karena seorang pernah tertekan secara psikologis pada masa kecil maka ia menjadi membenci ketidakadilan, atau bahwa orang yang tertekan (seperti Martin Luther) mendukung ajaran 'pembenaran hanya karena iman. Bahkan orang-orang tertentu mengatakan bahwa Luther sebenarnya gila. Charles Darwin, juga oleh kalangan tertentu dipandang gila. Rasul Paulus juga di beberapa kalangan dianggap memiliki penyakit jiwa.

Yang menjadi masalah adalah ketika psikologisasi seperti itu digunakan dalam beradu argumentasi dengan lawan bicara dan dimaksudkan untuk membuat orang berpikir bahwa karena ada alasan psikologis yang tidak kita sukai di balik pandangan atau kritik seseorang, maka otomatis pandangannya orang tersebut otomatis salah.

Psikologisasi dalam adu argumentasi adalah sebuah bentuk sesat pikir serangan terhadap pribadi - alias ad hominem hinaan serta mengalihkan pembicaraaan. Psikologisasi dalam adu argumentasi tidak menyerang argumen lawan tetapi menyerang pribadi lawan yang tidak ada hubungan dengan pribadinya. Tapi kalau orang mengatakan bahwa serangan psikologisasi memiliki hubungan dengan argumen seseorang, maka orang itu harus menunjukkan hubungannya. 

Apapun alasan psikologis di balik pandangan seseorang, alasan tersebut tidak ada korelasi yang pasti dengan kebenaran pandangannya atau validitas argumen yang dikemukakan. Hanya karena Luther 'gila', belum tentu ajarannya salah. Demikian juga dengan Darwin. Charles Darwin boleh jadi gila, tetapi ajaran evolusinya belum tentu salah hanya karena Darwin gila.

Orang lupa bahwa ada orang-orang yang terganggu secara mental yang pandangannya justeru brilian. Misalnya John Nash yang mengalami masalah kejiwaan parah, tetapi kontribusinya terhadap Game Theory dan Ekonomi sangat besar. Einstein waktu kecil adalah seorang yang kemampuan belajarnya diragukan oleh semua orang. Bahkan pada umur 9 tahun, kemampuannya berbicara masih belum sempurna. 

Terdapat pula daftar 11 orang jenius yang sudah meninggal yang memiliki masalah kejiwaan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun