Mohon tunggu...
Bahrul Ilmi
Bahrul Ilmi Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Lambung mangkurat

Nama Saya bahrul Ilmi, Saya berusia 19 tahun dan sekarang saya berkuliah di Universitas Lambung mangkurat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menganalisis Pemberitaan Presipitasi atau Hujan di Kabupaten Mandailing Natal dengan Metode Framing Berita

7 April 2023   10:01 Diperbarui: 7 April 2023   10:06 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai kabupaten dengan curah hujan yang tinggi, Kabupaten Mandailing Natal memerlukan pemahaman yang baik mengenai fenomena presipitasi. Pemberitaan mengenai presipitasi sangat penting bagi masyarakat dan pemerintah setempat, karena dapat mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan. Dalam analisis ini, kami akan membahas bagaimana media melaporkan fenomena presipitasi di Kabupaten Mandailing Natal dengan menggunakan teknik framing berita. Kami akan meneliti 10 berita yang dilaporkan oleh 5 media yang berbeda, dengan tujuan untuk mengidentifikasi sudut pandang atau kerangka berita yang digunakan oleh masing-masing media. Dengan demikian, analisis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana media memilih dan menyajikan informasi tentang fenomena presipitasi di Kabupaten Mandailing Natal.

Berikut berita tentang hujan yang akan kita bahas:

Sumber: Media Massa/dok. pribadi
Sumber: Media Massa/dok. pribadi

Sumber: Media massa/dok. pribadi
Sumber: Media massa/dok. pribadi

Pada pemberitaan di atas dapat kita simpulkan per media massa dengan metode framing berita seperti di bawah:

Pada berita dari opsi.id. Berita pertama dengan judul "Curah Hujan Tinggi, Kabupaten Mandailing Natal Nyaris Tenggelam" memiliki framing media yang fokus pada dampak dari curah hujan yang tinggi di Kabupaten Mandailing Natal. Pada judul berita tersebut, framing media yang digunakan adalah framing "bencana alam" yang menekankan pada konsekuensi buruk dari fenomena alam tersebut. Selain itu, dalam berita tersebut juga disebutkan bahwa warga terpaksa mengungsi karena perkampungannya nyaris tenggelam, sehingga framing media yang digunakan adalah framing "korban" atau "masyarakat yang terdampak".

Berita kedua dengan judul "Kompak, Gubernur, Pangdam dan Kapolda Sumut Lihat Banjir di Mandailing Natal" memiliki framing media yang berbeda dengan berita pertama. Dalam judul berita tersebut, framing media yang digunakan adalah framing "aksi tanggap darurat" yang menekankan pada tindakan tanggap darurat yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait, yaitu Gubernur, Pangdam dan Kapolda Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa penulis berusaha untuk menekankan pada upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk mengatasi bencana tersebut.

Pada berita dari DetikNews Berita pertama dengan judul "Banjir Landa Mandailing Natal Sumut, Bupati Tetapkan Status Darurat" memiliki framing media "bencana alam" dan "tindakan pemerintah" yang menekankan pada langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah daerah dalam menghadapi banjir di Kabupaten Mandailing Natal. Berita ini memberikan informasi mengenai status darurat yang diberlakukan oleh bupati setelah belasan kecamatan dilanda banjir akibat tingginya curah hujan, serta langkah-langkah tanggap darurat yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membantu masyarakat terdampak banjir.

Sementara itu, berita kedua dengan judul "Dua Warga Sumut Tewas Kesetrum Listrik Saat Pasang Tenda Pesta Ketika Hujan" memiliki framing media "kecelakaan" dan "korban" yang menekankan pada kecelakaan yang terjadi dan korban yang meninggal akibat kesetrum listrik saat memasang tenda pesta di saat hujan. Berita ini memberikan informasi mengenai kronologi kecelakaan yang terjadi dan dampak buruk dari kejadian tersebut, serta langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menyelidiki penyebab kecelakaan.

Pada berita dari kompas.com Berita pertama dari Kompas.com dengan judul "16 Kecamatan di Mandailing Natal Dilanda Banjir dan Longsor, Ribuan Bangunan Terendam" menggunakan metode framing media dengan menyoroti dampak dari bencana alam banjir dan tanah longsor di Kabupaten Mandailing Natal. Berita ini menyajikan data jumlah desa atau kelurahan yang terdampak banjir dan longsor serta menyebutkan bahwa ribuan bangunan terendam. Framing media yang digunakan menunjukkan bahwa bencana alam ini memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat di daerah tersebut.

Sementara itu, berita kedua dari Kompas.com dengan judul "Hujan Lebat Sebabkan Banjir di Mandailing Natal" menggunakan metode framing media dengan menyoroti penyebab terjadinya banjir, yaitu hujan lebat yang turun sejak siang hingga sore. Berita ini juga menggambarkan dampak banjir terhadap rumah warga dan rumah toko di inti kota yang terendam air hingga ketinggian sekitar satu meter. Framing media yang digunakan menunjukkan bahwa hujan lebat merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya banjir, dan bahwa banjir ini terjadi pada permukiman warga dan pusat kota yang memiliki dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat dan aktivitas ekonomi.

Pada berita dari Viva.com Berita pertama dari Viva.com berjudul "5 Desa di Mandailing Natal Terendam Banjir, Warga Sempat Mengungsi". Berita ini menggunakan framing media yang fokus pada dampak langsung yang dirasakan oleh warga setempat akibat bencana banjir. Dalam berita ini, dikatakan bahwa hujan deras yang terjadi pada malam minggu 11 Desember 2022 menyebabkan lima desa di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, terendam banjir. Desa-desa tersebut adalah Desa Pulo Padang, Kecamatan Lingga Bayu, Desa Patiluban Mudik, Patiluban Hilir, Kecamatan Natal, Desa Hutaimbaru, Kecamatan Muara batanggadis, dan beberapa desa di Kecamatan Sinunukan. Framing media dalam berita ini memperlihatkan bahwa bencana banjir ini merusak rumah-rumah dan membuat warga harus mengungsi untuk sementara waktu.

Sementara itu, berita kedua dari Viva.com berjudul "Ribuan Rumah Terendam Banjir dan Longsor, Madina". Berita ini menggunakan framing media yang lebih luas, dengan fokus pada dampak besar yang disebabkan oleh bencana banjir dan longsor di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Madina, banjir sudah terjadi sejak 17 Desember 2021. Bencana banjir ini mengakibatkan ribuan rumah milik warga terendam banjir dan juga terjadi longsor. Framing media dalam berita ini menunjukkan bahwa bencana ini sangat merusak dan memberikan dampak besar bagi warga setempat, sehingga membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat untuk melakukan upaya penanggulangan dan pemulihan pasca-bencana.

Berita pertama dari tvonenews.com dengan judul "Akibat Cuaca Ekstrem, Banjir Landa 3 Kecamatan di Madina" menggambarkan bahwa tiga kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal dilanda banjir akibat hujan yang terus menerus mengguyur daerah tersebut. Framing media dalam berita ini menekankan pada cuaca ekstrem sebagai penyebab banjir dan juga menekankan bahwa sungai-sungai yang meluap akibat tingginya curah hujan. Framing ini menunjukkan bahwa bencana banjir disebabkan oleh faktor eksternal dan bukan kesalahan atau ketidakmampuan pihak terkait.

Berita kedua dari tvonenews.com dengan judul "Banjir Rendam Ratusan Rumah di Madina dan Lumpuhkan Jalur Transportasi" menggambarkan bahwa ratusan rumah di Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal, terendam banjir dengan ketinggian mencapai 120 cm dan jalur transportasi Jalan Nasional Lintas Barat Sumatera lumpuh akibat tingginya curah hujan yang melanda daerah tersebut. Framing media dalam berita ini menunjukkan bahwa banjir disebabkan oleh faktor cuaca dan menekankan bahwa banjir mengakibatkan lumpuhnya jalur transportasi. Framing ini menunjukkan bahwa pihak terkait dapat disalahkan karena tidak mampu mengatasi dampak banjir dan tidak memberikan solusi yang tepat untuk mengurangi dampaknya.

Kesimpulan dari analisis framing berita tentang siklus hujan adalah bahwa media cenderung menggunakan framing yang berbeda dalam melaporkan bencana alam atau kejadian yang terkait dengan siklus hujan. Framing yang digunakan meliputi bencana alam, tindakan pemerintah, aksi tanggap darurat, korban, kecelakaan, dan dampak langsung pada masyarakat. Framing tersebut digunakan untuk menyoroti aspek tertentu dari peristiwa dan mempengaruhi cara masyarakat memandang kejadian tersebut. Dalam hal ini, media memiliki peran penting dalam membentuk persepsi publik tentang bencana alam dan kejadian lain yang terkait dengan siklus hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun