Mohon tunggu...
BHITA CAHYA KIARA
BHITA CAHYA KIARA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

hobi menonton film dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengertian, Tujuan dan Contoh: Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi

26 Oktober 2024   17:31 Diperbarui: 1 November 2024   14:42 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah nativisme berasal dari bahasa latin yaitu kata nativus yang berarti karena kelahiran (Ngalim Purwanto, 1988 : 19). Nativisme berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki atau membawa sifat dasar tertentu, yang bersifat bawaan atau keturunan. Sifat dasar tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak sepenuhnya. Pembawaan anak itu ada yang baik dan ada yang buruk. Prinsipnya bertolak dari tradisi alamiah yang menekankan kemampuan dalam diri anak.

Sehingga faktor lingkungan dan pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian maka aliran ini melihat bahwa segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, sehingga perkembangan seseorang ditentukan oleh faktor hereditas atau keturunan, kemudian aliran ini biasa juga disebut aliran pesimisme. Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer. Dalam artinya yang terbatas, juga dapat dimasukkan dalam golongan Plato, Descartes, Lomborso, dan pengikut-pengikutnya yang lain.

Contoh, ketika orang tua dari anak memiliki latar belakang yang pintar dan cerdas maka kemungkinan anaknya juga akan pintar dan cerdas. Selain itu ada beberapa tujuan dari Nativisme diantaranya yaitu:

  • Menggali potensi atau bakat terpendam yang dimilikinya
  • Mengasah kompetensi diri sehingga menjadi ahli
  • Memotivasi setiap individu untuk menentukan pilihan

Teori empirisme, tokoh utama aliran ini ialah John Locke. Ia berpendapat bahwa perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sangat ditentukan oleh faktor lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik apa saja (ke arah yang baik dan ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikan. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.

Anak yang baru lahir ibarat kertas putih yang masih kosong dan bersih maka pendidik dapat membuat coretan diatas kertas menurut kehendaknya. Sehingga itu pendidikan dan pembelajaran menjadi faktor penentu, ia ibarat pewarna kehidupan seseorang. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Secara proses teori ini memandang seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.

Contoh Teori Empirisme dapat ditemukan dalam pendidikan ketika seorang anak mempelajari sejarah rumah adat, siswa dapat mengunjungi Taman Mini yang menampilkan peralatan berbagai pakaian adat di Indonesia. Interaksi langsung ini membantu siswa untuk lebih memahami pengetahuan berbagai budaya yang ada di Indonesia. Sehingga dapat menambah pengalaman siswa dalam melakukan pembelajaran berbasis lapangan. Tujuannya adalah sebagai berikut:

  • Mendorong siswa untuk menguasai bidang pengetahuan melalui pengalaman langsung
  • Membuat pendidikan relevan dan efektif dengan berorientasi pada pemberdayaan pengalaman
  • Mengembangkan keterampilan melalui pengalaman nyata dan interaksi antar lingkungan
    Istilah konvergensi berasal dari kata konvergen yang berarti bersifat menuju satu titik pertemuan. Bahwa perkembangan individu itu baik bakat, keturunan maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Sehingga itu perkembangan seseorang merupakan hasil perpaduan kerjasama antara faktor bakat dan faktor alam sekitar (Suwarno, 1992). Aliran ini dimunculkan oleh William Stern. Ia mengatakan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia.
    Teori ini tidak memungkiri bakat manusia tapi juga tidak memungkiri kekuasaan pendidikan dan lingkungan lainnya terhadap perkembangan individu. Teori ini memandang bahwa pembawaan atau potensi, berkembang yang dibawa manusia sejak lahir, namun potensi yang masih diam tadi memerlukan stimulus dari luar untuk bangun dan berkembang (Ngalim Purwanto, 1988).
    Contoh Teori Konvergensi yaitu ketika anak seorang kyai, mereka bergaul dengan lingkungan yang islami sehingga ia bisa mengaji selain itu karena ayahnya ustad bisa saja ia mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi ustad. Dalam teori konvergensi ada beberapa tujuan yaitu diantaranya adalah:
    • Mengakui bahwa perkembangan individu didasari oleh faktor lingkungan dan bawaan
    • Menciptakan pendekatan holistik dalam pendidikan dengan mempertimbangkan kedua faktor tersebut
    • Mengoptimalkan potensi individu dengan memanfaatkan bakat bawaan dan pengaruh lingkungan sekitar

Nadirah, S. (2013). ANAK DIDIK PERSPEKTIF NATIVISME, EMPIRISME, DAN KONVERGENSI. LENTERA PENDIDIKAN, 188-195.

S.Pettalongi, S. (2008 ). Telaah Teori-teori dalam Pendidikan dan hubungannya dengan motivasi belajar. Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan , 799-810 .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun