Mohon tunggu...
bhirawa odieprino
bhirawa odieprino Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Sanitarian RSGM Universitas Jember

Seseorang yang menyukai travelling. Senang sekali dengan transportasi umum terutama Bis. Hobi menulis dan aktif di organisasi beladiri

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Kanker Mulut Sejak Dini

21 Agustus 2024   10:11 Diperbarui: 21 Agustus 2024   10:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsip pribadi RSGM Universitas Jember

Ditengah gencarnya tentang isu perbaikan gizi dan asupan nutrisi. Ada hal menarik yang bisa kita bahas terkait kesehatan gigi dan mulut. Mungkin bagi sebagian orang penyakit gigi dan mulut dianggap tidak memiliki urgensi yang tinggi. Pada kenyataannya kanker rongga mulut merupakan penyakit kanker dengan urutan  16 terbanyak di dunia. 95 % penderitanya berada direntang umur diatas 40 tahun. 

Insidensi penderita dengan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan penderita berjenis kelamin perempuan. Belum lama ini Rumah Sakit Gigi Mulut ( RSGM ) Universitas Jember mengadakan webinar tentang deteksi dini kanker mulut. Pembahasan mengenai kanker mulut disampaikan oleh drg. Ayu Mashartini Prihanti, Sp.PM. 

Acara ini didukung oleh segenap civitas hospitalia RSGM Universitas Jember. Sambutan webinar dibuka oleh Direktur RSGM Universitas Jember Prof. Dr. drg. FX. Ady Soesetijo, Sp.Pros. Dalam sambutannya Prof. Dr. drg. FX. Ady Soesetijo, Sp.Pros mengapresiasi para peserta webinar untuk tetap mengikuti hingga berakhirnya materi. 

Karena materi tentang kanker mulut sangat bermanfaat untuk menambah edukasi kita terkait kesehatan gigi dan mulut. Menariknya insidensi mengenai kanker mulut di Indonesia belum terpetakan secara jelas. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker mulut menjadi faktor yang mendominasi, ketika kanker mulut ini dianggap sebagai sesuatu hal yang sepele. 

Hal ini dipengaruhi oleh anggapan bahwa lesi di rongga mulut tidak bermasalah ketika tidak menimbulkan rasa sakit. Lesi mulut adalah segala jenis kelainan pada jaringan yang ada di dalam mulut, seperti karies gigi atau gigi berlubang, lepuh herpes, sariawan, hingga radang gusi. 

Banyak kasus kanker mulut yang terdiagnosis terlambat, keadaan ini berawal dari penderita yang baru memeriksakan keadaannya ketika sudah memasuki stadium lanjut. Faktor prognosis yang buruk serta komplikasi pasca terapi terkadang justru memperparah keadaan ini. Beberapa pasien diantaranya tidak merasakan gejala nyeri maupun sakit sehingga dianggap tidak perlu memeriksakan ke dokter gigi. Deretan ciri maupun gejala yang dirasakan diantaranya yakni lesi berwarna putih dan menebal. 

Pada rongga mulut terlihat lesi yang mirip dengan jamur berwarna putih pucat. Keadaan selanjutnya sariawan yang tidak sembuh hingga kurun waktu lebih dari 3 minggu. Ketiga timbul benjolan menetap di area leher maupun rongga mulut, hingga dinding mulut muncul bercak merah atau putih yang tidak dapat dihilangkan. 

Keempat penderita kesulitan untuk membuka mulut, mengunyah, menggerakkan lidah dan kesulitan menelan. Yang terakhir yakni penurunan berat badan disertai perdarahan dimulut tanpa disertai sebab. Dari ciri dan gejala yang dijelaskan tadi terkadang tanpa kita sadari. 

Pentingya memeriksakan gigi dan mulut secara berkala sebagai bentuk upaya deteksi dini. Deteksi dini penyakit kanker mulut yakni melakukan tindakan pencegahan dengan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Karena dengan demikian pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin. 

Dengan melakukan deteksi dini dapat mencegah terjadinya keparahan penyakit kanker mulut. Kedua akan lebih mudah untuk diobati sehingga meminimalisir potensi kematian akibat penyakit yang berat. Perlunya pengetahuan tentang kanker mulut menjadi dasar penentuan faktor resiko. 

Diantaranya yang menjadi faktor resiko yaitu merokok dan mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan data dari KEMENKES menyebutkan bahwa rokok mengandung zat nikotin yang bisa bekerja sebagai racun atau detox. Racun ini akan menyerang mulut sehingga mulut kehilangan filterisasinya dan sifat dari sel kanker sendiri menjadi radikal. Faktor resiko berikutnya yakni akibat infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Infeksi HPV di mulut atau HPV oral biasanya terjadi akibat hubungan seks oral atau saat berciuman dengan penderita HPV. Penularan virus HPV pun berisiko lebih tinggi pada orang yang memiliki lesi atau luka terbuka pada mukosa mulut. 

Faktor pemicu terjadinya infeksi HPV pada mulut antara lain karena sering melakukan kontak seksual dengan mulut (seks oral) serta memiliki banyak pasangan seks atau sering berganti pasangan. Defisiensi nutrisi juga berpengaruh terhadap terjadinya kanker mulut. Pengertian dari defisiensi nutrisi yakni terjadi karena tubuh tidak mendapatkan jumlah nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsi. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk pola makan yang buruk, masalah penyerapan nutrisi dalam tubuh, atau kondisi kesehatan tertentu. 

Pentingnya menjaga pola makan yang teratur serta diimbangi konsumsi makanan seperti buah dan sayur. Tak lupa pula didukung dengan aktivitas fisik yang terukur. Selain itu faktor resiko yang terakhir yaitu tentang oral hygiene buruk menjadi penentu keadaan selanjutnya. Oral hygiene adalah suatu perawatan mulut dengan atau tanpa menggunakan antiseptik untuk memenuhi salah satu kebutuhan personal hygiene. 

Secara sederhana oral hygiene dapat menggunakan air bersih, hangat dan matang. Oral hygiene dapat dilakukan bersama pada waktu perawatan kebersihan tubuh yang lain seperti mandi dan menggosok gigi. Organ mulut merupakan bagian penting dan pertama dari sistem pencernaan. 

Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Selain gigi dan lidah, ada pula saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Mulut merupakan rongga tidak bersih sehingga harus selalu dibersihkan. Salah satu tujuan perawatan gigi dan mulut adalah untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut. 

Metode deteksi dini yang dapat kita lakukan yaitu dengan SAMURI ( Periksa Mulut Sendiri ). Pemeriksaan dapat dilakukan di depan cermin diawali dengan melakukan pemeriksaan di area wajah dan leher ( terdapat benjolan atau tidak ). Selanjutnya dapat melakukan pemeriksaan di rongga mulut. 

Pemeriksaan dilakukan secara seksama dengan melakukan perabaan pada mukosa mulut. Diperiksa dengan seksama apakah terdapat lesi dimulut atau tidak. Pemeriksaan dapat dilakukan searah jarum jam atau sebaliknya. Semoga dengan melakukan kegiatan ini kita dapat terhindar dari resiko terjadinya kanker mulut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun