Pada tanggal 9 Juli 2014 ini akan diadakan pesta demokrasi lima tahunan yang akan diikuti oleh sekitar 190 jutaan rakyat Indonesia. Banyak teman-teman yang bertanya kepada saya, “Apa pilihan anda?” dan “Apa pendapat anda mengenai kedua kubu calon?”.
Selama ini, saya masih bersikap Apatis terhadap topik ini, karena bagi saya kedua kubu calon Presiden RI terdapat individu-individu yang selama ini bermasalah atau sedang bermasalah. Sehingga pada umumnya saya menjawab; “Belum Tahu”.
Namun, entah mengapa, dalam beberapa hari ini secara tiba-tiba saya mendapatkan ilham dari hasil ‘sentilan’ dan diskusi dengan berbagai pihak yang dapat saya simpulkan menjadi 2 (Dua) poin yang cukup menarik untuk kita amati bersama;
1.Kita mesti berasumsi bahwa kedua kubu pasangan calon Presiden RI adalah “Orang Sakit”.
Disebut “Sakit” karena “penyakit-penyakit” yang menghantui individu-individu Timses di kedua kubu seperti; Kasus dugaan pelanggaran HAM, Kasus dugaan KKN, Kasus dugaan Pengemplangan Pajak, dll. Sehingga yang dapat kita sepakati bersama adalah kedua kubu pasangan calon Presiden RI sama-sama memiliki nilai yang tidak sempurna.
Namun, pertanyaan yang wajib kita tanyakan bersama adalah;
Kubu siapa yang paling “Kronis” penyakitnya?
2.Mari kita berandai-andai dan menyimak cerita singkat berikut ini;
Alkisah ada seorang pemilik Toko Sembako XYZ berstatus duda bernama bapak anto yang berusia 70 tahun. Pak anto memiliki seorang anak laki-laki bernama Pak budi (45) dan menantu bernama Ibu Susi (43) yang setiap harinya membantu pak anto dalam menjalankan usaha toko sembakonya.
Karena pak budi dan ibu susi berkeinginan untuk melakukan ekspansi (buka cabang), mereka berdua akhirnya memutuskan untuk membuka toko sembako ABC didaerah lain. Namun, pak budi dan istrinya merasa khawatir atas kondisi ayah mereka (pak anto) yang sudah tua akan kewalahan menjalani usahanya sendiri.
Untuk mengantisipasi hal ini, ibu susi meminta adik perempuannya yang bernama santy (40) untuk membantu ayah mertuanya di toko sembako XYZ karena secara kebetulan santy (40) masih pengangguran dan belum berkeluarga. Santy menyanggupi permintaan Ibu susi dan mulai bekerja di toko sembako XYZ.
Seiring dengan waktu, santy dapat beradaptasi dengan baik dan sangat membantu pak anto dalam menjalankan usahanya. Bahkan hubungan santy dan pak anto sangat akrab dan mesra.
Pertanyaannya:
Andaikan santy dan pak anto saling menyayangi dan jatuh cinta, apakah itu boleh?
Jawabannya:
Secara Etis / Etika; tidak diperbolehkan karena melanggar norma, ketentuan, dan nilai-nilai moralitas dalam bermasyarakat. Namun, jika dinilai secara Cinta; boleh dan sah-sah saja karena cinta itu buta.
Kesimpulan cerita:
Bukankah cerita diatas memiliki kemiripan dengan Capres Nomor 1?.
Etis kah beliau mencalonkan diri sebagai seorang Presiden RI? (walaupun secara demokrasi ya sah-sah saja apabila seorang WNI yang sehat waalfiat mencalonkan diri sebagai Presiden RI).
Secara pribadi, saya berada diantara pilihan Logika dan Hati. Jika dikaji secara Logika positif, Indonesia memang membutuhkan sosok tegas yang mewakili kedisiplinan, sosok kepemimpinan yang menguasai strategi geopolitik & pertahanan dengan baik, semua itu secara “sekilas” bisa didapatkan dari figur Capres Nomor 1.
Namun, jika bertanya kepada Hati Nurani, saya tahu jelas siapa yang benar-benar bekerja sepenuh hati tanpa tedeng aling aling, siapa yang benar-benar dapat menjadi panutan, contoh, dan guru dalam mengayomi bangsa, dan siapa yang tulus dalam membangun bangsa dan negara kita. Bagi saya, itulah Jokowi – JK (Capres Nomor 2).
Oleh karena itu, mari kita “KATAKAN TIDAK” pada Nomor 1 dan mari kita lakukan SALAM 2 JARI.
Dari seorang rakyat jelata yang awam politik,
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H