Mohon tunggu...
Muhammad Ananda Bisyri
Muhammad Ananda Bisyri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas yatsi madani

"Ulah agul ku payung butut, sagala nu dipiboga kadar titipan tinu Maha Kawasa."

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal bagaimana cara tuhan mendewasakan

19 Desember 2024   01:38 Diperbarui: 23 Desember 2024   23:18 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : ( ilmupengetahuanumum.com )

Tuhan mengajarkan kita melalui keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan. Keadaan tersebut sebenarnya merupakan teguran bagi kita. Jadi pada dasarnya, kita harus berkata, "Aku tidak mengenal Tuhan, tetapi aku percaya." Maka kita harus memiliki kacamata yang berbeda dengan anak dunia. 

Perspektif kita harus berbeda dengan anak dunia. Ingat, Tuhan tidak pernah memberi yang buruk, artinya Tuhan selalu memberi yang terbaik. Jadi keadaan yang kita alami, yang menurut kita tidak baik, ternyata baik.

 Kita harus melihat kehidupan ini dari sudut pandang kekekalan. Kalau kita tidak memandangnya dari sudut pandang kehidupan selanjutnya, maka kita tidak akan pernah bisa berjalan dengan Tuhan.Cara pandang yang benar adalah hidup yang sebenarnya itu di alam selanjutnya. Sekarang ini hanya persiapan untuk menuju kekekalan.

sumber gambar : ( ilmupengetahuanumum.com )
sumber gambar : ( ilmupengetahuanumum.com )

 Kalau berpikir dengan cara yang benar, masalah apa pun yang kita hadapi harus dikaitkan dengan Tuhan, yaitu pendewasaan. tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan dunia juga penting.Kita menjadi lebih kokoh dan lebih kuat menghadapi setiap keadaan dan kejadian yang terjadi karena pelajaran hidup yang kita dapat di dunia. Inilah rahasianya. Kita harus memiliki sudut pandang yang benar. Dari apa yang kita dengar dan lihat, ada suara Tuhan, nasihat Tuhan, mentoring Tuhan. Apalagi dari kejadian-kejadian yang dialami, pembentukan Allah dalam hidup kita sungguh nyata.

Kalau dilihat dari aspek kesenangan hidup, kita bisa lupa diri ketika menerima banyak berkat jasmani; naik pangkat, gaji yang lebih besar, sukses dalam karier atau bisnis.  Hal-hal tersebut dapat dengan mudah membuat kita lupa, sehingga kita tenggelam di dalam kesenangan-kesenangan. Padahal, kejadian itu bisa mengandung dan pasti memiliki pelajaran rohani. Jadi, kalau penderitaan bisa menjadi sarana Allah mengubah kehidupan rohani, hal yang bukan penderitaan juga semestinya bisa menjadi cara Allah mengubah kita. Ironisnya, justru keadaan yang baik sering membuat manusia terlena.

Ketika sedang dalam keadaan yang menurut kita negatif, contohnya masalah keluarga, ekonomi terpuruk, dikhianati, dihina orang, dan lain sebagainya, itu memang cara Allah mendewasakan kita. lalu saat kita dipuji, disanjung, banyak uang, naik pangkat, itu pun cara Allah mendewasakan dan harus kita temukan titik pelajaran rohani di balik semua itu. Jadi kita jangan sampai hanyut, tenggelam di dalam  euforia karena diberi berkat jasmani, terhormat, disanjung, dipuji orang. Kita harus tetap berurusan dengan Allah dan mempermasalahkan "kenapa bisnisku maju; kenapa aku naik pangkat; kenapa aku jadi orang terhormat; kenapa jalanku mulus tak ada masalah; tubuhku sehat? Apa yang Engkau mau ajarkan kepadaku, Tuhan?" 

Masalahnya, banyak orang kalau mengalami kesusahan, baru mencari Tuhan. Saat banyak uang, tidak mencari Tuhan. Kalau susah, baru mencari Tuhan. Kalau sakit, baru ingat tuhan. Kalau lagi sakit, baru ingat mati. Tetapi kalau sehat, menikmati dunia atau berwisata. Bukan tidak boleh wisata. Wisata boleh, tetapi jangan mengorbankan kesempatan (waktu) untuk mencari Tuhan, dengan wisata. Setiap kesempatan, baik itu menyenangkan atau tidak, sehat atau sakit, berlimpah atau kekurangan, semua itu merupakan cara Allah untuk mendewasakan kita.

Sumber data :

1. Alkitab (NIV, KJV)
2. Al-Qur'an dan Tafsir Ibn Kathir
3. Bhagavad Gita dan Weda
4. Dhammapada dan Tripitaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun