Dalam dunia yang semakin terhubung secara global, merek-merek dari pasar negara berkembang semakin menghadapi persaingan yang ketat dengan merek-merek internasional. Di tengah persaingan ini, nilai country of origin (COO) atau elemen global yang diberikan dapat menjadi faktor kunci dalam mempengaruhi preferensi konsumen terhadap merek-merek tersebut. Dalam konteks ini, strategi asimetris telah terbukti lebih efektif daripada strategi simetris dalam mencapai tujuan pemasaran merek.
Strategi asimetris melibatkan pemanfaatan keunggulan COO atau elemen global yang diberikan dari pasar negara berkembang tertentu. Misalnya, merek yang berasal dari negara dengan reputasi manufaktur yang kuat atau sumber daya alam yang melimpah dapat memanfaatkan keunggulan tersebut untuk memperkuat citra merek mereka di mata konsumen. Ini menciptakan kepercayaan dan preferensi yang kuat terhadap merek tersebut, karena konsumen cenderung mengaitkan kualitas dan keaslian dengan asal merek.
Dalam banyak kasus, strategi asimetris juga mencakup penekanan pada elemen COO atau nilai lokal yang lebih kuat dalam komunikasi merek. Misalnya, merek-merek dapat menggunakan pesan-pesan yang menekankan kebanggaan lokal, tradisi, atau keunikan budaya untuk menciptakan koneksi emosional dengan konsumen. Strategi ini berfungsi untuk membedakan merek dari pesaing internasional dan menciptakan loyalitas konsumen yang lebih kuat.
Salah satu contoh strategi asimetris yang sukses adalah merek cokelat premium dari negara berkembang. Merek-merek ini secara konsisten mengaitkan COO mereka dengan kualitas, keaslian, dan kelezatan yang unik. Mereka juga menekankan pada sumber daya alam yang melimpah di negara asal mereka, seperti kakao yang berkualitas tinggi. Hal ini telah membuat merek-merek tersebut diakui secara global dan diminati oleh konsumen di seluruh dunia.
Di sisi lain, strategi simetris cenderung mengabaikan atau mengurangi penekanan pada elemen COO atau nilai lokal. Merek-merek yang mengadopsi strategi ini berusaha untuk menciptakan citra merek yang lebih global atau universal. Mereka fokus pada elemen-elemen yang dapat diterima secara internasional, seperti inovasi teknologi, desain yang modern, atau keunggulan fungsional produk. Namun, dalam banyak kasus, hal ini dapat membuat merek-merek tersebut kehilangan keunikan dan daya tarik yang khas dari negara asal mereka.
Namun, rata-rata, strategi pemosisian hibrida terbaik adalah strategi yang menggabungkan elemen-elemen dari kedua pendekatan tersebut. Strategi ini menyoroti COO merek untuk memanfaatkan keunggulan lokal, tetapi juga mengakui nilai-nilai global yang penting dalam konteks pasar yang semakin terhubung. Dengan pendekatan ini, merek-merek dapat mempertahankan keunikan mereka sambil tetap relevan dan menarik bagi konsumen internasional.
Strategi pemosisian hibrida membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang pasar dan konsumen target. Merek-merek perlu melakukan riset pasar yang cermat untuk mengidentifikasi preferensi dan sikap konsumen terhadap elemen COO atau nilai global. Selain itu, mereka juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti citra merek, daya saing, dan tujuan jangka panjang dalam memilih strategi yang tepat.
Strategi asimetris memiliki keunggulan dalam mempengaruhi preferensi merek di pasar negara berkembang. Dengan menyoroti COO atau elemen global yang diberikan, merek-merek dapat membangun citra yang kuat, koneksi emosional, dan loyalitas konsumen yang tinggi. Namun, strategi pemosisian hibrida yang mencakup elemen-elemen dari kedua pendekatan adalah yang terbaik. Dengan memanfaatkan keunggulan lokal sambil mengakui nilai-nilai global, merek-merek dapat mempertahankan keunikan mereka sambil tetap relevan dan diminati di pasar yang semakin terhubung secara global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H