Mohon tunggu...
bhenu artha
bhenu artha Mohon Tunggu... Lainnya - universitas widya mataram

saya adalah karyawan universitas http://new.widyamataram.ac.id/ http://pmb.widyamataram.ac.id/

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Jaringan Pasokan Layanan

18 Juni 2023   05:34 Diperbarui: 18 Juni 2023   06:36 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaringan pasokan layanan mengacu pada jaringan kompleks pemasok, produsen, distributor, dan penyedia layanan yang bekerja sama untuk memberikan layanan kepada pelanggan akhir. Jaringan ini melibatkan koordinasi dan integrasi berbagai aktivitas dan proses di berbagai organisasi untuk memastikan kelancaran aliran layanan. Manajemen jaringan pasokan layanan yang efektif sangat penting untuk memberikan layanan berkualitas tinggi dan memenuhi harapan pelanggan.

Mengevaluasi dan mengukur kinerja operasi layanan sangat penting bagi organisasi layanan untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Indikator kinerja utama (KPI) seperti kepuasan pelanggan, kualitas layanan, waktu respons, dan biaya layanan digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur kinerja operasi layanan. Pengukuran ini membantu mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan memungkinkan organisasi membuat keputusan berdasarkan data untuk meningkatkan pemberian layanan.

Memahami perilaku pelanggan dan karyawan dalam operasi layanan sangat penting bagi organisasi layanan untuk memberikan pengalaman yang dipersonalisasi dan luar biasa. Dengan menganalisis preferensi, harapan, dan umpan balik pelanggan, organisasi dapat menyesuaikan layanan mereka untuk memenuhi kebutuhan individu. Demikian pula, memahami perilaku, motivasi, dan tingkat keterlibatan karyawan dapat membantu mengoptimalkan proses penyampaian layanan, meningkatkan kepuasan karyawan, dan pada akhirnya meningkatkan pengalaman pelanggan.

Servitization mengacu pada transformasi model bisnis yang berfokus pada produk menjadi model bisnis yang menekankan pada penyampaian layanan di samping produk tradisional. Mengelola servitisasi melibatkan pengembangan penawaran layanan baru, konfigurasi ulang operasi yang ada, dan membangun saluran penyampaian layanan yang efektif. Hal ini mengharuskan organisasi untuk mengalihkan fokus mereka dari menjual produk menjadi memberikan layanan bernilai tambah, yang sering kali melibatkan pengembangan kapabilitas baru dan mendefinisikan ulang strategi bisnis.

Dalam konteks layanan berbasis pengetahuan, penyampaian layanan sangat bergantung pada keahlian dan pengetahuan penyedia layanan. Mengelola konteks seperti itu melibatkan penciptaan budaya berbagi pengetahuan, mendorong pembelajaran dan pengembangan yang berkelanjutan, serta memanfaatkan teknologi untuk menangkap dan menyebarkan pengetahuan secara efektif. Organisasi perlu berinvestasi dalam program pelatihan, sistem manajemen pengetahuan, dan platform kolaborasi untuk memastikan bahwa pengetahuan dibagikan, diperbarui, dan digunakan untuk memberikan layanan yang unggul.

Dalam operasi layanan, sering kali terdapat banyak pemangku kepentingan yang terlibat, termasuk pelanggan, karyawan, dan mitra eksternal. Mengelola peran dan tanggung jawab partisipasi membutuhkan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi yang jelas di antara semua pihak. Organisasi harus mendefinisikan dan mengkomunikasikan peran, menetapkan mekanisme akuntabilitas, dan menumbuhkan budaya kolaborasi untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan berkontribusi secara efektif dalam pemberian layanan.

Operasi layanan dapat memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan masyarakat seperti keberlanjutan, inklusivitas, dan tanggung jawab sosial. Organisasi dapat mengintegrasikan praktik-praktik berkelanjutan ke dalam operasi mereka, mempromosikan keragaman dan inklusivitas dalam tenaga kerja mereka, dan secara aktif terlibat dalam inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan menyelaraskan operasi layanan dengan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat, organisasi dapat berkontribusi positif bagi komunitas mereka dan membangun reputasi yang kuat.

Sharing economy, yang ditandai dengan berbagi sumber daya dan layanan antar rekan kerja, telah membawa implikasi operasional yang signifikan. Organisasi layanan harus beradaptasi dengan dinamika ekonomi berbagi yang terus berubah, termasuk platform seperti Uber dan Airbnb. Mereka perlu mempertimbangkan isu-isu seperti manajemen kepercayaan dan reputasi, pemberian layanan berbasis platform, dan integrasi teknologi untuk transaksi yang lancar. Sharing economy telah mengganggu model layanan tradisional, mengharuskan organisasi untuk berinovasi dan menemukan cara-cara baru untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dalam lanskap yang terus berkembang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun