Pengecer saat ini menghadapi ancaman dari perilaku pemasok yang dikenal sebagai "perambahan pemasok". Hal ini terjadi ketika pemasok mulai menjual produk secara langsung ke konsumen online, bukan melalui pengecer yang selama ini menjadi pelanggan setia mereka. Pengecer merasa dirugikan karena perambahan pemasok memberikan konsumen alternatif untuk membeli produk secara online dan menekan permintaan eceran. Selain itu, persaingan harga antara pengecer dan pemasok juga dapat meningkat dengan adanya perambahan pemasok.Â
Oleh karena itu, pengecer harus mencari cara untuk melindungi diri mereka dari perambahan pemasok dan mencegah pemasok membuka saluran langsung. Beberapa perilaku anti-perambahan yang telah diinvestigasi sebelumnya antara lain investasi dalam layanan ritel, strategi inventarisasi yang cerdas, dan berbagi informasi. Namun, efek dari strategi penetapan harga terhadap insentif perambahan masih kurang dipahami.Â
Ada dua kemungkinan strategi penetapan harga untuk pengecer. Pertama, memberikan harga sebelum informasi konsumen dipelajari. Kedua, penetapan harga setelah memperoleh informasi akurat tentang konsumen. Namun, pengecer harus mempertimbangkan efek dari strategi penetapan harga terhadap insentif perambahan pemasok.Â
Hal ini menjadi penting karena pemasok mungkin lebih cenderung melakukan perambahan jika pengecer memberikan harga sebelum informasi konsumen dipelajari. Oleh karena itu, pengecer harus memikirkan dengan hati-hati strategi penetapan harga mereka untuk mengurangi risiko perambahan pemasok dan menjaga hubungan yang sehat dengan pemasok mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H